SURABAYA | duta.co – Sudah terduga, bahwa, wartawan akan bertanya tentang keberadaan JATMAN (Jam’iyyah Ahlu Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah) yang baru saja menggelar Kongres ke-13 di Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah Sabtu sampai AHad (22/12/2024).

Apalagi, hasil kongres itu, mengamanatkan kepada KH Achmad Chalwani Nawawi sebagai Rais ‘Aali dan Prof Dr KH Ali Masykur Musa sebagai Mudir ‘Aali JATMAN periode 2024-2029. Itulah yang menjadi pertanyaan wartawan dalam Konferensi Pers menanggapi isu mutakhir 2024 yang dirilis NU-tv, Senin (23/12/24).

Prof Ali Masykur Musa, menyampaikan, bahwa, bertarekat  itu perlu. Setidaknya untuk menuju tazkiyatun nafs dan qolbus salim. “Dengan bertarekat hati menjadi lembut, terbangun jiwa kasih sayang. Dalam tarekat yang dibangun adalah cinta, mahabbah (cinta) sebagai dasar dalam kehidupan,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Al-Maskuriyyah Pasulukan Thariqah Naqshabandiyah Khalidiyah Jakarta itu di depan wartawan, Senin (23/12/24).

Namanya wartawan, terus memburu dengan pertanyaan sensitif. Bagaimana dengan keberadaan JATMAN (Habib Luthfi) yang akan menggelar muktamar Januari (2025) mendatang? Atas pertanyaan ini, Prof Dr Ali Masykur menjelaskan, bahwa, pihaknya akan mengikuti kebijakan PBNU. Karena JATMAN sebagai badan otonom NU, harus berada di bawah PBNU.

“Ada dua hal yang harus menjadi pertimbangan. Pertama, adalah soal legalitas. Kedua adalah soal fatsoen atau etika. Sebagai Badan Otonom (NU) maka, yang bisa mengesahkan adalah PBNU. Legalitas Banom itu berada di PBNU,” tegasnya menjawab wartawan MetroTv.

Prof Ali juga menjelaskan soal Kongres ke-13 JATMAN di Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah. Bahwa Kongres itu yang mengadakan PBNU. Tentu, PBNU tidak ujuk-ujuk,  ini telah melalui proses panjang, klarifikasi atau tabayun. “Sekedar tahu, ada 95% Idaroh Wustho yang mengikuti Kongres JATMAN oleh PBNU ini. Kalau Idaroh Syu’biyah hampir 100% hadir,” tegasnya.

Selain itu, ada izin kongres yang dikeluarkan pihak keamanan. “Kami berterima kasih kepada pihak TNI Polri yang mengambil peran untuk menjaga keamanan Kongres ke-13 ini. Terkhusus mereka yang mengembil peran sebagai paduan suara. Seperti juga keluarga besar TNI Kodam IV/Diponegoro,” tegasnya.

Kedua, jelasnya, tentu tidak lepas dari etika atau fatsoen berorganisasi. “Ini penting karena legalitas itu merupakan legitimasi etik. Sekedar tahu, Kongres ke-13 JATMAN di Donohudan yang hadir mendekati sempurna. Idaroh Syu’biyah mendekati 100%. Begitu juga kehadiran para mursyid besar. Jadi, secara etika, Kongres ke-13 di Donuhudan, yang digelar PBNU, itulah sah,” katanya.

Ditanya soal isu MLB (Muktamar Luar Biasa) NU, Prof Dr Ali Masykur berharap kader-kader NU sabar menunggu muktamar NU yang akan datang. Apalagi, tidak ada satu pun PWNU dan PCNU yang mendukung gerakan MLB NU.

“Saya dapat masukan, dan juga membaca dukumen, ternyata tidak ada satu pun (PCNU) termasuk PCI yang setuju dengan MLB NU. Itu hanya framing yang dilakukan beliau-beliau. Biar masyarakat (nahdliyin) sendiri yang menilai. Tidak ada PWNU maupun PCNU yang setuju dengan gagasan itu. Maka, organisasi juga harus dibangun dengan etika. Ini (etika) sangat penting. Maka, sebaiknya pergantian dilakukan secara damai, melalui muktamar mendatang,” tegasnya. (mky)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry