
JOMBANG | duta.co – Setiap Idul Adha, Jombang selalu semarak oleh semangat berbagi. Di kampung-kampung, suara takbir bersahut-sahutan, dan aroma daging kurban menyatu dengan suasana syukur. Namun di balik itu, ada tumpukan plastik sekali pakai yang sering tertinggal setelah perayaan usai.
Tahun ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang mencoba mengubah kebiasaan itu. Melalui Surat Edaran (SE) Bupati No 100.3.4.2/314/415/01/2025, warga diajak untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dalam pembagian daging kurban.
Alih-alih plastik, masyarakat diminta menggunakan wadah ramah lingkungan seperti besek bambu, daun pisang, daun jati, atau wadah daur ulang. Tujuannya jelas: menjaga bumi tetap bersih, bahkan di hari penuh berkah seperti Idul Adha.
“Inilah saatnya kurban tidak hanya menjadi bentuk ibadah sosial, tapi juga kepedulian ekologis,” ujar Miftahul Ulum, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jombang, Rabu (4/6). Ia menyampaikan bahwa langkah ini bukan sekadar formalitas, tapi bagian dari gerakan bersama untuk menyelamatkan lingkungan.
Di beberapa desa, perubahan ini sudah terasa. Seperti di Desa Rejosopinggir, para ibu rumah tangga mulai menyiapkan besek dan anyaman daun jati yang dulu biasa dipakai orang tua mereka. Bagi sebagian warga, ini bukan hal baru, melainkan bentuk warisan yang kini kembali dilestarikan.
“Saya senang, anak-anak jadi tahu kalau dulu daging itu dibungkus pakai daun. Harumnya beda,” kata Bu Ningsih, warga setempat, sambil tersenyum saat menyiapkan daun pisang di halaman rumahnya.
Pemkab Jombang juga menganjurkan warga membawa wadah sendiri saat menerima daging kurban. Sebuah langkah kecil yang bisa berarti besar jika dilakukan bersama. Karena faktanya, setiap tahun, ratusan kilogram plastik sekali pakai terbuang hanya dari pembagian kurban.
“Kami ingin membentuk budaya baru: kurban yang tidak meninggalkan jejak sampah. Ini edukasi yang pelan-pelan akan kami tanamkan,” tambah Ulum.
Kurban tahun ini mungkin masih banyak yang menggunakan plastik. Tapi, dari seruan kecil ini, harapannya akan lahir kesadaran besar: bahwa berbagi tidak harus mencemari. din







































