GRESIK | duta.co – Tidak bisa dipungkiri keberadaan industri-industri di Indonesia memberikan dampak negatif untuk lingkungan. Sektor industri mungkin bisa dianggap sebagai salah satu penghasil polusi dan limbah terbesar.
Bayangkan saja, sejak industri besar mulai berdiri, polusi meningkat pesat. Karena hasil dari proses produksi tidak hanya berupa barang jadi yang bisa dijual, tetapi limbah sisa produksi tersebut bisa merusak lingkungan
“Karena itu dibutuhkan sustainable development atau pembangunan berkelanjutan, agar keberadaan industri itu juga ramah lingkungan,” ungkap Pregiwati Pusporini, ST, MT, PhD.
Untuk itulah, lanjut Egi, sapaan akrabnya, tiap-tiap industri harus dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah. “Ingat ya, industri ramah lingkungan adalah cara tepat yang bisa digunakan untuk menjaga kelestarian alam,” tegasnya.
Dan industri ramah lingkungan bisa diwujudkan dengan menggunakan cara yang tepat dan efisien untuk produksi tanpa merusak kelestarian alam. Sayangnnya, ungkap Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), selama ini para pelaku industri belum memiliki indikator aspek lingkungan, karena keterbatasan SDM dan teknologi yang berkaitan dengan lingkungan.
“LIhat sajalah, kenyataanya tidak semua industri mampu menghasilkan limbah cair. Ini yang perlu mendapat perhatian,” paparnya.
Untuk itulah, wanita lulusan program S3 University of South Australia ini berupaya untuk terus melakukan pendampingan, sosialisasi, hingga melakukan workshop untuk memacu kepeduilian lingkungan di kalangan pelaku industri.
Dan sebenarnya, lanjut, kuncinya simple, yakni lingkungan bersih itu bisa di mulai dari diri sendiri. “Dari diri sendiri potensi lingkungan harus dirawat dan dipertahankan. Setelah dari diri sendirti, barulah untuk mengatasi pencemaran yang merupakan isu lingkungan paling menarik perhatian di kawasan industri, dibutuhkan kerjasama yang baik antara berbagai pihak terkait, terutama penyelenggara atau pemilik industry,” tandasnya. hms