Penyair D Zawawi Imron melantunkan syair asli Hubbul Wathon karya KH Wahab Hasbullah saat soft launching lagu tersebut di Gedung Astranawa, Surabaya, Ahad (20/8/2017). (DUTA.CO/SOVIE)

Penting! Menjaga karya ulama, sangatlah penting. Termasuk Syair Hubbul Wathon karya KH Abdul Wahab Chasbullah, pendiri NU. Kini, nahdliyin sudah mengenal mars ‘Yalal Wathon’, konon, juga karya Mbah Wahab. Sementara, ada karya asli beliau yang kurang dikenal warga NU.

SURABAYA | duta.co – Syair lagu hubbul wathon (Cinta Tanah Air) yang banyak dilagukan warga NU dengan judul populer Yalal Wathon, isinya berbeda dengan karya (asli) KH Wahab Chasbullah tahun 1916. Tanpa bermaksud menafikan versi baru, warga NU perlu diajak untuk lebih mengetahui karya asli Mbah Wahab yang berjudul Hubbul Wathon.

Dewan Kurator Museum NU, Drs H Choirul Anam, penulis buku KH Abdul Wahab Chasbullah Hidup dan Perjuangannya, mengatakan, bahwa warga NU perlu mempopulerkan kembali syair asli Mbah Wahab Chasbullah. Di samping isinya lebih lengkap, kritis dan tajam, menjaga karya (asli) kiai ini sangat penting sekaligus sebagai bentuk penghargaan.

“Saya yakin proses pembuatannya tidak sembarangan. Dan, dalam naskah (asli) Mbah Wahab  tidak ada kata-kata Indonesia Biladi. Sebab tahun 1916, Indonesia belum mereka. Jadi berbeda dengan yang dilagukan akhir-akhir ini. Saya tidak menemukan sumber aslinya, ibarat hadits barangkali hadits dhoif (lemah) dan yang dilaunching malam ini asli (shohih),” jelas PU Harian Umum Duta Masyarakat, dalam acara soft launching Mars (Asli) Hubbul Wathon oleh KH Wahab Hasbullah di Gedung Astranawa Jalan Gayungsari Timur No.35 Surabaya, Ahad (20/8) malam.

Menurut Cak Anam, sapaan akrab Drs H Choirul Anam, syair lagu Hubbul Wathon itu ditulis oleh Mbah Wahab Hasbullah pada tahun 1916. Ini berdasarkan buku karya KH Abdul Chalim Kedung Cirebon (ayahanda KH Asep Syaifuddin Chalim pengasuh PP Amanatul Ummah. Data otentik ini, kata Cak Anam, ditemukan di perpustakaan KH Umar Burhan, Gresik sekitar tahun 1980.

Usut punya usut, kata Cak Anam, lagu Hubbul Wathon dikenal dengan Yalal Wathon, yang banyak beredar saat ini adalah gubahan, konon karya Yahya Staqut (Katib Aam PBNU). “Katanya itu dari Nusron Wahid dan Nusron dapat dari KH Maimun Zubair, Sarang, Rembang,” jelasnya.

Berita Terkait: Aransemen ‘Hubbul Wathon’ Tugas Luar Biasa Mulia

Sebagai orang yang menggeluti sejarah NU, Yalal Wathon ini sulit dipahami sebagai karya Mbah Wahab saat beliau mendirikan Nahdlatul Wathon (NW) kebangkitan tanah air pada tahun 2016. Jika benar itu dari Mbah Moen (KH Maimun Zubair), yang dinyanyikan oleh beliau saat itu, di mana saat ini usia Mbah Moen sekitar 90 tahun, lahir sekitar tahun 1927, maka, lagu ini dibuat atau dipopulerkan tahun 40an, atau pasca kemerdekaan. “Itu dengan asumsi, bahwa, saat itu anak baru bisa menyanyikan lagu usia 15 tahun,” jelasnya.

Di tegaskan Cak Anam, lagu Hubbul Wathon itu punya makna mendalam karena mengandung dorongan supaya Indonesia Merdeka. “Syair lagu itu tak punya dimensi waktu, makanya lagu tersebut kalau sekarang disyiarkan juga sangat relevan sebab Indonesia sekarang dijajah dengan liberalisme maupun kapitalisme,” katanya.

Sayir yang digubah Mbah Wahab tahun 1916 itu, terdiri dari 12 bait. Sementara yang beredar sekarang hanya mengambil satu atau dua bait. Dalam syair asli, Mbah Wahab memberikan penekanan bahwa cinta tanah air bagian dari iman, kalian jangan jadi bangsa jajahan, kemuliaan itu diperjuangkan dengan perbuatan bukan hanya pandai bicara.  Dunia, kata Mbah Wahab, bukan untuk menetap, tetapi hanya buat berlabuh. Berbuatlah seperti perintah, jangan mau menjadi sapi perahan. (lihat teks asli dan terjemahnya)

Kendati demikian, Cak Anam menegaskan, bahwa, lagu Yalal Wathon yang beredar sekarang, baik-baik saja dinyanyikan. Tetapi, warga NU harus tahu syair asli karya Mbah Wahab yang isinya tak kalah heroik untuk membangun semangat kebangsaan warga NU.

