Siti Damawiyah, S.Kep,Ns, M.Kep.
Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

MASALAH kesehatan di dunia yang terus mengalami peningkatan salah satunya adalah masalah pada gangguan penglihatan diantaranya merupakan kelainan refraksi mata.

Kelainan refraksi mata tersebut antara lain seperti miopia, hipermetropia, dan astigmatisme. Kelainan refraksi yang menduduki peringkat pertama sebagai kelainan yang paling banyak di derita oleh penduduk dunia ialah miopia.

Miopia adalah salah satu jenis kelainan refraksi mata yang terjadi akibat dari bayangan benda jaraknya terlalu jauh untuk difokuskan tepat di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi. Miopi sangat banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah dimana progresifitasnya semakin bertambah sampai mencapai usia dewasa.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa 
Intensitas penggunaan smartphone yang berlebih pada anak anak merupakan salah satu factor penyebab munculnya gangguan refraksi mata ini. Kemajuan teknologi saat ini sudah berkembang dengan pesat. Bahkan saat ini sudah banyak masyarakat yang mengenal serta memahami mengenai bagaimana cara mengakses informasi melalui telepon pintar atau biasa disebut dengan smartphone.

Hal ini pun terjadi pada anak-anak, dimana mereka menggunakan smartphone hampir di setiap hari. Penggunaan gadget ini dimulai dari siswa sekolah dasar sampai mahasiswa tingkat akhir dengan salah satu media elektronik yang digunakan adalah smartphone, karena dinilai lebih mudah untuk digunakan.

Smartphone sendiri saat ini sangat umum digunakan baik dari kalangan anak-anak maupun dewasa dan tua karena kecanggihannya yang dapat mengakses internet, video, hiburan, maupun berita terkini secara mudah dan cepat. Namun penggunaan smartphone ini juga memiliki dampak positif dan juga negatif.

Untuk dampak positifnya itu mudahnya mengakses internet secara cepat, namun untuk dampak negatifnya adalah karena teralalu lama menatap layar LCD/LED smartphone kepala menjadi lebih mudah terasa sakit, pusing, ketajaman penglihatan menjadi berkurang, dan mata menjadi kering.

Hal ini terjadi karena sinar yang dipancarkan dari layar smartphone serta penggunaannya dalam jangka waktu yang lama. Smartphone bukan hanya sekedar digunakan untuk media pembelajaran namun juga sebagai media hiburan salah satunya yaitu sebagai media untuk bermain game secara online, dimana hampir seluruh anak di Indonesia saat ini sudah mengenal dan memahami cara bermain game online dan aktif digunakan sehari-hari.

Tak jarang pula anak-anak yang rela bermain game sampai larut malam bahkan sampai tidak tidur seharian hal ini bukan hanya dilakukan oleh anak laki-laki tapi tidakk jarang anak perempuan pun banyak yang kecanduan untuk bermain game online.

Jika anak terus menerus menatap layar smartphone dalam jangka waktu yang lama, maka akan menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan hal ini terjadi akbat stress pada indera penglihatan, karena pada saat seseorang melihat suatu objek yang kecil dalam jarak yang dekat dengan waktu yang lama maka otot akomodasi akan mengalami tekanan, hal ini yang menyebabkan otot-otot mata dipaksakan bekerja secara terus menerus.

Faktor yang menjadi penyebab kejadian miopia antara lain, yaitu faktor keturunan (genetik), dan faktor lingkungan. Faktor genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi pada keturunannya yang dimana anak dengan orang tua miopia juga cenderung mengalami miopia.

Pada faktor lingkungan, kejadian miopia disebabkan oleh kebiasaan penggunaan mata yang buruk akibat dari lamanya melakukan aktivitas jarak pandang dekat seperti, aktivitas lama membaca buku, membaca sambil tidur, membaca ditempat yang gelap, aktivitas menonton televisi dan penggunaan gadget seperti smartphone, laptop atau komputer yang terlalu lama.

Faktor usia juga dapat mempengaruhi kejadian miopia dimana golongan usia produktif yang berkisar antara usia 8 sampai dengan 25 tahun memiliki risiko lebih besar untuk terkena miopia dibanding dengan usia lainnya. Kejadian miopia sebagian besar berkembang pada anak usia sekolah dan akan stabil pada usia remaja, akan tetapi pada sebagian orang juga akan menunjukkan perubahan ketika usia dewasa muda pada saat duduk di bangku perkuliahan.

Hal tersebut, disebabkan oleh perkembangan zaman yang dimana kinerja seseorang pada masa sekarang cenderung sangat bergantung pada teknologi digital sehingga kebutuhan akan penggunaan gadget pada mahasiswa sebagai alat penunjang untuk menyelesaikan tugas dan aktivitas dalam sehari-hari semakin tinggi serta sangat sulit untuk dihentikan .

Pemahaman hubungan antara faktor-faktor ini, diharapkan dapat ditemukan strategi yang efektif untuk mengurangi dampak negatif penggunaan gadget terhadap kesehatan mata serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran keluarga dalam pencegahan dan penanganan miopia. Dukungan keluarga dalam pembatasan penggunaan gadget pada anak sangat diperlukan untuk mencegah peningkatan derajat keparahan gangguan refraksi mata minus. Salah satu cara untuk mendeteksi awal adanya masalah penglihatan pada mahasiswa adalah melakukan skrinning dengan pemeriksaan sederhana menggunakan Snellen Chart.

Snellen Chart adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur ketajaman visus dengan cara menempatkan Snellen Chart sejauh 6 meter dari orang yang diperiksa. Hasil pemeriksaan dikategorikan sebagai penglihatan normal, jika orang yang diperiksa dapat membaca Optotipe Snellen sampai baris ke-8 dan hasil visusnya 6/6. Jika hasil pemeriksaan mata dengan Snellen Chart menunjukkan adanya gangguan penglihatan, maka segera lakukan pemeriksaan mata ke dokter spesialis mata.

Pemeriksaan kesehatan mata sebaiknya dilakukan sedari dini yaitu mulai usia 2-5 tahun untuk mengetahui apakah ada kelainan atau gangguan bawaan pada mata anak.

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry