Dekan FK Unair, Prof Eighty Mardian Kurniawati (tengah) bersama jajaran pimpinan Universitas Airlangga dan Fakultas Kedokteran, melapaskan anak panas sebagai tanda dimulainya rangkaian Dies Natalis ke-71 FK Unair, Senin (29/9/2025). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co –  Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (FK Unair) memulai rangkaian Dies Natalis ke-71 dan perayaan ke112 Pendidikan Dokter di Surabaya, Senin (29/9/2025).

Bertema”Fit for Life: The Science of Sport Medicine,” ajang tahunan ini, FK Unair ingin mengajak masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, melakukan tindakan preventif dan kuratif.

Ada banyak rangkaian kegiatan yang akan digelar, mulai seminar kesehatan, pengabdian masyarakat serentak yang dilakukan alumni di seluruh Indonesia, hingga ajang lari, parade dan hiburan musik.

“Kegiatan ini berlangsung  hingga Desember 2025,” ujar Ketua Panitia, Dr dr Indri Lakhsmi Putri.

Dikatakan Indri, untuk pengabdian masyarakat, sudah rutin setiap tahun dilakukan para alumni di daerah atau lokasi di mana mereka tinggal atau mengabdi. “Lulusan FK Unair sudah tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Mereka akan melakukan pengabdian di daerah tinggal atau kerjanya,” tuturnya.

Dekan FK Unair, Prof Dr dr Eighty Mardian Kurniawati menambahkan, Dies Natalis kali ini, merupakan bentuk rasa syukur atas capaian yang selama ini diraih FK Unair dan Unair.

“Unair sudah rangking dunia di angka 200-an, ini juga menjadi tanggungjawab FK Unair untuk merawat keberlanjutan Unair ke depan. Nah kami terus memberikan support agar Unair namanya terus  berkibar,” ungkapnya.

Selain itu,  Prof Eighty mengatakan FK Unair juga terus membantu Unair agar terus menjadi kampus berdampak sesuai dengan arahan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek).

“Sebenarnya FK Unair dan Unair sudah melakukan banyak hal yang berdampak bagi masyarakat luas. Mungkin masih belum terdata dan tertulis dengan rapi. Sehingga ke depan, kegiatan yang memberikan dampak itu bisa lebih ditata lagi,” jelasnya.

Untuk penelitian, Prof Eighty juga mendorong agar tidak berhenti sampai publikasi. “Bagaimana caranya agar bisa dipatenkan dan kemudian dihilirisasi. Sehingga hasilnya bisa juga digunakan oleh fakultas kedokteran lainnya,” tandasnya. ril/lis