SURABAYA | duta.co – Menarik! Menyampaikan pesan lewat ‘wayang satire’ ternyata tak kalah serem. Kali ini tampilan TikTok @jlitheng.suparman dengan tajuk ‘ORMAS KEAGAMAAN DIRACUNI TAMBANG’ layak dicermati. Durasinya pendek, 01:30 menit. Isinya, luar biasa satire.

Dalam gelaran ‘Wayang Satire’ ini, Ki Dalang membuka dengan ucapan ‘Alhamdulillah’ dari seorang kiai atas kebaikan hati (Pak Lurah) yang sudah membagikan area tambang untuk ormas keagamaan.

“Alhamdulillah ya.. Pak Lurah baik hati membagikan izin usaha (pengelolaan) tambang kepada Ormas Keagamaan,” katanya sumringah, dalam TikTok @jlitheng.suparman terlihat duta.co, Rabu (5/6/24).

“Nanti dulu Mbah! Memangnya Ormas bisa mengerjakan tambang?” demikian pertanyaan balik lelaki yang mirip wayang Bagong dalam kisah pewayangan tersebut dengan nada menggebu-gebu.

“Ha ha.. Itu soal gampang. Nanti kita bisa kerjasama dengan pebisnis (pengelola) tambang professional,” jawab si Mbah dalam tayangan ‘wayang kampung sebelah’ ini.

Bagong masih menyoal lagi. “Berarti yang mengerjakan tetap kapitalis. Ormas tinggal terima mateng (bersih red). Gimana itu pred?,” tanya Bagong penasaran sampai mengubah posisi berdiri.

Lalu dijelaskan dengan rigit: “Pak Lurah itu sengaja mau merusak sistem bernegara kita. Mengelola kekayaan alam itu terdapat tidak elemen. Pertama, kapitalis yang bekerja mengeksploitasi dan mengakumulasi. Kedua, negara atau pemerintah yang bekerja mendistribusikan hasil-hasil atau akumulasi dari kapitalis. Ketiga, institusi kemasyarakatan seperti Ormas, LSM, NGO dan sebagainya yang bekerja mengawal keadilan distribusi, nilai nilai kesosialan dan moralitas masyarakat.”

Bagong nyerocos lagi: “Kalau Ormas Keagamaan terjebak dalam bisnis, habis dong pengawasan, pengawal nilai dari masyarakat,” celetuknya.

“Itulah Lek, maka, dapat dikatakan Pak Lurah bagi-bagi tambang itu merupakan sogokan politik, agar ormas tidak menganggu pemerintah. Ormas yang mestinya idealis diracuni pragmatisme. Kepengurusan Ormas nanti hanya menjadi ajang tarung untuk menjadi CEO bukan gagasan dan kapasitasnya memperjuangkan nilai. Lupa bahwa ormas bukan ajang berburu kesejahteraan tetapi alat memperjuangakn nilai,” urainya.

Bagong membuat kesimpulan: “Ormas keagamaan mestinya tersinggung dan marah pret? Bukan Alhamdulillah. Disuap agar merusak peradaban, kok Alhamdulillah. Ajur juuum,” tegasnya mengakhiri dialog. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry