Penampilan Calon Gubernur Jatim. Dari kiri, Luluk, Khofifah dan Risma. Keterangan ft/ridho/duta.co

SURABAYA | duta.co – Panas! Jagat politik Jawa Timur kian panas. Apalagi data lembaga survey menunjukkan kian, bahwa, pasangan Khofifah-Emil dalam Pilkada 2024 Jawa Timur kian tak tertandingi. Kondisi ini rupanya mewarnai ‘emosi’ pasangan Cagub –Cawagup dalam debat kedua Pilkada Jatim di Gedung Grand City Convex, Surabaya, Minggu (3/11/24).

Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur (Jatim) nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah, langsung mengangkat isu korupsi di lingkungan Pemerintah Provinsi Jatim yang digeledah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam debat kedua ini.

“Data ICW (Indonesia Corruption Watch) tahun 2023 menunjukkan bahwa Jatim memiliki kasus korupsi terbanyak di Indonesia. Oleh karena itu, inilah realitas yang harus dituntaskan,” ungkap Luluk.

Lalu, Luluk berjanji akan menciptakan birokrasi yang mampu menyelesaikan masalah di masa depan. Dia juga menegaskan komitmennya untuk memastikan tidak ada lagi kantor Pemprov Jatim yang akan digeledah KPK.

“Apabila bapak ibu percaya pada kita, Luluk-Lukman, kami pastikan tidak ada lagi kantor pemerintahan yang digeledah KPK, dan tidak ada kepala dinas yang akan dijadikan tersangka,” jelasnya dengan nada gaspol.

Lain dengan calon nomor urut 3, Tri Rismaharini. Ia berkomitmen untuk membebaskan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi para nelayan jika terpilih dalam pemilihan mendatang.

“Sebenarnya, jika kita lihat, nilai tawar nelayan itu cukup rendah di Jatim. Karena itu, jika saya diberikan amanah oleh rakyat Jatim, maka saya tidak akan menarik PNBP untuk nelayan,” kata Risma.

H Yusuf Hidayat, Sekjen Barisan Gus dan Santri (BAGUS) Jawa Timur, menilai, debat semakin panas, karena didorong oleh nafsu yang tinggi, sehingga gagasan semakin sulit dinalar. Ia mengomentari pernyataan Luluk yang, menurutnya cenderung emosional.

“Akhirnya debat menjadi ajang nggedabrus (membual), yang penting bisa menyodok lawan. Bisa jadi, karena frustasi melihat hasil surveynya terus jeblok,” demikian Gus Yusuf, panggilan akrabnya.

Menurut Gus Yusuf, panasnya debat justru menunjukkan warga Jatim butuh kemenangan Khofifah-Emil. Mereka yang menyerang ternyata tidak pernah memantau perkembangan inovasi di Jawa Timur. Sehingga asal jeplak. “Kata dia, kita tidak boleh bangga dengan penghargaan, padahal penghargaan itu lantaran prestasi. Jadi, tidak keliru kalau netizen menyebutnya nggedabrus,”  tegasnya.

Penampilan Cagub Jatim nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah yang agresif juga dikomentari pengamat. Ia menyebut gaya komunikasi Luluk bak pisau bermata dua. Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengatakan gaya debat Luluk kali ini salah satunya disebabkan faktor elektoral yang masih stagnan.

“Saya bisa paham mengapa itu dilakukan untuk mengerek elektabilitas. Kalau debat di Amerika Serikat kemudian model debatnya Luluk itu bagus dengan teknik memukul straight banger untuk negatif persuastion,” kata Surokim saat dikonfirmasi detikJatim, Minggu (3/11/2024).

Namun, kata Surokim, gaya debat Luluk justru merugikan jika dilakukan di Indonesia. Sebab, netizen Indonesia bisa jadi akan menyerang balik gaya debat Luluk. “Namun, kalau di Indonesia model debat begitu harus hati-hati juga. Kadang bisa memukul balik kalau nggak akurat saat ditracking netizen,” jelasnya.

“Teknik memukul model begitu menurut saya nggak akan efektif. Ada beda antara memukul dan mencubit, dan yang dilakukan Luluk itu memukul dan menurut saya sulit untuk efektif,” lanjutnya.

Surokim menyebut gaya agresif Luluk saat debat memang ditujukan agar elektoralnya segera terkerek naik. “Menurut saya memang gaya itu terkait elektoral ya. Ingat ada high context culture yang butuh kehati-hatian menenggang paslon lain dan juga harus bisa empatik,” tegasnya. (dho)