SURABAYA | duta.co – Suasana tabayun Gus Nur dan GP Ansor Surabaya, di Jl Bubutan Surabaya, Selasa (23/1/2018) berlangsung tertib. Sejumlah file video yang dipersoalkan — karena isinya dinilai tak pantas, mencaci maki NU, Banser dan Ansor – terpaksa diputar.
“Kita putar dulu video-videonya. Biar Gus Nur tahu, apa benar semua ini,” demikian disampaikan Ketua GP Ansor Surabaya, Muhammad Farid Afif, saat mengawali proses Tabayun dengan Gus Nur, di Kantor PCNU Surabaya, Jl Bubutan, Selasa (23/1/2018).
Tak kalah menarik, Gus Afif sempat membacakan ayat walyatalaththof (dan hendaknya bersikap lembut). Akhirnya lelaki dengan nama asli Sugik Nur Raharja ini minta maaf di hadapan pengurus PC GP Ansor Kota Surabaya.
“Intinya kami sudah baik, ojo diplintir-plintir maneh. Saya akan memperbaiki diri saya sendiri sebab kita tak bisa mengubah orang lain kalau tidak dari kita sendiri. Wis anggepen aku sing salah, aku tak berubah. wis ojo diplintir-plitir lho yoh (anggap saya yang salah, saya mau berubah, sudah jangan sampai diplintir red.),” terang Sugik.
Sementara itu Ketua PC GP Ansor Kota Surabaya, HM Farid Afif menegaskan bahwa forum tabayun ini adalah silaturrahim sekaligus kami ingin mengerti arah berfikir ustad Sugik ini dan ingin klarifikasi beliau terkait video-videonya yang diunggah di youtube dan media sosial terkait menghina-hina NU, Ansor dan Banser dan lain sebagainya
Yang sudah kita lakukan adalah saling minta maaf kalau memang kami punya salah, Ansor dan Banser Surabaya juga minta maaf. Dan terpenting tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan yang memang kasar, jorok dan kata-kata tak patut.
“Mudah-mudahan itu benar-benar dilakukan oleh Ustadz Sugik. Walaupun dalam forum tabayun ini tidak ada titik temu, yang jelas karena pembahasan terlalu melebar dan tidak bisa fokus terhadap persoalan di Kota Surabaya,” jelas Afif.
Untuk menghindari situasi yang makin memanas karena tidak ada titik temu dan terlalu melebar ke persoalan Semarang hingga Pasuruan, terpaksa tabayun segera diakhiri.
“Kami berharap jangan lagi ada hujatan dan fitnah, dakwah harus mengedepankan sopan santun dan lembut sebagaimana tengah-tengah Alquran yang dicetak tebal yaitu ayat walyatalatthof, artinya melembutkan,” pungkas Afif. (ud)