
SURABAYA | duta.co – KH Muhammad Yusuf Hasyim diusulkan menjadi pahlawan nasional. Usulan itu disampaikan beberapa pihak dalam seminar nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional di Masjid Al Akbar Surabaya, Minggu (16/3/2025) sore.
Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA selaku pengusul mengatakan semua proses sudah dilalui. Mulai proses pengusulan melalui TP2GD (Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah) kabupaten dan provinsi.
“Kemudian surat dari Gubernur, yang nantinya surat itu akan dibawa ke Kementerian Sosial. Kemudian akan diverifikasi dan kalau sudah nantinya presiden akan menetapkan sesuai dengan keyakinannya,” ujar Kiai Asep.
Hasil sidang Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) tingkat daerah maupun Pemprov Jatim menyatakan berkas pengajuan gelar pahlawan sudah lengkap. Total ada sembilan dokumen yang diajukan.
Abdul Malik Haramain selaku Staf Khusus Menteri Sosial mengatakan sesuai dengan Undang-Undang No 20/2009, negara memberikan penghargaan pahlawan nasional pada seseorang yang dianggap punya sumbangsih besar mempejuangan kemerdekaan,
mempertahankan kemerdekaan serta ada
kontribusi lain ke negara.
“KH Muhammad Yusuf Hasyim ini tidak diragukan lagi. Figurnya sangat pantas mmendapatkan gelar ini. Beliau sejak Usia 16 tahun sudah ikut berjuang, Laskar Bismillah. Saat rasionalisasi TNI, Ia menjadi bagian resmi TNI dengan pangkat terakhir Letnan Satu. Selain peluang beliau adalah pengasuh Ponpes Tebu Ireng,” tuturnya.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menegaskan perjuangan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) tidak perlu diragukan lagi. Karenanya semua harus terdokumentasikan sebagai bagian dari perjalan bangsa secara formal.
“NU itu selalu ikhlas, iklhas , iklas. Pada dasarkan format keikhlasan diterapkan di pesantren. Ini sebuah proses panjang yang diinisiasi orang-orang NU. “Seperti diketahui Kai Kiai Yusuf Hasyim nerupakan komandan Banser. Jika transfer kuat maka gerakan radikal kan melemah. Kiai Yusuf Hasyim sudah memulai menjadi komandan Banser,” ungkapnya.
Diakui Khofifah banyak pergerakan luar biasa yang terjadi di Jawa Timur. Jawa Timur ini semangat nasionalismenya sangat luar biasa. Hal itu akan menjadi kekuatan sebagai sebuah bangsa dengan jejak kepahlawanan, jejak kebangsaan. “Kita ikhtiar untuk Kiai Yusuf Hasyim Nisa mendapatkan gelar pahlawan nasional,” tutupnya.
Kiai Yusuf Hasyim atau biasa dipanggil Pak Ud, Pengasuh Ponpes Tebuireng selama 41 tahun (1965-2006). Selain itu, Pak Ud juga tergolong pengasuh Tebuireng yang berumur panjang bila dibandingkan dengan kakak-kakaknya. Kiai Wahid Hasyim wafat di usia 39 tahun, KH. Abdul Kholik wafat dalam usia 48 tahun, dan KH. Abdul Karim Hasyim wafat pada usia 54 tahun. Sementara Pak Ud wafat pada usia 77.
Pak Ud menjadi pengasuh Tebuireng menggantikan kakaknya, Kiai Kholik Hasyim, yang meninggal dunia tiga bulan sebelum meletusnya peristiwa G302/PKI. Selama memimpin Tebuireng, Pak Ud selalu memperjuangkan kemandirian pesantren dan mengupayakan pendidikan murah bagi semua kalangan. ril/lis