Tampak KH Abdurrahman Navis sedang mendengarkan penjelasan Ust. Muhaimin tentang perlunya melakukan penajaman Aswaja. (FT/DUTA.CO/SOVIEDINA)

SURABAYA |duta.co – Indonesia sekarang bukan hanya darurat narkoba, tetapi juga darurat wahabi. Hampir tidak ada lorong kehidupan yang bebas dari virus wahabi, sebuah paham yang gemar membid’ahkan, mensyirikkan atau bahkan mengkafirkan amalan-amalan warga nahdliyin (NU). Sekarang ini, hampir tidak ada musholla atau masjid yang lolos dari incaran mereka.

“Ya! Kita sekarang harus siap menghadapi mereka yang telah masuk dari semua lini. Dulu, wahabi itu ada di Arab Saudi, sekarang sel-selnya bergerak massif di Indonesia. Awalnya mereka menguasai kampus, lalu menyebar ke berbagai relung kehidupan. Ini akan menjadi ‘perang panjang’ ideologi keagamaan, dan bukan tidak mungkin menjadi tragis dengan gesekan fisik, bunuh membunuh sebagaimana yang pernah terjadi di awal kemerdekaan Arab Saudi,” demikian disampaikan Mokhammad Kaiyis, Pemred Duta Masyarakat dalam pengantar Daurah Aswaja Angkatan I di Graha Astranawa, Ahad (30/4/2017).

Masalahnya adalah bagaimana kita menghadapi semua tuduhan tersebut? KH Abdurrahman Navis, Direktur Aswaja Center PWNU Jawa Timur, mengajak Koran Duta ikut aktif melakukan gerakan ‘perlawanan’. Bukan sekedar tulisan, tetapi membangun sel-sel baru berupa penajaman paham Islam ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah melalui Daurah Aswaja.

“Karena ‘perang panjang’, maka, tidak bisa dilakukan dengan sporadis, harus sistematis dan jangka panjang. ‘Daurah Aswaja’ dengan model ngaji blak-blakan ini, kita buat per-angkatan semisal Lemhanah (Lembaga Ketahanan Nahdliyin). Hari ini Angkatan I, dan seterusnya, dari sini kita bangun militansi dengan hujah-hujjah qoth’i,” jelasnya.

KH Abdurrahman Navis, LC, MHI, Direktur Aswaja Center PWNU Jatim, mengatakan, bahwa,  warga NU harus memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi mereka. Buku ‘Khasanah Aswaja’ sesungguhnya lebih dari cukup untuk menjawab semua tuduhan.

“Tetapi, tetap saja dibutuhkan penajaman. Kami (Aswaja Center red.) sudah bertahun-tahun melakukan sosialisasi itu, karena saking banyaknya warga NU sehingga belum semua terjangkau. Melalui Koran Duta Masyarakat dan website duta.co gerakan ini bisa berjalan masif. Keinginan untuk memperkuat gerakan ini melalui sistem Lembaga Ketahanan Nahdliyin patut diapresiasi,” tegasnya.

Menurut Kiai Navis, dalam buku ‘Khasanah Aswaja’ dibahas secara tuntas masalah-masalah ahlussunnah,  aqidahnya, fikihnya tasawufnya, sejarah aliran-aliran dalam Islam dari wahabi, Hizbut Tahrir sampai FPI. Dengan memahami semua itu, maka, warga NU akan lebih mantap dalam menjalankan amaliyahnya.  “Nanti, di akhir sesi, kita gelar simulasi debat, bagaimana mematahkan tuduhan mereka,” jelasnya.

Kiai Navis kemudian mengukur semangat peserta ‘Daurah Aswaja’ Angkatan I dengan testimoni satu persatu. Ust Muhaimin misalnya, tertarik mengikuti ‘Daurah Aswaja’ lantaran dirinya sering berhadapan dengan perbedaan pandangan, baik persoalan hukum maupun tata cara belajar agama. Dengan semakin banyaknya aliran, membuatnya harus mengkaji lebih dalam, apa itu Ahlussunnah wal Jamaah.

“Saya berharap kalau ‘Daurah Aswaja’ ini digelar perangkatan, misalnya ada Angkatan I, Angkatan II dan seterusnya, maka, mohon diusahakan bisa terus mengikuti untuk memperdalam keilmuan ini,” jelasnya.

Hadir dalam acara ini, KH Dokter Muhammad Thohir, Psikiater dari Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari, Surabaya. Di samping itu ada juga sejumlah aparat dari kepolisian setempat yang ikut memantau jalannya acara ‘Daurah Aswaja’. (mah)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry