Denis Fidita
Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB)
BERDASARKAN istilah dari Data Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bonus Demografi ialah potensi pertumbuhan ekonomi yang tercipta akibat perubahan struktur umur penduduk, dimana proporsi usia kerja lebih besar daripada proporsi bukan usia kerja.
Kini Indonesia berada di masa bonus demografi di mana jumlah penduduk produktif lebih besar dibanding penduduk usia tidak produktif. Munculnya Covid-19 mengejutkan dunia khususnya Indonesia. Pandemi Covid-19 sangat mengancam perkembangan demografi Indonesia. Bonus demografi yang diyakini dapat mengangkat perekonomian, malah berdampak buruk di musim pandemi saat ini. Berikut adalah bentuk nyata permasalahan yang mengancam bonus demografi di Indonesia:
a. Potensi Naiknya Angka Ketergantungan
Adanya kasus covid 19 banyaknya kegiatan masyarakat yang terbatas. Beragam kebijakan dilakukan guna menekan jumlah kasus baru mulai dari melakukan physical distancing, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Work From Home (WFH) hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan beragam kebijakan yang diupayakan pemerintah muncul sejumlah masalah lain, salah satunya yaitu tingginya angka kehamilan baru disaat pandemi.  Tingginya tingkat kehamilan baru sangat memperburuk capaian bonus demografi penduduk tidak produktif semakin meningkat dan akan angka ketergantungan semakin besar (Media Indonesia, 4 Mei 2020).
b. Pengangguran Naik
Waktu menikmati bonus demografi sangatlah terbatas, apabila tidak diperhatikan dapat menjadi beban demografi. Dengan keadaan ini jauh dari harapan. Sehingga dengan adanya Pandemi Covid-19 ini berdampak pada aspek ketenagakerjaan Indonesia.
Menurut prediksi Bappenas, tingkat pengangguran di tahun 2021 meningkat mencapai 12,7 juta orang bahkan hampir 2x lipat dari angka pengangguran terbaru yang dirilis BPS.
Ada beberapa strategi pemerintah yang dapat menyikapi permasalahan ini, diantaranya:
1. Melakukan pemulihan sektor unggulan seperti industri pengolahan dan pariwisata, pengembangan wilayah pusat pertumbuhan seperti kawasan industri, mendorong investasi, menumbuhkan UMKM.
2. Mendorong perbaikan skill development sistem dengan melakukan reformasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi agar lebih berbasis kerja sama industri termasuk pembenahan informasi pasar kerja.
3. Dilandasi pada proses perbaikan aspek ketenegakerjaan untuk menciptakan ketenagakerjaan yang kondusif dengan membenah peraturan dan memperbaiki sistem perlindungan sosial, memperbaiki sistem kesehatan nasional, serta memperbaiki sistem pendidikan.
Sebagai generasi muda yang memiliki peran penting juga harus mampu menyelesaikan permasalahan ini. Berikut adalah solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan ini bagi mahasiswa:
1. Mahasiswa perlu critical thinking, berwawasan luas dan produktif; mahasiswa tidak hanya menjadi penikmat mereka harus menjadi pelopor, penemu ide didalam dunia ekonomi.  Di lingkungan sosial, dalam menghadapi bonus demografi mahasiswa dituntut memperkuat literasi sosial untuk memupuk kepedulian terhadap masyarakat.
2. Mahasiswa berperan sebagai social control dan perubahan dalam kehidupan yang akan datang. Dengan membantu mencerdaskan kehidupan bangsa; memperkuat program literasi lama (membaca, berhitung) serta literasi baru (mempelajari teknologi dan membuat karya baru), sehingga dapat digunakan sebagai senjata dalam dalam menghadapi bonus demografi dikemudian hari.
3. Mahasiswa harus mengembangkan softskill terutama pada kemapuan problem solving, berkolaborasi  dan membangun relasi, dan leadership. Mampu beradaptasi, memiliki komunikasi yang baik, dan mengembangkan jiwa berwirausaha dapat membuka peluang Indonesia untuk lebih menghadapi tantangan di kemudian hari.