Surabaya l duta.co- Pantun Ketua PWNU Jatim KH Mutawakil Alallah “Haus Timbul Dibakar Panas, Kaki Pegel Yuk Berjemur. Gus Ipul dan Azwar Anas Dwi Tunggal Handal untuk Jawa Timur”, terus menuai tanggapan para kiai kiai NU Jatim.
Setelah Gus Ali Azhar asal Banyuwangi, menilai pantun tersebut jelas jelas sebagai pelanggaran khitthah NU, kini giliran Dr. KH RPA. Mujahid Ansori Msi, Sekjen Majelis Pertimbangan IKA PMII Jatim dan juga Wakil Ketua PW LTM-NU Jatim.
Kiai RPA Muhajid yang juga Wakil Pengasuh Ponpes Darussalam, Jungcangcang, Pamekasan, Madura ini menilai sebagai warga nahdliyin, prihatin dengan gonjang ganjing di tubuh NU saat ini.
“Tolong jangan paksa warga nahdliyin untuk tidak hormat pada kiai. Para elite NU jangan mempertontonkan drama dukung mendukung dalam Pilkada. Karena di mata ummat, akan muncul kesan belia-beliau telah terbeli. Jadi, stop mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang akan bisa meruntuhkan marwah kiai,” tegas mantan anggota DPRD Jatim ini kepada duta.co, Senin (6/11/2017).
Mantan Pengurus Lembaga Dakwah NU (LDNU) Jatim ini meminta agar kiai-kiai NU tetaplah istiqomah menjadi pengayom umat. “Dan tidak ikut terbawa arus pilkada yang seringkali keruh dan berbau, agar umat khususnya warga nahdliyin terselamatkan siapapun yang terpilih. Sehingga warga nahdliyin menaruh hormat dan bangga pada kiai yang telah menekan syahwat politiknya demi keutuhan dan kemaslahatan ummat,” tegas Kiai Muhajid.
Sebelumnya, Kiai Mutawakil Allah berpantun. Pantun Ketua PWNU Jatim itu berbunyi “Haus Timbul Dibakar Panas, Kaki Pegel Yuk Berjemur. Gus Ipul dan Azwar Anas Dwi Tunggal Handal untuk Jawa Timur”.
Senada dengan Kiai RPA Mujahid, Gus Ali Azhar asal Banyuwangi, juga merasa prihatin.
“Pelanggaran khitthah NU sudah terang-terangan. Pengurus NU dengan enaknya berdalil atas nama pribadi. Mereka tidak pernah peduli, bagaimana dampaknya kepada organisasi. Inilah yang memaksa kami-kami, anak muda NU untuk berjibaku menyelamatkan Khitthah 26 NU. Jika tidak, organisasi ini menjadi dagangan politik,” demikian disampaikan Gus Ali yang masih keluarga pondok pesantren tertua di Kabupaten Sidoarjo kepada DUTA, Senin (6/11), kemarin.
Ditanya, bahwa dukungan Kiai Mutawakkil itu bersifat pribadi, aktifis PMII ini, justru tersenyum. “Itulah! Sekarang kita saksikan betapa besar nafsu politik pengurus NU. Ironisnya, itu jauh lebih dominan ketimbang urusan umat. Pilkada belum apa-apa, mereka sudah sibuk bikin pantun, dukung mendukung. Bagi warga nahdliyin, sekalipun orang ndeso (desa red) seperti saya, mudah membaca. Jangan dikira nahdliyin tidak paham,” tambahnya.
Gus Ali kemudian mengutip pernyataan lain Kiai Mutawakkil. Bahwa, Ketua PWNU ini menyatakan; Bukan Gus Ipul yang minta dukungan ke kiai, tetapi kiai yang memberi dukungan ke Gus Ipul. “Bayangkan, yang menyampaikan ini pengurus, struktural NU, di mana mereka memiliki kewajiban, tanggungjawab menjaga Khitthah NU. Kalau begini, bagaimana nasib organisasi? Maka, jangan heran kalau nahdliyin selama ini terseok-seok di sektor lain, karena pengurusnya sibuk politik,” tambah Gus Ali dengan nada serius. (ud/mha/mk)