Maki Zamzam, S.KM., M.K.M
Dosen S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas KesehatanSTRES akademik merupakan tantangan serius yang dihadapi oleh santri di pondok pesantren di Indonesia. Data terbaru dari penelitian di Universitas Sains Indonesia menunjukkan bahwa beban akademik yang tinggi, kewajiban menghafal Alquran, serta tuntutan budaya pesantren menjadi faktor utama penyebab stres.Prevalensi stres ini berdampak signifikan pada kesehatan mental dan prestasi akademik santri, terutama di era digital yang semakin menuntut adaptasi dan kecakapan teknologi.
Beberapa faktor penyebab stres akademik yang teridentifikasi antara lain adalah kurikulum pesantren yang kompleks yang menggabungkan pelajaran umum dan penghafalan Alquran dengan tuntutan pengelolaan waktu yang ketat.Selain itu, persaingan sosial dan tekanan norma lingkungan pesantren serta pengaruh media sosial turut berkontribusi dalam meningkatnya kecemasan di kalangan santri. Adaptasi terhadap lingkungan pesantren baru, terutama bagi santri yang berasal dari daerah terpencil, juga menjadi sumber stres tambahan karena perubahan kultur dan tantangan digitalisasi yang harus mereka hadapi.

Dukungan kesehatan mental yang belum merata dan minimnya layanan inovatif berbasis teknologi di sejumlah pesantren semakin memperparah kondisi ini.
Dampak stres akademik pada santri terlihat dari berbagai aspek. Secara fisik, santri dapat mengalami kelelahan kronis dan gangguan tidur yang berkelanjutan. Dari sisi psikologis, stres dapat menimbulkan kecemasan berlebih, depresi, dan berkurangnya motivasi belajar.

Beberapa santri bahkan menunjukkan kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial atau mengalami perubahan perilaku agresif. Secara akademik, stres yang tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, meskipun dalam beberapa kasus stres ini juga dapat berubah menjadi eustress, yaitu tekanan yang memotivasi santri untuk berupaya lebih keras.

Untuk mengatasi tantangan ini, sejumlah solusi inovatif telah diterapkan dan direkomendasikan berdasarkan riset terkini. Pendekatan peningkatan religiusitas tetap menjadi praktik yang efektif, dengan dukungan teknologi seperti aplikasi dzikir dan sholat digital yang memudahkan santri untuk tetap konsisten dalam menjalankan aktivitas spiritualnya.

Selain itu, layanan telekonseling dan aplikasi manajemen stres berbasis kecerdasan buatan mulai diintegrasikan untuk membantu santri mengenali dan mengendalikan stres secara mandiri. Pesantren juga mulai mengadaptasi kurikulum dengan memasukkan modul mindfulness dan teknik pengelolaan waktu yang didukung platform digital, sehingga pembelajaran menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan santri modern.

Program pengembangan diri dan pelatihan kepemimpinan turut diperkuat untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis santri, didukung oleh kebijakan pemerintah dan lembaga pendidikan.

Kebijakan yang direkomendasikan untuk mengatasi stres akademik pada santri meliputi integrasi teknologi kesehatan mental secara menyeluruh di lingkungan pesantren, pelatihan bagi tenaga pendidik dan pembimbing rohani untuk mendeteksi serta mengelola stres secara proaktif, dan penyediaan layanan konseling virtual yang mudah diakses.

Selain itu, perlu adanya penyeimbangan beban akademik dengan kebutuhan kesehatan mental yang memperhatikan keberlanjutan tradisi pesantren sekaligus menyelaraskan dengan dinamika zaman. Dengan implementasi langkah-langkah tersebut, diharapkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan santri di pondok pesantren dapat terus ditingkatkan, menjadikan mereka lebih siap menghadapi tantangan akademik dan kehidupan di era modern. *

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry