HENTIKAN LUMPUR: Ir. Djaya Laksana saat memperagakan terori Bernoulli untuk menghentikan lumpur Lapindo di usia 11 Tahun pada Senin (29/5). (duta.co/yudi irawan)

SIDOARJO | duta.co – Tidak pernah putus asa meski berkali-kali diyolak dan dianggap tidak masuk akal. Adalah  Ir Djaja Laksana pencetus ide “teori Bernoulli” tak putus asa mempromosikan penemuannya yang diprediksikan mampu menghentikan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo. Kemarin, Senin (29/5), Djaja Laksana  memamerkan teknologi penemuannya guna mengatasi semburan lumpur Lapindo yang belum berhenti  meski telah berusia 11 tahun.  Perjuangannya itu akan dilayangkan kembali surat kepada Presiden Jokowi. Surat tersebut intinya tentang penghentian lumpur dan minta kepada Presiden presentasi.

Ir. Djaja Laksana mengatakan, bahwa surat permintaan presentasi dan proposal penghentian lumpur sudah ia serahkan di Kantor Kementerian Sekretariat Negara RI pada 16 Maret 2017 lalu. Hingga saat ini masih belum ada tanggapan dari pemerintah. Djaja menilai kemungkinan Presiden Jokowi masih sibuk mengurus negara dan mengatasi situasi politik akhir-akhir ini. Akan tetap ia tetap akan terus berjuang untuk menyurati Presiden Jokowi.

“Solusi penghentian lumpur ini mengemuka kembali pasca Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dibubarkan oleh Presiden Jokowi dan diganti Pusat Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (PPLS) di bawah Kementerian PUPR,” jelas Djaja kemarin.

Djaya menegaskan, di usia 11 tahun ini, lumpur masih keluar 60 ribu meter kubik per hari. Sedalam 50 cm sampai 1 meter permukaan tanah mengalami subsidence.  Kita masih bersyukur amblesnya pelan-pelan, justru bahaya kalau turun atau subsidence mendadak makin dalam. Ini malah bahaya dan bisa timbulkan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur.

Lebih lanjut Djaja menegaskan, semburan lumpur harus dihentikan dengan Bendungan Bernoulli supaya lumpur yang keluar akan mencapai total head atau ketemu keseimbangan antara lumpur yang keluar dari perut bumi dan tinggi lumpur di atas permukaan.

“Kalau sudah ketemu total head, maka otomatis lumpur berhenti sendiri. Lalu untuk menutup lubang saluran lumpur, bisa memasukkan lumpur kembali ke perut bumi dan baru ditutup lubang saluran itu dengan cara diinjeksi semen dan silica,” tuturnya.

Pihaknya tetap mengarah pada solusi menghentikan lumpur. Ini karena kalau tidak dihentikan, area terdampak akan makin meluas dan dirinya khawatir seperti bom waktu jika amblesan terjadi yang maha dahsyat. “Tinggal menunggu waktu saja. Segera harus dihentikan dengan model Bendungan Bernoulli,” ungkapnya.

Djaja menegaskan kembali, lumpur harus tetap dihentikan. Ini karena hingga saat ini debit lumpur yang keluar dari pusat semburan sebesar 60 ribu meter kubik per hari.

“Sekarang nggak terasa sudah 11 tahun, masak harus menunggu sampai 25 tahun. Kalau lumpur dibuang ke Kali Porong terus-menerus juga membuat sedimentasi. Pemerintah sebaiknya cepat menghentikan lumpur Sidoarjo. Biaya yang diperlukan diperkirakan sekitar Rp 24,6 triliun,” tuturnya.

Tetapi jika pemerintah sudah menyetujui teori Bendungan Bernoulli ini dan diterima Presiden Jokowi untuk presentasi, dia akan meminta agar PPLS bisa membantu memberikan data kondisi lumpur terbaru. “Ini untuk memperkirakan biaya sebenarnya untuk menghentikan lumpur,”pungkasnya. (yud)

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry