
MOJOKERTO | duta.co – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mojokerto melakukan langkah antisipasi agar tempat cuci tangan tidak menjadi sarang berkembangnya nyamuk aedes aegypti penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, di saat pandemi Covid-19 ini banyak ditempatkan tempat cuci tangan.
“Kasus DBD di Kota Mojokerto pada tahun ini menurun dibandingkan pada tahun lalu, dari 19 kasus menjadi 11 kasus. Dengan penurunan ini kita jangan terlena. Jangan sampai di masa pendemi Covid-19 ini kita hanya fokus kepada Covid-19 , sementara penyakit lain seperti DBD terabaikan,” ujar Kepala Dinkes Kota Mojokerto Christina Indah didampingi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Farida Mariana.
Saat ini, lanjutnya, sudah memasuki musim penghujan dan pandemi Covid-19 belum berakhir. Jangan sampai kita memberantas satu penyakit justru malah menyebabkan munculnya penyakit yang lain. Jadi dua-duanya harus kita tangani, Covid-19 kita tangani dan DBD kita antisipasi,” tandasnya.
Sarjana apoteker ini menjelaskan, di masa pandemi Covid-19 banyak diletakkan tong air untuk mencuci tangan. Sementara saat ini sudah memasuki musim hujan dimana menjadi musim munculnya DBD dan nyamuk aedes aegypti hidup di genangan air yang tidak kotor.
“Nah kontiner (tempat air) di tempat untuk mencuci tangan akan menjadi sarang nyamuk aedes aegypti kalau tidak sering dikuras dan dibersihkan,” jelasnya.
Sebagai langkah antisipasi agar pandemi Covid-19 tidak disertai dengan mewubahnya DBD, Dinkes Kota Mojokerto telah menyerahkan battefed (pembunuh jentik nyamuk) kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk diteteskan ke air di fasum tempat cuci tangan.
“Fasilitas umum (fasum) tempat cuci tangan kan ditangani DLH, makanya kita melalui DLH,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, kader motivator yang masing-masing menangani 20 hingga 30 rumah secara rutin mendatangi rumah penduduk untuk memeriksa adanya jentik nyamuk.
“Saya salut kepada mereka, di masa pandemi Covid-19 mereka terus berkerja. Melalui mereka,nanti battefed akan disalurkan kepada masyarakat,” tambahnya.
Dinkes sendiri sudah punya pemetaan tempat-tempat yang biasanya positif DBD. Tempat-tempat yang rawan biasanya padat penduduk, kumuh, dan pola hidup tidak sehat.
“Satu lagi, biasanya rumah yang hanya dihuni lansia (lanjut usia). Mereka tidak bisa menguras bak mandi karena sudah tua,” pungkasnya.ywd





































