
SURABAYA | duta.co – Raut Bahagia terpancar dari wajah dr Steve Freyssinet Karundeng, SpJP saat dilantik oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Prof Dr dr Eighty Mardian Kurniawati, SpOGm Subspp, Urogin-RE, Rabu (17/12/2025) lalu.
Betapa tidak, dr Steve dinyatakan lulus cumlaude dengan IPK 3,74 dan berhasil lulus dalam waktu empat tahun kurang satu bulan.
Tidak mudah bagi dr Steve bisa menjadi bagian dari mahasiswa PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis). Dia mendapatkan beasiswa dari Kabupaten Teluk Bintuni, Pemerintah Provinsi Papua Barat untuk menempuh Pendidikan PPDS Jantung Pembuluh di FK Unair.
Karenanya ketika lulus ini, dia harus langsung mengabdi. Apalagi dia adalah seorang abdi negara, atau PNS. Berasal dari Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, dr Steve mengaku akan langsung tancap gas membantu melayani masyarakat di daerahnya.
“Motivasi utama saya memilih spesialis jantung dan pembuluh darah adalah karena ini sesuai dengan passion saya di bidang kardiovaskular, sekaligus melihat adanya kesenjangan layanan spesialis, khususnya pelayanan Kanker, Jantung, Stroke, dan Urologi (KJSU) di Indonesia Timur, terutama di Papua Barat dan Kabupaten Teluk Bintuni,” ujar dr Steve.
Sebagai putra daerah Papua yang menempuh pendidikan di luar wilayah asal, dr Steve mengungkapkan bahwa tantangan terbesar adalah proses adaptasi dengan sistem pendidikan dan budaya akademik di Surabaya.
“Universitas Airlangga merupakan universitas terkemuka dengan kurikulum dan lingkungan akademik yang sangat kompetitif. Di awal pendidikan, kami perlu banyak beradaptasi, namun dengan ketekunan, kedisiplinan, serta doa orang tua dan keluarga, semua dapat diselesaikan tepat waktu,” tuturnya.
Capaian ini secara khusus didedikasikan kepada dua sosok penting dalam hidupnya, yakni ibunda tercinta, Yosie Titaheluw, ST, serta istri tercinta, dr Rininta Rizky Aprilliani Hutapea, Sp.P.A., yang merupakan dokter spesialis patologi anatomi alumni FK Unair di kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.
Menurut dr Steve, kehadiran dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di daerah terpencil sangat krusial, mengingat penyakit kardiovaskular masih menjadi salah satu penyebab utama kematian.
“Permasalahan kesehatan di Papua pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan nasional maupun global. Penyakit jantung koroner (PJK) masih merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Papua. Karena itu, pelayanan, sumber daya manusia, dan fasilitas harus dihadirkan secara optimal agar kualitas layanan dapat meningkat,” ungkapnya.
Ia berharap ke depan dapat terwujud pemerataan pelayanan kardiovaskular di Indonesia, khususnya di wilayah timur, dengan mutu yang setara dengan pelayanan di Pulau Jawa.
Kepada mahasiswa kedokteran, dokter muda, maupun ASN asal Papua yang bercita-cita menjadi dokter spesialis, dr Steve menyampaikan pesan inspiratif. “Jangan pernah berhenti bermimpi! Namun yang lebih penting, jangan hanya bermimpi, wujudkan dengan ketekunan dan kerja nyata,” pesannya.
Ke depan, dr Steve menargetkan untuk berperan sebagai general cardiologist di rumah sakit kabupaten maupun provinsi. Ia juga membuka peluang untuk melanjutkan pendidikan subspesialis, khususnya kardiologi intervensi, sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah kabupaten Teluk Bintuni dan provinsi Papua Barat. ril/lis






