Sementara, Putra Mbah Wahab, KH Moh Hasib Wahab atas nama keluarga besar Mbah Wahab mengaku bersyukur dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Cak Anam karena telah mengurai dan meluruskan sejarah tentang syair Hubbul Wathon yang benar.

Bahkan Cak Anam juga bikin buku yang paling lengkap tentang sepak terjang beliau. “Semoga amal Cak Anam diterima Allah swt. Kegiatan ini juga bagian dari syukuran atas kesembuhan Cak Anam setelah mengalami sakit parah. Alhamdulillah Cak Anam sudah bersemangat lagi,” ungkap Gus Hasib.

Menurut Gus Hasib, lagu Hubbul Wathon saat ini didengar memang terasa beda dengan yang didengar langsung dari Mbah Wahab saat dia masih kecil. “Biasanya habis dhahar (makan red.) Mbah Wahab suka baca syair lagu itu dan terdengar seperti orang menggerutu, sambil tongkatnya dihentakkan ke tanah. Dan baitnya banyak, tidak seperti yang popular saat ini. Karenanya, tanpa menafikan yang ada, kita harus mempopulerkan karya asli beliau, yang isinya luar biasa menggugah semangat kebangsaan rakyat Indonesia,” jelas Gus Hasib.

Gus Hasib juga berharap PBNU memperhatikan dengan karya asli ini. “Keluarga besar Mbah Wahab juga usul kalau berkenan menggelar diskusi bikin film Mbah Wahab. Kata beliau, cita-cita harus tinggi,  InsyaAllah tahun depan film Mbah Wahab bisa terealisasi,” kata Gus Hasib disambut tepuk tangan hadirin.

Senada, KH Asep Saifudin Chalim dari pihak peluarga KH Abdul Chalim sekretaris Mbah Wahab, berharap syair asli Mbah Wahab ini dipopulerkan dan dijaga keasliannya. Menurut Kiai Asep, syair asli Mbah Wahab ini lebih kualitas isinya.

“Abah saya walau lebih muda sudah kenal Mbah Wahab. Sekitar tahun 1913 di Makkah, lalu janjian kalau pulang ketemu di Surabaya hingga dipercaya jadi sekretaris Mbah Wahab, berjuang untuk agama dan bangsa melalui institusi NU yang lahir 1926,” jelas KH Asep.

Beliau aktif mendampingi Mbah Wahab merintis Nahdlatul Wathon bersama KH Mas Mansur, KH Mas Alwi dan KH Abdullah di Kawatan Surabaya. Kemudian dirikan Taswirul Afkar (1921) di sekitar Ampel bersama Dr Soetomo, Cokro Aminoto maupun KH Ahmad Dahlan Kebondalem Surabaya hingga ikut membidani lahirnya Nahdlatul Ulama (1926).

“Karenanya, saya berharap PBNU berkenan menjadi syair asli Hubbul Wathon ini sebagai syair NU, sebab isinya jauh lebih kualitas,” tambahnya.

Kiai Asep juga menceritakan bahwa abahnya pernah dikasih tahu Mbah Hasyim Asy’ari kalau ingin membantu Mbah Wahab harus tahu mulai dari mana. Ini lantaran Mbah Wahab bukan orang sembarangan. “Mbah Wahab itu dijuluki Mbah Hasyim singa podium atau bintang pertemuan,  juga julukan harakatul afkar (motivator pemikiran luar biasa),” imbuhnya.

Masih di tempat yang sama, Mensos Khofifah Indar Parawansa yang diminta untuk memberikan sambutan, mengatakan, bahwa, kalau Mbah Wahab dijuluki Mbah Hasyim motifator pemikiran, putrinya Bu Mahfudoh, juga layak mendapat sebutan yang sama, harakatul afkar. Karena beliau tak pernah lelah saat berjuang dan memimpin rapat di Muslimat NU hingga larut malam. “Jadi, bukan hanya Mbah Wahab yang layak dapat julukan itu, tapi Bu Nyai Mahfudoh di Muslimat NU juga seperti itu hebatnya,” ungkap Mensos RI ini.

Soft launching Mars (Asli) Hubbul Wathon oleh KH Wahab Hasbullah ini juga dihadiri Penyair Celurit Emas,  D Zawawi Imron. Ia didapuk membacakan puisi terjemahan lagu Mbah Wahab Hubbul Wathon dan puisi tentang peran Mbah Wahab di Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945. “Ini puisi paling berat, karena bukan bikinan saya sendiri, tapi milik ulama besar, KH Wahab Hasbullah. Coba rasakan seolah-olah yang baca ini suara Mbah Wahab, pasti bisa merasakan makna dan kedalamannya,” ungkap Zawawi. (ud)

Teks Asli Hubbul Wathon Mbah Wahab

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry