BANTENG : Bambang Harianto saat bertemu Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri (duta.co/dok)

KEDIRI | duta.co-Bagi warga Kota Kediri, sosok Bambang Harianto akrab disapa Bang Bahar, tentunya masih melekat kuat atas perjuangannya saat duduk di Kepengurusan DPC PDI Perjuangan Kota Kediri, kemudian menjabat Ketua DPRD Kota Kediri dan pada Tahun 2013, maju sebagai Calon Wali Kota Kediri diusung partai berlogo banteng moncong putih.
“Saat rekomendasi turun dan saya maju dalam bursa Pilwali, tidak keluar uang sepeser pun. Begitu juga, saat Pak Maschut maju sebagai Wali Kota hingga menjabat selama dua periode. Semua itu tanpa ada embel – embel uang. Karena PDI merupakan partai menganut ideologi Nasionalis Marhenis, dimana rakyat sebagai ujung tombak,” jelas Bang Bahar saat dikonfirmasi, Jumat (12/1).
Bang Bahar pun mengaku tak kuasa membendung air matanya, saat di depan rumahnya, tiba – tiba telah berdiri sosok Wakil Ketua DPP PDIP, Ir. Mindu Sianipar. Mengaku atas perintah Ketua Umum, Megawati Soekarno Putri untuk bertemu dan bersama – sama diajak mengawal Pilkada Serentak di Kota Kediri.
“Hallo abang saya, kemana saja selama ini,” kata Bang Bahar menirukan ucapan Mindu Sianipar saat bertemu, pada Rabu sore (10/1).
Keduanya pun kemudian menuju rumah Ketua DPC PDIP, H. Agus Sunoto untuk menyampaikan amanat dari ketua umum. Namun, bukannya satu mobil rombongan dengan tim DPP, Bang Bahar memilih naik motor membuntuti di belakang. Begitu juga saat rombongan Bapaslon dr. Samsul Ashar dan Teguh Junaidi diantar pengurus DPC PDI dan Hanura menuju Kantor KPU Kota Kediri untuk mendaftar.
“Saya masih memegang amanah Bu Mega, untuk selalu memiliki jiwa gotong royong. Bersama rakyat merupakan ujung tombak perjuangan partai ini. Meski saya tidak duduk di kepengurusan partai, namun di mata DPP, saya masihlah dihargai,” jelasnya. Dia pun mengaku ingat, saat bertemu Megawati, pada acara Kongres III PDIP di Bali pada Bulan April Tahun 2010.
“Mas, nyapo yo pamor e Kediri begitu angker jika urusan duit,” kata Ketua Umum DPP PDIP kepada Bang Bahar hingga sekarang masih dikenangnya.
Bahwa, bila kekuatan politik berubah menjadi kapitalis dimana ada transaksi uang, maka menurutnya seperti yang sekarang terjadi. “Kepanikan politik saat pesta demokrasi berlangsung,” terangnya. (ngg)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry