Pranoto, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Trenggalek.

TRENGGALEK | duta.co — Berorganisasi tak lepas dari paradigma nasionalisme. Di era sekarang, menurut Pranoto, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yang terpenting adalah nilai ketuhanan seperti yang tertuang di sila pertama Pancasila.

Politisi asal daerah pemilihan (Dapil) Empat, Kecamatan Panggul, Kabupaten  Trenggalek ini, berharap agar tongkat kepemimpinan di era sekarang harus merujuk kepada semangat mempertahankan kemerdekaan RI dengan mengisi perjuangan melalui pembangunan bangsa dengan daya dukung persatuan serta kesatuan.

“Saya dari fraksi PDI Perjuangan, kebetulan saya membidangi sarana dan prasana dan pembangunan di DPRD Kabupaten Trenggalek. Tapi jika bicara nasionalisme itu harga mati,” ujarnya.

Begitu tingginya nilai ketuhanan yang wajib bagi kader nasionalis, dikatakan Pranoto, secara langsung harus menjadi ‘kebutuhan’ yang wajib dijadikan pedoman utama bagi organisasi apa pun, baik kepemudaan maupun kemahasiswaan, juga dalam partai politik.

“Kita bisa rasakan hampir, banyak kader yang mengantongi organisasi nasionalis, tapi kurang memahami apa itu nasionalisme sesungguhnya,” tegasnya.

Dikatakannya, di tahun 1992, Paranoto telah ikut mendorong organisasi kepemudaan di wilayahnya, seperti karang taruna dan organisasi sayap seperti Banteng Muda Indonesia, agar aktif dalam gerakan kepemudaan  waktu itu.

“Saya lakukan karena semangat nasionalis semata,” ujarnya demikian.

Di kepengurusan PDI Perjuangan Kabupaten Trenggalek, organisasinya berpijak terhadap kemajemukan paham dan agama. Menurut Pranoto, sikap nasionalisme seharusnya tidak dipandang dari mana sosok itu muncul tapi dari kiprah yang ada.

“Kita harus menghormati agama dan keyakinan masing-masing karena NKRI bisa utuh karena sumbangsih rakyat dengan berbagai suku, agama dan ras,” tandasnya.

Pranoto berharap, dalam diskusi-diskusi tentang nasionalisme, figur-figur yang melekat dengan nasionalisme tetap dilibatkan. Disebutkan Pranoto, banyak tokoh-tokoh muslim nasionalis yang akan memberikan pandangan dan meluruskan anggapan terhadap radikalisme yang selama ini berkembang.

“Kita dekat dengan NU dan Muhammadiyah karena kader kita banyak berasal dari dua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia khususnya di Trenggalek,” ungkapnya.

Masih menurut Pranoto, tokoh agama maupun organisasi lainnya dulu selalu mengundang jika ada pertemuan, baik seminar atau pun dalam bentuk lain sebagai narasumber dari tokoh muslim yang nasionalis.

“Hanya saja, belakangan ini jarang, ayao kita hidupkan lagi,” pungkasnya. (ham)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry