SURABAYA | duta.co – Sikap politik para habaib, kiai dan masyayikh Jawa Timur yang disampaikan di ndalem KH Abdulloh Syaukat Siroj, anggota Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri di Desa Ngempit, Kec. Kraton, Kab. Pasuruan, Sabtu (12/1/2019), ternyata, mampu ‘membangunkan’ guru-guru ngaji untuk peduli Pilpres 2019.

“Hari ini kita seperti dibangunkan dari ‘tidur panjang’. Pesannya sama, guru-guru ngaji harus ikut serta memikirkan negara, minimal peduli dalam memilih pemimpin. Terbukti ketika negeri ini dipimpin orang lemah, petugas partai yang sering berseberangan dengan umat Islam, jadinya seperti ini,” demikian disampaikan Achmad Didik, seorang guru ngaji, yang juga alumni pesantren ini kepada duta.co, Minggu (13/1/2019).

Di samping itu, lanjutnya, komitmen Calon Wakil Presiden (Cawapres) Sandiaga S Uno (Sandi), untuk menggerakkan ekonomi umat, menjadi alasan kuat untuk memenangkan pasangan nomor 02. “Bangsa ini butuh pemimpin tegas. Bukan pemimpin lemah, yang menentukan wakil saja tak bisa,” tegasnya.

Sementara, Sandi, saat silaturahim ke Pondok Pesantren Al Wahdah (Ponpes Al Wahdah), Rembang, Jawa Tengah, Jumat (11/1/2019), menyatakan akan menggerakan ekonomi umat, pemberdayaan pesantren serta mencetak santripreneur jika dirinya dan Prabowo Subianto terpilih memimpin Indonesia pada 2019-2024.

Menurut Sandi, ini penting sekali, karena ekonomi rakyat sekarang sedang babak belur. “Inilah pekerjaan rumah paling besar bagi Indonesia, yakni reformasi ekonomi umat dan menggerakkan ekonomi rakyat. Untuk itu dibutuhkan pemerintahan yang kuat dengan kepemimpinan yang tegas dalam menjalankan program ini,” jelas Sandi.

Masih menurut Sandi, pesantren adalah sektor penting dalam ekosistem perjalanan  ekonomi bangsa ini. Dan perannya begitu penting dalam menggerakkan ekonomi umat. Hingga kini peran itu masih tak terasa denyutnya.

Punya Utang Besar pada Pesantren
Sandi memaparkan pentingnya menggerakkan ekonomi umat lewat pesantren. (FT/IST)

Hari ini, beberapa pesantren sudah mandiri, berdiri sendiri dengan swasembada pangan, enerji, bahkan air. Ini sebuah kekuatan besar untuk menggerakkan roda ekonomi bawah.

“Dalam perjalanan menyerap aspirasi, saya melihat beberapa pesantren mampu mandiri memenuhi kebutuhan hidup para santrinya dengan memanfaatkan lahan yang ada. Dari sayur mayur, ikan, tebu hingga air. Bahkan ada yang menggunakan enerji surya untuk memenuhi kebutuhan listrik pesantren tersebut,” tegasnya.

Menurut Sandi, satu persen dari populasi Indonesia menguasai lebih 50 persen ekonomi. Karenanya, dia berjanji akan mengurangi ketimpangan yang ada. Kebijakan yang sangat liberal, membuat yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Utang semakin besar, dominasi  asing, kepentingan asing semakin terasa.

“Industri halal berpotensi menghasilkan pendapatan 4000 triliun. Indonesia  masih nomor lima. Ini adalah potensi besar bagi kita dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Saya akan openi betul pesantren. Republik ini punya utang besar pada pesantren. Pesantren In syaa Allah akan kami jadikan kawah chandradimuka pemimpin bangsa ini dan mencetak para santri yang menciptakan lapangan kerja bukan mencari kerja,” jelas Sandi.

Dalam kunjungannya, Sandi diterima dengan hangat oleh pengasuh Ponpes Al Wahdah Gus Ahfas Baidhowi. Hadir juga KH Najih Maimun Zuber dan KH Wafi Maimun dari Sarang, Gus A’am Wahib Surabaya,  Gus Sholah Banyuwangi. (ti,mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry