RAPAT RAPBN 2018: Menko Perekonomian Darmin Nasution (kanan) berbincang dengan Menko PMK Puan Maharani (kiri) di sela-sela mengikuti Sidang Kabinet Paripurna tentang RAPBN 2018 di Istana Negara, Jakarta, 24 Juli 2017. (antara)

Penurunan Daya Beli versi Data Bappenas hingga Juni 2017

– Penjualan sepeda motor tumbuh -26,9%

– Penjualan mobil  -27,5%

– Penjualan semen -26,8%

– Impor bahan baku modal -27,3%

– Impor bahan baku penolong -17,1%

Data: Pertumbuhan secara year on year.

 

JAKARTA | duta.co – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui, pemerintah saat ini tengah mencari akar penyebab lesunya daya beli masyarakat. Pada kuartal kedua tahun ini, beberapa indikator konsumsi tercatat mengalami kontraksi.

“Saya belum berani ngomong. Kalau saya iya-kan, mana datanya? Saya masih mencari penyebabnya,” ujar Darmin dikutip adari viva di Jakarta, Rabu (2/8).

Berdasarkan data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas hingga Juni 2017, penjualan sepeda motor tumbuh minus 26,9 persen secara year on year. Rendahnya permintaan juga tercermin dari pertumbuhan penjualan mobil yang tercatat minus 27,5 persen secara year on year.

Bahkan, data Bappenas menunjukan, volume penjualan semen mengalami kontraksi, karena mencatatkan pertumbuhan minus 26,8 persen secara year on year. Impor bahan baku modal dan penolong, pun masing-masing tumbuh minus 27,3 persen dan 17,1 persen secara year on year.

karta Penurunan daya beli masyarakat yang kerap disebut-sebut selama ini memang benar terjadi. Penurunan daya beli tersebut khususnya terjadi pada masyarakat berpenghasilan rendah.

 

Tarif Listrik dan Elpiji Genjot Inflasi

Sebelulmnya, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengungkapkan,‎ data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, selama lebih dari satu tahun terakhir terjadi penurunan pendapatan riil, khususnya masyarakat berpendapatan rendah, terutama di perkotaan.

“Buruh bangunan, misalnya, meski secara nominal rata-rata upah mereka mengalami kenaikan, tapi inflasi yang selama semester I 2017 mencapai 2,4 persen membuat pendapatan riil mereka tergerus 1,4 persen,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/7) lalu.

‎Faisal menyatakan, ‎hal ini sekaligus mematahkan argumen pemerintah bahwa inflasi tahun ini terkendali. Menurut dia, memang benar jika inflasi bahan pangan (volatile food) tahun ini sangat rendah. Namun, kenaikan tarif listrik, elpiji dan lain-lain justru membuat inflasi meningkat dua kali lipat.

“Tapi kenaikan harga-harga kebutuhan hidup yang diatur oleh pemerintah (administered prices) seperti tarif dasar listrik, gas elpiji, dan lain-lain,‎ justru mendorong inflasi selama 6 bulan pertama tahun ini lebih tinggi dua kali lipat dibanding inflasi di periode yang sama tahun lalu,” tandas dia.

Sebelumnya, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir Indonesia tengah mengalami penurunan daya beli masyarakat, meskipun Bank Indonesia (BI) mengklaim inflasi nasional berada dalam tingkat yang stabil rendah.

Enny mengatakan, penurunan daya beli masyarakat ini terlihat dari anjloknya pertumbuhan sektor bisnis seperti properti, ritel serta industri makanan dan minuman.‎ “Yang terjadi sekarang itu sebenarnya penurunan daya beli, makanya di properti tidak tumbuh, di sektor ritel pertumbuhannya minus, dan juga industri-industri basic seperti pangan juga mengalami perlambatan,” ujar dia di Kantor Indef, Jakarta.

 

Keterbatasan Lapangan Kerja

Enny mengungkapkan, salah satu faktor penurunan daya beli masyarakat ini lantaran keterbatasan lapangan kerja. Meski tingkat pengangguran terbuka tidak naik, masyarakat banyak yang beralih ke sektor informal.

‎”Kenapa terjadi penurunan daya beli? Karena keterbatasan lapangan kerja, sehingga sekalipun orang tidak masuk ke pengangguran terbuka, tetapi mereka terlempar ke sektor nonformal. Sektor ini tentu tidak menghasilkan penghasilan yang memadai. Sehingga kalau penghasilannya tidak memadai, barang-barang yang mampu dibeli sangat terbatas. Itu yang disebut penurunan daya beli,” jelas dia.

Menurut Enny, penurunan daya beli masyarakat ini juga menyebabkan harga-harga relatif tidak banyak bergejolak. Oleh sebab itu, dalam beberapa tahun terakhir inflasi nasional relatif rendah.

‎”Penurunan daya beli ini menciptakan kurva demand yang menurun, itu menyebabkan harga-harga relatif tidak mengalami gejolak. Sehingga dalam tiga tahun terakhir, inflasi kita relatif rendah. Tetapi pemerintah menilai dengan inflasi rendah, berarti ada ruang untuk menaikkan harga-harga yang bisa ditentukan pemerintah, seperti listrik, tarif air minum, termasuk biaya pengurusan STNK dan BPKB, yang sebenarnya tidak signifikan, tapi berdampak pada daya beli masyarakat,” ungkap dia. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry