SURABAYA | duta.co – Ketua DPD Partai Demokrat Jatim, Soekarwo, akan mengusulkan kepada majelis tinggi dan DPP Partai berlambang Segitiga Mercy mendukung Jokowi. Sikap politik Gubernur Jatim terpilih Khofifah Indar Parawansa yang telah memilih mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang, patut dipertimbangkan.

“Saya akan mengusulkan ke pusat, karena gubernur yang diusung Demokrat di Jatim (Khofifah Indar Parawansa) sudah mengambil keputusan mendukung Pak Jokowi. Jadi faktor Jatim perlu jadi variabel pertimbangan DPP dalam memutuskan soal Pilpres,” kata Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo, di sela Rakorda DPD PD Jatim di Surabaya, Minggu (22/7/2018)

Menurut Pakde Karwo, peta Pilpres tentang peluang munculnya poros alternatif ketiga di Pilpres mendatang sudah tertutup setelah PKB memutuskan tetap mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Sehingga yang ada tinggal poros Jokowi dan Prabowo. “Sisa partai yang ada yakni Partai Demokrat dan PAN tidak cukup 20 persen kursi DPR sebagai syarat Presidential Treshold,” ungkapnya.

Sekadar diketahui, koalisi Partai Demokrat (61 kursi) dengan PAN (49 kursi) hanya mampu memenuhi 110 kursi DPR RI. Padahal syarat minimal bisa mengusung Capres dan Cawapres itu 20 persen suara kursi DPR RI atau setara dengan 112 kursi. Sebaliknya koalisi Gerindra (73 kursi) dengan PKS (40 kursi) sudah melebihi 112 kursi prasyarat mengusung calon di Pilpres.

Di tambahkan Pakde Karwo, dalam Rakorda kali ini pihaknya juga sudah meminta mandat untuk menyampaikan aspirasi Demokrat Jatim terkait Pilpres 2019. “Intinya, suara Jatim harus bisa jadi variabel pertimbangan DPP Partai Demokrat sebelum mengambil keputusan soal Pilpres,” dalih pria yang juga menjabat Gubernur Jatim ini.

Diakui Soekarwo. jika Pilpres 2019 dilaksanakan bulan April, maka dirinya sudah tak lagi menjabat sebagai Gubernur Jatim karena masa jabatannya akan berakhir 12 Februari 2019.

“April 2019 saya sudah tak jadi gubernur. Khofifah sebagai Gubernur Jatim terpilih sudah mengumumkan mendukung Jokowi sebelum ditetapkan KPU Jatim, jadi ini harus jadi pertimbangan Demokrat,” imbuhnya.

Yang menarik, Pakde Karwo juga memprediksi siapa Cawapres yang akan dipilih Jokowi di Pilpres mendatang. Menurut Soekarwo, jika survei Jokowi di atas 60 persen, maka persoalan Cawapres bukan menjadi urusan yang penting dalam proses elektoral.

“Kalau survei Pak Jokowi tinggi, bisa jadi dia akan memilih seperti pilihan SBY-Boediono di Pilpres 2009,” katanya.

Sebaliknya jika survei Jokowi di bawah 50 persen, kata Pakde Karwo pilihan Cawapres yang mampu menyumbang suara elektoral akan sangat penting. Terlebih kalau swing voter juga masih tinggi di kisaran 49-51 persen.

“Kalau Cawapres yang bisa menambah suara Pak Jokowi, saya tidak tahu sebab ada kluster dari parpol, tokoh agama dan lain sebagainya,” dalih mantan Sekdaprov Jatim ini.

Demokrat Belum Beranjak

Terpisah, pengamat politik dari Surabaya Survey Center (SSC), Mochtar W Oetomo menilai pernyataan Pakde Karwo itu dalam rangka mendorong DPP agar secepatnya bersikap. Karena sejarah Pilpres 2014 lalu jelas bisa menjadi pelajaran bagi partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Otak-atik Pakde ini sangat menarik.

“Kalau Demokrat tidak cepat bersikap dampaknya sangat terasa pada penurunan elektoral pada Demokrat di banding pemilu berikutnya. Dan jika ketidakjelasan sikap Demokrat sekarang berlanjut maka 2019 bisa mengalami penurunan lagi. Apalagi hasil beberapa survei suara Demokrat memang belum beranjak naik signifikan,” jelas Mochtar.

Di jelaskan Mochtar bahwa pilihan Demokrat ke Jokowi tentu ada kalkulasi bukan semata karena Khofifah-Emil sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur Jatim terpilih juga mendukung Jokowi. “Pakde Karwo pasti juga menakar berbagai peta politik dan kuktural lain di Jatim,” ungkap dosen Universitas Trunojoyo Madura ini.

Jika DPP Partai Demokrat akhirnya mendukung Jokowi di Pilpres 2019, kata Mochtar tentu saja hal ini akan membuat capres petahana semakin pede dan kuat. Setidaknya akan membawa beberapa efek, pertama, Jokowi akan semakin kuat di Jatim.

Pakde Punya Pengaruh Besar

“Bagaimana pun Pakde Karwo adalah pendulum utama politik di Jatim, langkah politik Pakde Karwo bukan hanya akan berpengaruh pada konstituennya, lebih dari itu tentu juga pada berbagai kekuatan politik, ekonomi dan kultural di Jatim. Dukungan Pakde Karwo hampir pasti akan diikuti oleh berbagai kekuatan politik lain, kiai dan juga pengusaha itu akan memperkuat posisi Jokowi di Jatim,” jelas Mochtar.

Mochtar W Oetomo

Kedua, akan semakin memperkuat dan memperteguh dukungan Khofifah-Emil yang sebelumnya telah dideklarasikan. “Ini tentu juga bukan hanya akan memperkuat militansi partai pengusung Khofifah-Emil (terutama Demokrat) dalam kontestasi Pileg dan Pilpres ke depan,” katanya.

Ketiga, Pakde Karwo adalah salah satu tokoh senior Demokrat dan salah satu anggota majelis tinggi partai. Dukungan ini bisa memberi efek pada sikap Demokrat ke depan dan bisa saja memantik langkah serupa dari DPD Partai Demokrat di tempat lain.

Keempat, Soekarwo adalah ketua asosiasi kepala pemerintah daerah provinsi se Indonesia sehingga sedikit banyak langkahnya ini akan memberi bahan wacana bagi kolega-koleganya di lain provinsi. Kelima, bisa saja mengubah konstalasi koalisi Pilpres 2019 jika langkah Pakde Karwo ini mendapat gayung sambut positif dari  DPD Partai Demokrat di lain daerah.

“Meski secara subtansial pertarungan Pilpres adalah pertarungan figur. Namun dukungan opinion leader seperti Pakde Karwo dan dukungan partai tengah seperti Demokrat tentu akan membuat Jokowi semakin pede dan kuat, setidaknya buat modal pertarungannya di wilayah Jatim,” pungkas Mochtar. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry