SURABAYA | duta.co – Sama! Debat publik ke-3 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Timur pada Sabtu, (23/62018), belum membuat Gus Ipul-Puti ‘bangkit’ dari ‘keterpurukan’. Seperti disampaikan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, MA, penampilan Puti Guntur Soekarno, tidak waow.

Bahkan wanita dengan nama asli Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarno Putri itu, terkesan lebih suka mengulur waktu alias buying time dalam menjelaskan berbagai masalah.

“Saat Debat Publik ke-1 dan ke-2, semua tahu pasangan Khofifah-Emil lebih menguasai masalah. Tetapi, yang menarik dari Pilgub Jatim, dari posisi Cagub (Khofifah dan Gus Ipul) keduanya memiliki elektabilitas dan popularitas yang sama. Hanya saja, di Cawagub, ternyata Puti tidak (tampil red.) waow,” demikian disampaikan Burhanuddin saat dialog pengantar debat publik ke-3 Pilgub Jatim bersama Effendi Gazali, PhD, MPS ID di redaksi TVOne, Jakarta.

Sedikitnya ada dua materi yang cukup menggelitik dalam debat ke-3. Pertama, soal ruwetnya pengurusan E-KTP. Bagaimana kontribusi Pemprov dalam mengatasi masalah ini. Gus Ipul menyebut sejumlah masalah, dari KTP ganda sampai kurangnya blangko.

“Ini memang isu besar, sekarang ini masih ada sekitar 1,9 juta lebih secara nasional rakyat yang belum memiliki E-KTP. Kalau pemerintah daerah Kabupaten/kota tidak bisa mengatasi maka perlu pendampingan, jika perlu, kita ambil alih,” tegas Gus Ipul yang sempat dua kali menggunakan kalimat ‘kita ambil alih’ dalam debat yang berlangsung di Gedung Dyandra Convention Center, Jalan Basuki Rahmat, Surabaya tersebut.

Emil Dardak yang mendapat kesempatan untuk mengoreksi penjelasan Gus Ipul, langsung ‘tancap gas’. “Problem E-KTP itu bukan sekedar KTP ganda. Tetapi, ada banyak hal penting dan harus diperhatikan, misalnya pengadaan biometrik (teknologi analisa fisik red.), alat rekam, kecepatan print. Selebihnya adalah pelayanan, jemput bola khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya seperti lansia. Di sini, saya tidak setuju kalau Pemprov kemudian mengambil alih, jangan! Inilah perlunya kita turun lapangan, lihat Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil red.),” jelas Emil.

Masalah kedua yang tak kalah seru, adalah masih banyaknya daerah Kabupaten/Kota yang belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia. Di Jawa Timur ada 18 daerah kabupaten/kota yang belum mencapai status tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, pasangan Gus Ipul-Puti lebih menekankan pada koordinasi dan intervensi. Bahkan Gus Ipul tak segan-segan akan membantu keuangan bila daerah tersebut memang butuh bantuan duit. Puti, lalu menambahkan, provinsi bisa melakukan intervensi, karena intervensi itu dibenarkan oleh undang-undang.

Mendengar jawaban Gus Ipul-Puti, Khofifah merasa kaget. Menurut Khofifah, Gus Ipul harus lebih banyak lagi membaca manajemen keuangan. Dengan begitu, bisa membaca dengan cermat keluar masuk anggaran, sehingga APBD ini benar-benar oleh rakyat, dari rakyat untuk rakyat.

“Untuk daerah yang berkali-kali gagal memperoleh opini WTP, harus diteliti, karena banyak hal yang harus dipenuhi. Saya tahu karena mengalami berhadapan dengan auditor BPK, dan Trenggalek dari yang tidak pernah mendapat WTP, kini dua tahun berturut-turut memperoleh WPT,” jelas Emil.

Sementara, Khofifah lebih tegas lagi. “Kalau ada daerah yang berkali-kali gagal memperoleh opini WTP, setelah mendapat pendampingan juga masih gagal, maka, pejabat yang berwenang harus di-Plt (pelaksana tugas red.), libatkan DPRD dan dinas-dinas terkait. Jika perlu ada Pansus untuk itu,” katanya dengan nada serius.

Kesimpulan debat ini, menurut Burhanuddin maupun Effendi Gazali, menempatkan Khofifah-Emil sebagai jawara. “Dia berhasil memberikan apresiasi positif kepemimpinan Pakde Karwo, tetapi di sisi lain juga berhasil menguliti peran Gus Ipul, ada di mana? Saya rasa Emil berhasil menjadi penyerang yang tajam, dan Khofifah berhasil mengurainya dengan baik,” begitu Burhanuddin sambil menjelaskan bagaimana Emil dengan pertanyaan yang tajam tetapi tetap menggunakan gestur yang santun, termasuk dalam menjawab pertanyaan Puti tentang sinkronisasi yang justru dinilai tidak sinkron. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry