Gladis, siswi kelas IV SD Dr Soetomo 1 Surabaya yang mengalami kekerasan di sekolah.

Dewan: Tidak Perlu Dimejahijaukan

Gladis, siswi kelas IV SD Dr Soetomo 1 Surabaya yang mengalami kekerasan di sekolah.

SURABAYA – Untuk kesekian kalinya, kekerasan terhadap anak di sekolah kembali terjadi. Kali ini menimpa Gladis, siswi kelas IV SD Dr Soetomo 1 Surabaya. Parahnya, pelakunya adalah guru olahraganya sendiri, Singgih.

Kekerasan di sekolah diungkap oleh ibu kandung Gladis, Yeti. Gladis mendapat pukulan di kepalanya hingga berdarah-darah pada Selasa (7/2). Kejadian itu terjadi saat pelajaran olahraga. Gladis dipukul menggunakan gagang sapu.

“Saat itu, kegiatannya loncat-loncat. Nah, karena capek dia (Gladis) berhenti sebentar, tiba-tiba didatangi guru olahraganya kemudian dipukul kepalanya,” ungkap Yeti, Rabu (8/2)

Yeti menceritakan, saat pemukulan tersebut disaksikan sejumlah siswa. Sebelum terjadi pemukulan terhadap siswa kelas IV yang sudah yatim tersebut, guru olahraga yang bersangkutan sempat menjewer beberapa siswa lain.

“Mungkin dia temperamen, karena pernah anak kelas II ditendangi juga,” tuturnya.

Bagian kepala Gladis yang mengalami luka akibat dipukul

Perempuan yang suaminya meninggal dunia satu tahun lalu ini menegaskan, kejadian seperti itu tak sepatutnya terjadi. Karena, dengan profesinya sebagai guru, seharusnya bisa menjadi teladan bagi para siswanya.

“Jadi guru yang bener. Guru kan digugu dan ditiru, masak seperti itu,” ujarnya kecewa.

Ia menyesalkan dengan terjadinya kasus pemukulan terhadap putri sulungnya tersebut. Karena, ia mengaku, saat melahirkan dirinya harus bertaruh nyawa. “Aku nglahirno Gladis totoan nyowo, lewat operasi. Lha kok dipukul kayak gitu,” katanya.

Yeti berharap, tindak kekerasan tak terjadi di sekolah lagi. Ia heran putrinya mendapat perlakukan seperti itu. Padahal, menurutnya putrinya, sering ikut lomba  mewakili sekolahnya.

“Dia sering membawa nama sekolah kok sampe dibegitukan,” pungkasnya dengan nada kesal.

Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Surabaya Agustin Poliana menyesalkan kejadian itu. Dengan alasan apapun, pemukulan terhadap siswa seharusnya tidak terjadi di sekolah.

“Penindakan terhadap anak nakal kewenangan sekolah, kalau memperingati anak nakal saya tidak masalah, tapi jangan dengan kekerasan,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Politisi PDI Perjuangan ini menegaskan, mengingatkan anak yang nakal seharusnya dilakukan dengan teguran. Sebagai guru, memang sewajarnya sabar menghadapai karakter anak yang beragam.

Titin, sapaannya, berharap masalah tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Tidak perlu dibawa ke ranah hukum. Ia yakin, kasus itu tidak berbuntut panjang, apalagi sampai dimejahijaukan.

“Selesaikan dengan kekeluargaan dulu, kalau bisa ngak perlu dilaporkan ke pihak berwajib,” tukasnya. azi

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry