Tampak Camat Ridwan sedang berdialog dengan perwakilan mahasiswa Papua. Mereka tetap ngotot menolak yustisi. (FT/ANDI MULYA)

SURABAYA | duta.co – Operasi yustisi tiga pilar Kecamatan Tambaksari di asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya akhirnya gagal.

Dari dialog antara Camat Tambaksari dengan perwakilan mahasiswa terjadi deadlock karena mahasiswa tetap menolak para petugas masuk ke dalam asrama mahasiswa.

Camat Tambaksari, Ridwan Mubahrum memerintahkan para petugas untuk kembali ke markas. Hal itu dilakukan untuk menghindari bentrokan antara aparat gabungan dengan mahasiswa Papua.

“Saya minta petugas gabungan kembali ke markas,” ucapnya.

Ridwan mengungkapkan, upaya operasi yustisi dilakukan pasukan gabungan karena banyak keluhan warga dan pengurus RT yang resah dengan kegiatan para mahasiswa Papua di dalam asrama selama ini.

“Laporan dari pengurus RT dan warga, mereka selalu mengadakan diskusi yang berisi tentang upaya memisahkan dari NKRI, apalagi asrama mahasiswa itu sangat tertutup dan kita sulit memantau seberapa banyak mahasiswa yang tinggal di sana,” ungkapnya.

Menurutnya, kegiatan tiga pilar selain operasi yustisi juga tersiar kabar bahwa mahasiswa Papua ini akan memutar film tentang Papua Merdeka.

“Malam ini mereka berencana memutar film dan berdiskusi 20 Tahun Biak Berdarah. Ini kan sudah tidak benar karena sebelumnya juga ada diskusi pada tanggal 1 Juli kemarin yang mengangkat tema Papua merdeka,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Kapolsek Tambaksari Kompol Prayitno mengatakan bahwa sebenarnya kegiatan mendatangi asrama mahasiswa itu adalah mencegah pemutaran film biak berdarah.

“Itu harus diantisipasi karena pemutaran film biak berdarah itu diketahui ingin memisahkan papua dari negara kesatuan,” singkatnya

Kompol Prayitno menyatakan, tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa yang menolak dilakukan yustisi non permanen jelas melanggar hukum. Tapi pihaknya menyatakan aparat penegak hukum tidak akan kalah dengan aksi penolakan tersebut dan akan tetap melaksanakan operasi yustisi yang waktunya tidak ditentukan.

“Kami akan koordinasi dengan tiga pilar kecamatan untuk mengadakan operasi yustisi karena ini adalah tugas dan kewajiban kami,” ucapnya.

Senada, Danramil Tambaksari Mayor Inf Irianto juga tetap kompak dan tidak akan kendur melakukan operasi yustisi karena ini sudah rutinitas tiga pilar Kecamatan Tambaksari. Apalagi kegiatan itu positif dalam menjaga kondusifitas wilayah.

“Kejadian bom Pasuruan tidak boleh terjadi di Surabaya dan dalam menangkal hal itu diperlukan operasi yustisi warga non permanen sebagai data pemerintah,” tegasnya.

Selain giat yustisi, tambah Irianto, tiga pilar juga melakukan komunikasi sosial ke kampung-kampung dengan memberikan pembinaan ke warga. Penekanannya tetap menjaga wilayah teritorial Tambaksari tetap aman dan nyaman.

“Semua Babinsa dan aparat lainnya sudah diperintahkan untuk meningkatkan pembinaan ke warga diwilayah tugasnya. Semoga tetap aman dan kondusif,” pungkasnya.

Diketahui, aksi petugas gabungan yang ditolak para mahasiswa Papua ini sudah sejak pukul 20.00 Wib. Namun 2 jam berselang upaya pendekatan petugas gabungan tidak berhasil dan memutuskan menarik diri karena mahasiswa semakin banyak yang keluar. (and)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry