Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) dikenal sebagai universitas milik kerajaan Arab Saudi yang tidak identik dengan Wahabi. (FT/ck)

JAKARTA | duta.co – Sebagian orang mempertanyakan rencana Arab Saudi yang akan membangun sekolah setingkat perguruan tinggi di Indonesia. Mereka khawatir sekolah itu dapat mengembangkan paham wahabi yang umumnya radikal dan suka mengkafirkan kelompok lain.

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Indonesia, Prof Dr Maksum Mahfoedz meminta masyarakat tidak perlu risau dengan semua itu. Sebab pendirian sekolah tersebut harus tetap dalam pantauan pemerintah.

“Kita gak perlu risau, orang lain juga boleh mendirikan di sini, siapa pun tapi koridornya tetap ada,” ujar Kiai Maksum kepada wartawan, Rabu (1/3/2017).

Untuk itu, Kementerian Pendidian dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag) dan Kemenristek diminta berperan aktif soal pendirian lembaga pendidikan dari mana pun. Lembaga pendidikan yang didirikan oleh negara luar, harus tetap mempertahankan wajah Indonesia.

Bangsa Indonesia, menurut Kiai Maksum, tidak perlu menutup diri kepada dunia luar yang akan mendirikan lembaga pendidikan di dalam negeri. Namun, ia menegaskan, keterbukaan juga harus memiliki batasan.

“Keilmuan gak ada masalah tapi kisi-kisi politis dan lain sebagainya harus dibingkai betul dalam koridor,” kata kiai yang juga sebagai Wakil Ketua Umum PBNU itu.

Ia menambahkan, bahwa umat Islam Indonesia mayoritas moderat. Untuk itu, Kiai Maksum mengharapkan sikap umat Islam Indonesia yang moderat jangan sampai ditarik ke paham kanan maupun kiri.

Hal yang sama telah disampaikan Yon Machmudi, PhD. Pengamat politik Timur Tengah yang juga dosen di Univeritas Indonesia (UI) ini berani menjamin, bahwa, Arab Saudi tidak akan berani mengganggu keyakinan umat Islam Indonesia.

Lebih dari itu, masih menurut Yon, justru yang terjadi Arab Saudi akan mengadopsi Islam Indonesia yang ramah, toleran. Ini bisa dilihat dari nota kesepahaman yang mereka teken bersama Indonesia.

“Salah satu nota kesepahaman itu adalah mengembangkan Islam yang ramah, bukan Islam yang suka marah. Dari seni jelas, bahwa, Arab Saudi sendiri tahu betul kalau Islam Indonesia itu moderat, toleran, ramah bukan marah,” jelas Yon kepada duta.co.

Sebelumnya, isu wahabi muncul menyusul kedatangan Raja Salman dan rombongan ke Indonesia. Termasuk dengan rencana didirikannya tiga sekolah setingkat perguruan tinggi di tiga kota besar di Indonesia. (rep/sov)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry