JAKARTA | duta.co — Sebanyak 30 anak Suku Sulu, Filipina Selatan, dari kelompok bersenjata Abu Sayyaf menjalani program pendidikan di Yayasan Sukma Bangsa (YSB) Aceh yang didirikan Surya Paloh.

“Sekolah Sukma Bangsa (YBS) tidak hanya mendidik anak Aceh tapi juga puluhan anak dari Filipina Selatan,” kata komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Hafid Abbas di Jakarta Jumat (7/4).

Hafid menambahkan, pendidikan yang didapatkan puluhan anak itu merupakan bagian dari diplomasi kebudayaan saat pembebasan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera oleh kelompok milisi Abu Sayyaf pertengahan Maret 2016.

Hafid menggelar napak tilas di Konigstedt Manor (Government House) Helsinki, Finlandia, yang diketahui sebagai lokasi perundingan damai antara perwakilan pemerintah RI dan para tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang difasilitasi mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari.

Acara tersebut dihadiri pendiri YSB Surya Paloh, Ketua YSB Rerie Lestari Moerdijat, Direktur Akademik YSB Ahmad Baedowi dan Juha Christensen yang pernah terlibat aktif sebagai penghubung perundingan antara pemerintah RI dengan GAM. Direktur Akademik YSB Baedowi menyebtkan Surya Paloh sebagai tokoh penyusun strategi pembebasan sandera kelompok Abu Sayyaf melalui diplomasi kebudayaan.

Baedowi ditugaskan Paloh untuk mencari informasi di Filipina untuk membebaskan WNI yang menjadi tawanan kelompok Abu Sayyaf. Menurut Baedowi, Paloh yakin tidak seluruh warga Mindanao yang menjadi basis kelompok Abu Sayyaf “angkat senjata” ke hutan dan masih ada yang tinggal di pedesaan.

Baedowi memasuki daerah tersebut untuk mencari informasi kepada warga Mindanao yang di pedesaan.  “Selama dua pekan saya menjadi guru di Mindanao akhirnya bisa masuk ke markas Abu Sayyaf pada awal Mei 2016, ” ujar Baedowi.

Saat itu terjadi negosiasi pembebasan WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf melalui diplomasi kebudayaan dan pendidikan. Salah satunya dengan cara mendidik anak anggota Abu Sayyaf di YSB.

Ikhwal keterlibatan YSB dalam mendidik anak-anak Suku Sulu tingkat SMP dan SMA sebetulnya sengaja tak dipublikasikan guna menghindari berbagai prasangka yang tak diinginkan.

Menurut Ketua YSB, Rerie Lestari, Surya Paloh dan YSB selama ini lebih suka bekerja secara senyap. Karena sejak awal YSB dibentuk dan mendirikan sekolah banyak pihak meragukan bahkan mencibirnya. “Apapun yang dilakukan Pak Surya, ada saja yang memandangnya dengan sinis,” ujarnya.

“Soal anak-anak Suku Sulu itu kami tak mau buka sebenarnya, tapi Pak Hafid Abbas tadi nyeplos begitu saja. Jadi Anda kalau mau silahkan datang dan cek sendiri bagaimana anak-anak itu sekolah di Aceh,” kata Rerie menambahkan. (ant)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry