Bergaya milenial Jokowi marah akan melawan. FT/ist

“Kami melihat, Anda ketakutan luar biasa karena telah melihat kekuasaan itu akan berakhir. Tidak lazim, seorang yang masih menjabat Presiden mengobarkan ketakutan ditengah rakyatnya.”

Oleh : Nasrudin Joha, Pemerhati Ruang Publik

JOKOWI uring-uringan, di Jogja Jokowi sesumbar akan melawan hoax. Dirinya mengklaim, selama lebih dari 4,5 tahun diam. Pertanyaannya, siapa yang mau dilawan? Rakyat? Lantas, kalau rakyat tidak puas dengan kinerja Jokowi, bahkan kecewa, apakah rakyat yang beda pilihan politik ini yang akan dilawan?

Kalau benar, ini tidak terkait kampanye, bukan sebab Jokowi mau nyalon lagi, kenapa baru sekarang sesumbarnya? Terus, jika sudah sesumbar mau melawan, lantas semua rakyat yang ingin perubahan mau ditangkapi? Mau gunakan UU terorisme untuk menjerat hoax? Seperti yang di wacanakan Wiranto?

Sekarang mari buka-bukaan, yang sebar hoax itu siapa? Yang berbusa bilang tiga tahun tidak ada kebakaran hutan, siapa? Yang sombong menyebut pembebasan lahan jalan dan infrastruktur ganti untung, kemudian ada ibu ibu di Lampung, nangis karena lahannya diterabas jalan tol belum dibayar, siapa yang hoax? Yang janji-janji tidak akan Import, tidak akan utang, siapa? Jangan asal tunjuk hidung rakyat, sementara diri tidak bercermin!

Kalau selama ini Jokowi cuma diam 4,5  tahun terhadap rakyat, sebaliknya Rakyat, cukup mengalah untuk diam tersiksa karena kebijakan pengelolaan pemerintahan yang menindas. Zaman Jokowi, semua serba susah, ekonomi sulit, ulama dikriminalisasi, ajaran Islam dikriminalisasi, penista agama dilindungi, dakwah dan pengajian Islam dipersekusi. Ini rakyat sudah kelewat sabar, jadi kami rakyat juga akan melawannya. Bukan hanya soal Pilpres, tapi ini demi masa depan bangsa dan negara agar tak binasa dipimpin orang yang tidak cakap dan tidak amanah.

Jangan takut-takuti rakyat dengan hoax, jangan takut-takuti rakyat dengan UU terorisme untuk menindak hoax, urat takut kami sudah putus. Kami melihat, Anda ketakutan luar biasa karena telah melihat kekuasaan itu akan berakhir. Tidak lazim, seorang yang masih menjabat Presiden mengobarkan ketakutan ditengah rakyatnya.

Sudahlah, akui saja Anda sudah tidak diinginkan. Rakyat yang menginginkan Anda, tidak sepadan dengan rakyat yang menginginkan Anda tidak terpilih lagi. Kampanye biasa biasa saja, jangan mengadu domba. Diksi ‘lawan’ itu berarti Anda telah memposisikan rakyat yang beda aspirasi sebagai musuh.

Moeldoko anak buah Anda bilang perang total, sekarang Anda menyerukan ‘melawan rakyat’, lantas bangsa ini mau dibawa Kemana? Mau dibuat seperti Suriah? Mau diadu domba dan dipecah belah?

Kami masih menghargai Anda sebagai kepala negara, sepanjang Anda bersikap sebagai negarawan. Tetapi jika ujaran itu sudah mengarah pada ujaran preman, bukan lagi mencerminkan karakter seorang Presiden yang mengemban amanah sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, sori sori Pak, kita koreksi dan luruskan.

Seharusnya, menjelang akhir jabatan Anda, Anda menebarkan kesejukan dan kedamaian. Anda, akan dikenang sebagai Presiden yang santun dan aspiratif. Mengumbar kecongkakan secara telanjang dihadapan rakyat, sama saja Anda mengabarkan tirani dan penindasan. Apa Anda ingin dikenang sebagai seorang tiran?

Sakit sekali menjadi rakyat di negeri ini, setelah dikorbankan oleh kebijakan pemimpin yang zalim sekarang dituduh sepihak sebagai pelaku hoax dan diperangi pemimpinnya sendiri. Sementara itu, hoax-hoax yang diproduksi penguasa terus bertebaran.

Kami ini hanya punya suara, kebetulan suara kami memiliki aspirasi tidak menghendaki Jokowi, lantas apakah itu salah ? Siapa, yang mau terus berada dibawah penindasan dan tirani, kami ingin pemimpin yang adil. Salahkah kami bersuara tidak untuk Jokowi? Ya Allah Ya Rabb, lindungilah bangsa kami. (sumber Swamedium.com)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry