TUGAS KHUSUS: Presiden Jokowi dan Din Syamsuddin setelah penunjukannya sebagai utusan khusus dialog keagamaan dan peradaban di Istana Merdeka, Senin (23/10). (ist)

JAKARTA | duta.co – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Din Syamsuddin sebagai utusan khusus dialog keagamaan dan peradaban. Jokowi menilai Din adalah sosok yang berpengalaman di bidang keagamaan dan peradaban. Din sendiri sempat menolak tugas ini.

“Beliau sudah ada fondasi kuat sebagai ketua Konferensi Asia dan dunia untuk perdamaian dan agama,” ujarnya saat memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (23/10).

Mantan Wali Kota Solo ini mengungkapkan, Din menyatakan siap mengemban tugas sebagai utusan dialog keagamaan dan peradaban setelah mempertimbangkan secara matang. Lebih kurang dua minggu waktu yang dibutuhkan Din untuk memutuskan hal itu.

“Awalnya beliau ragu dan saya sampaikan ini untuk kepentingan negara dan bangsa,” ucap Presiden Jokowi.

Dia menambahkan, nantinya Din bertugas mengembangkan dan mempromosikan kerukunan antarumat beragama. Skala penugasannya tidak hanya mencakup tingkat nasional tapi juga di level internasional.

“Seperti mempromosikan kerukunan antarumat beragama di Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila. Bangun sebuah kerukunan antaragama luar negeri, misalnya Afghanistan, Palestina, bisa masuk ke Rohingya,” ujarnya.

Din yang ditemui di Istana Merdeka, Jakarta, usai bertemu Presiden Jokowi mengaku sudah menerima putusan Presiden Jokowi soal pengangkatan dirinya sebagai utusan dialog keagamaan dan peradaban. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengaku siap menjalankan tugas tersebut.

“Saya berniat menjalankan ini sebagai pengabdian terhadap bangsa dan negara. Insya Allah, saya dapat mengemban tugas ini,” tegasnya.

Din menilai, kerukunan antarumat beragama sangat penting. Apalagi situasi dunia saat ini tidak stabil karena terjadi konflik antarumat beragama. “Pemerintah Indonesia dituntut untuk ikut terlibat, sesuai pembukaan UUD agar Indonesia ikut terlibat dalam menjaga ketertiban dan keamanan dunia,” ucapnya.

Din mengaku tugas ini harus dimulainya dari dalam negeri terlebih dulu. “Tentu kita harus mulai dari dalam negeri. Kerukunan antar-umat beragama penting, mengambil jalan tengah dan rahmatan lil alamin,” katanya.

Din mengaku sebenarnya dia menyarankan Presiden Jokowi menunjuk orang lain. Namun dia mengatakan, Presiden Jokowi berharap kepadanya. “Tapi Pak Presiden mengharapkan saya. Saya sudah melaksanakan hal yang ditugaskan selama ini. Mungkin dengan posisi baru ini akan lebih kuat upaya yang bisa saya lakukan,” jelasnya.

 

Biografi Din Syamsuddin

Intelektual dan ilmu agama yang dimiliki pria asal Sumbawa ini mengantarkannya tampil di pentas nasional dan internasional. Din Syamsuddin memimpin Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), hingga Forum Perdamaian Dunia.

Muhammad Sirajuddin Syamsuddin atau Din Syamsuddin, lahir di Sumbawa, NTB, 31 Agustus 1958. Masa pendidikan dasar dan menengah diselesaikan di madrasah Ibtidaiyah  dan tsanawiyah Nahdhatul Ulama (NU) Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB). Selesai dari sana, Din hijrah ke Jawa Timur. Ia mondok di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Jawa Timur dan menyelesaikannya pada tahun 1975, dalam usia 17 tahun.

Dari pondok, Din melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang UIN) di Falkultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama dan sukses meraih gelar sarjananya pada tahun 1982. Dalam urusan pendidikan, Din memang terbilang beruntung. Dia meneruskan pendidikan master dan doktornya di luar negeri dengan kuliah di University of California, Los Angels (UCLA), Amerika Serikat, Interdepartmental Programme in Islamic Studies.

Selain berkutat di pendidikan, Din aktif di organisasi.  Sejak usia pelajar, dia diberi kepercayaan memimpin Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) Cabang Sumbawa. Saat kuliah, ia juga aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), berlanjut ke Pemuda Muhammadiyah, bahkan sampai ke organisasi induknya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Tak hanya itu, Din Syamsuddin pun sempat menyelami dunia politik, sekitar 7 tahun lamanya, sejak tahun 1993. Dia dia dipercaya menjadi Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan DPP Golkar dan pernah menjadi anggota MPR dari Fraksi Golongan Karya serta sempat ditunjuk menjadi Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Depnaker RI.

Namun, setelah itu, mulai tahun 2000, Din mengundurkan diri dari dunia politik dan aktif di dunia akademisi dan organisasi keagamaan dan sosial. Ia menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi, seperti UMJ, UHAMKA, UI, dan UIN. Gelar kehormatan guru besar pun diperolehnya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Aktif di Dunia Internasional

Selain aktif sebagai ketua umum PP Muhammadiyah selama 10 tahun, Din juga aktif di dunia internasional, seperti di Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), World Islamic People’s Leadership (WIPL), World Council of World Islamic Call Society (WCWICS), Asian Committee on Religions for Peace (ACRP), World Peace Forum (WPF).

Di Indonesia sendiri, Din sering dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah yang kritis kepada kebijakan pemerintah. Selain dikenal sebagai cendekiawan, akademisi, dia juga dikenal sebagai tokoh yang sangat pluralis dan toleran terhadap agama lain. Meski toleran tehadap orang lain, ia terkenal punya sikap dan prinsip Islam yang kuat.

Tidak salah bila ketokohan dan keilmuannya, pada tahun 2014, diganjar sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menggantikan KH. Sahal Mahfudz karena meninggal dunia. Pada periode berikutnya, Din Syamsuddin diberi amanat menjadi Ketua Dewan Pertimbangan MUI 2015-2020. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry