Danramil 0813-05/Dander Kapten Inf Edi P bersama Ketua LPA Bojonegoro Niko Fatkuria, SPd, saat berbagi pola pendidikan anak di TK Tunas Harapan II Desa Sumberarum, Bojonegoro, didampingi Kepsek TK Tunas Harapan II, Sulistianik SPd. Duta/Tri Suryaningrum

BOJONEGORO | duta.co – Membangun generasi berkualitas menjadi tanggung jawab bersama. Itulah yang tengah digalakkan Kodim 0813/Bojonegoro bersama Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Bojonegoro. Salah satunya dengan terjun langsung berbagi ilmu pola mendidik anak ke sejumlah sekolah Taman Kanak-Kanak (TK).

Kali ini, TK yang mendapat kehormatan untuk mendapatkan tips-tips tentang pola mendidik anak adalah TK Tunas Harapan II Sumberarum, Dander, Bojonegoro.  Danramil Dander Kapten Inf Edi P memaliki Kodim Bojonegoro bahkan terjun langsung untuk berbagi bagaimana meningkatkan kualitas menjadi anak yang berkarakter pada wali murid.

Pembukaan Parenting TK Tunas Harapan II Sumberarum dengan menyanyiokan lagu Indonesia Raya

“Ingat bicara tentang anak berkualitas sangat ditentukan pada pola pendidikan. Bagaimana pendidikan itu? Pendidikan jauh lebih sulit, karena mendidik tidak sekedar mengajar,” ujarnya saat menjadi pemateri di kegiatan Parenting TK Tunas Harapan II.

Mengajar lanjut Edi, hanya sekedar memberikan materi bagaimana berhitung, bagaimana membaca, juga bagaimana agar anak menguasai ilmu pengetahuan, tapi mendidik itu sangatlah komplek, karena mendidik menjadikan anak berkarakter, berkepribadian, dan berketerampilan.

Siswa TK Tunas Harapan II Sumberarum antusias bermain permainan tradisional bersama relawan LPA Bojonegoro

Dan pendidikan itu menjadi tanggung jawab bersama, mulai pengajar, orang tua hingga lingkungan. Jika ketiga mampu bekerjasama dengan baik, maka anak-anak Indonesia akan menjadi anak yang berkualitas dan mampu berdaya saing di era global. “Ingat ya, negara itu bisa menjadi kuat, jika memiliki sumber daya manusia (SDM) yang hebat,” tegasnya.

Dan untuk menjadikan anak berkarakter dan berdaya saing, lanjut Ketua LPA Bojonegoro Niko Fatkuria, SPd, maka pola asuh orang tua sangat dominan. Ada empat pola asuh, pertama otoriter. Orang tua tipe ini selalu memaksakan kehendaknya, menganggap dialah yang paling benar, dan anak tidak berhak menentukan sendiri pilihannya. “Akibatnya anak itu akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri, pencemas, dan merasa tidak berdaya. Akibatnya, emosi anak menjadi tidak stabil dan gampang putus asa,” jelasnya.

Siswa dan wali murid TK Tunas Harapan II Sumberarum bersenam bersama dengan relawan LPA Bojonegoro

Kedua lanjut Niko, melindungi. Tipe ini perilaku orang tua terlalu protektif, biasanya diekspresikan dengan sikap yang terlalu memanjakan anak. Padahal hal itu membuat anaknya terlalu bergantung kepada orang tuanya. “Biasanya, anak yang dididik dengan cara ini selalu bergantung kepada orang lain, menjadi peragu dan rapuh,” ujarnya.

Kemudian pola asuh ketiga, membebaskan. Pola mendidik yang cenderung terlalu membebaskan anaknya dikhawatirkan perilaku ini adalah anak akan menjadi tidak terkendali, pembangkang, bahkan yang parahnya adalah tidak mengindahkan norma yang berlaku di masyarakat.

Relawan LPA Bojonegoro berfoto bersama guru dan siswa TK Tunas Harapan II Sumberarum.

Dan lanjut Niko, pola keempat inilah yang layak ditiru, yakni suri tauladan. Nah inilah perilaku yang seharusnya dimiliki oleh semua orang tua. Suri tauladan adalah mengarahkan sembari memberi contoh kepada anaknya. “Maka marilah menjadi orang tua dengan menerapkan pola asuh suri tauladan, karena sebaik-baiknya pengajaran adalah menjadi contoh dan suri tauladan bagi anak,” tegasnya.

Sementara Kepala Sekolah TK Tunas Harapan II Sumberarum Sulistianik SPd berharap dengan kegiatan Parenting  yang menghadirkan orang-orang yang berkompeten, bisa mengubah pola pikir wali murid menjadi lebih terbuka. “Sehingga para wali murid berlomba-lomba meningkatkan pola pendidikan anak menjadi lebih baik,” tandasnya. rum

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry