Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr Fauzan MPd.

MALANG | duta.co – Prestasi istimewa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai kampus Islam terbaik dunia versi UniRank tak datang secara tiba-tiba. Ternyata banyak hal yang sudah dilakukan perguruan tinggi ini. Mulai dari membangun iklim kemanfaatan, hingga merangkul Perhimpunan Indonesia Tionghoa  (INTI) guna menyukseskan program pembangunan seribu PLTMH.

Menurut Rektor UMM, Dr Fauzan MPd, bahwa jauh sebelum UniRank mengumumkan prestasi membanggakan ini. Perguruan Tinggi ini telah menerapkan berbagai program yang didasari oleh semangat dari Muhammadiyah untuk bangsa.

“Diawali dengan mengedepankan kualitas intitusi. Yakni dengan membangun iklim kampus yang mengarah ke pemberdayaan masyarakat, terutama yang bermanfaat bagi umat,” ungkap Fauzan.

Rektor UMM ini kemudian menjelaskan pula, selain hal diatas, ia juga mendorong seluruh sivitas kampus untuk berprilaku islami. Diantaranya dengan menghargai waktu, hadir tepat waktu, membudayakan hidup bersih, dan mengedepankan sopan santun, serta saling menghormati.

“Kami berusaha membumikan nilai-nilai Islami, dengan bergerak ke arah subtansi karakter keislaman. Bukan hanya mengusung simbol semata,” ujarnya.

Jurus ketiga yang diterapkan UMM, imbuh dia, ialah tata kelolah intitusi maupun jurusan yang dibuat seinovatif mungkin. Hal ini sangat penting, karena dinamika sebuah perguruan tinggi sejatinya ada disini. Disamping itu dengan mengkolaborasikan kebijakan top down dan bottom up.

“Kami memang menuntut setiap unit di kampus ini untuk terus bergerak berinovasi,” tandasnya.

Program yang tak kalah menariknya, Perguruan Tinggi ini tak segan merangkul Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) guna menyukseskan program pembangunan seribu Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Bahkan tak hanya PLTMH, Pembangkit Listrik Tenaga Surya maupun Biogas juga dikembangkan oleh UMM.

“Gerakan masif membangun seribu PLTMH, ini merupakan produk hasil riset akademisi kami. Sebagai wujud kontribusi kepada negara, kami  fokus mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan ketahanan pangan,” ujarnya.

Di Indonesia sendiri telah terindentifikasi sekitar 3 ribu lebih titik yang berpontensi dibangun PLTMH. Maka UMM tidak muluk-muluk mengambil semua kebutuhan tersebut. Namun cukup sepertiganya. Pergerakan program tersebut dimulai dari Malang dan kota Batu.

Pembangkit berbasis tenaga air ini memang belum banyak dikembangkan, UMM sendiri senagaja mengambil skala menengah kebawah. Diharapkan lewat program ini dapat menjadi motor penggerak roda perkenomian masyarakat sekitar.

“Selain ramah lingkungan, hasil energi PLTMH ini diutamakan diberikan kepada usaha kecil dan menengah, terutama home industri,” tutup rektor yang dikenal inovatif ini. (dah)