Denis Fidita Karya – Dosen Manajemen FEB

MEMILIH produk investasi tentu bukan hal yang mudah, terutama bagi generasi millenial yang akan mencoba menanamkan uangnya.

Perlu berbagai macam pertimbangan dalam memilih, mulai dari keuntungan, risiko, perizinan, sampai latar belakang perusahaan yang merilis produk investasi tersebut.

Ada beberapa instrumen investasi yang bisa dicoba bagi generasi millenial, di antaranya yakni deposito dan investasi saham. Walaupun sama-sama menarik, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya, termasuk pada tingkat keuntungannya.

Dalam ber-investasi, hal yang paling sering dicari oleh investor adalah keuntungan atau imbal balik hasil nya. Baik deposito maupun investasi saham jelas menjanjikan keuntungan tersendiri.

Seingga kita perlu memahami dengan baik keuntungan dari kedua investasi ini sebelum memutuskan memilih salah satu di antaranya. Yukk, kita simak perbedaan dari masing-masing instrumen berikut ini :

  • Deposito

Bank biasanya sudah menetapkan besaran bunga deposito yang disesuaikan dengan tenor dan nilai deposito.

Umumnya berkisar 4-7% dan bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Bunga deposito mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Jadi tak heran bila pendapatan dari deposito cenderung tetap, bahkan perubahannya minim setiap tahun.

Sesuai banget buat kamu terutama generasi millenial yang masih awam dan yang mau main aman, stabil, karena risikonya terbilang rendah.

Contohnya, kita menyetor uang ke produk deposito sebesar Rp20 juta dengan bunga 7% per tahun.

Maka pendapatan yang akan kita dapat dari investasi tersebut sebesar Rp1,4 juta. Kalau kita mengambil tenor atau jatuh tempo 2 tahun, berarti total pendapatan Rp2,8 juta.

Artinya, setelah jatuh tempo 2 tahun, kita bisa mencairkan dana deposito berikut bunganya sebesar: Rp 22,8 juta. Itu masih kotor, belum dipotong pajak deposito 20%.  Asikk bukan??

  • Investasi Saham

Berbeda dengan deposito, keuntungan dari investasi saham itu bersifat fluktuatif, tergantung pergerakan pasar dan kinerja perusahaan yang sahamnya kita beli.

Misalnya, kita punya uang Rp20 juta dan membeli saham perusahaan tambang dengan harga Rp 1.000 per lembar, maka kita akan mendapat 200 ribu lembar saham atau 200 lot (1 lot = 100 lembar).

Jika dalam setahun saham ini mengalami kenaikan harga sebesar Rp200 dan menjadi Rp1.200 per lembar, maka kita akan mendapat keuntungan Rp40 juta.

Keuntungan ini tentu jauh lebih besar dibanding pendapatan bunga deposito. Namun dengan keuntungan yang menggiurkan tersebut, berbanding lurus dengan risikonya.

Perhitungan tadi kalau di asumsikan harga saham naik. Sebaliknya, jika harga saham turun, yang diperoleh bukannya keuntungan, namun kita akan rugi hingga kehilangan modal kita yang telah kita tanam.

Memahami Setiap Risikonya dan Mengelola Secara Tepat

Jika sudah paham untuk keuntungan dan risiko investasi saham maupun deposito, kembali lagi bahwa keputusan ada di tangan kita sendiri sebagai calon investor.

Kalau kita termasuk tipe orang yang senang ‘main’ aman atau baru memulai dan belajar investasi, kita bisa memilih produk deposito sebagai pilihan pertama dalam ber- investasi.

Namun sebaliknya, jika kita merupakan tipe orang yang senang mengambil risiko, investasi saham cocok untuk dicoba.

Satu yang perlu diingat, melakukan investasi pasti ada sisi untung dan rugi nya. Dengan memahami risiko setiap instrumen investasi dan mengelolanya dengan cara yang tepat, maka investasi akan memberi manfaat dan keuntungan maksimal bagi masa depan keuangan kita. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry