Ketua LD PBNU KH Maman saat menyampaikan program di hadapan peserta workshop. (duta.co/Huda)
Ketua LD PBNU KH Maman saat menyampaikan program di hadapan peserta workshop, di Kantor PBNU, Jakarta, Sabtu (11/2/2017) kemarin. (duta.co/Huda)

JAKARTA | duta.co — Akhir-akhir ini, kebhinnekaan dan rajutan kebangsaan di Indonesia terusik oleh cara dakwah sebagian kelompok Islam yang berisi fitnah, hujatan, dan ujaran kebencian. Dakwah tidak lagi menjadi penyejuk tapi telah menjadi medan untuk saling menghujat antar sesama. Dakwah bukan lagi merangkul tapi memukul, bukan lagi mengajak tapi mengejek, bukan lagi ramah tapi marah.

Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) sebagai corong PBNU dalam bidang dakwah, merasa prihatin dengan kondisi model dakwah tersebut. Karenanya, LD PBNU menggelar workshop mengangkat tema “Membangkitkan dakwah ramah untuk Indonesia yang berkeadaban” di Kantor PBNU, Jakarta, Sabtu (11/2/2017) kemarin.

Ketua LD PBNU KH Maman Imanulhaq mengajak para dai-daiyah NU untuk terus bangkit berdakwah menyebarkan ajaran ahlussunnah wal jamaah ala Islam nusantara yang berkarakter ramah, toleran, dan menghargai kebudayaan, serta berdakwah tanpa kekerasan dan hinaan.

Menurut Kiai Maman, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan pendakwah (dai) yaitu pertama agama, kedua wacana (pengetahuan) dan ketiga adalah teknologi. Agama tanpa wacana kurang, begitu juga wacana tanpa teknologi tidak efektif, maka ketiganya harus seiring sejalan.

“Seperti saat ini banyak orang berdakwah di media sosial, padahal pengetahuan agamanya nol,” ujarnya.

Belum lagi, tambah Kiai Maman, cuitan-cuitan di media sosial yang menyudutkan ulama,  ujaran kebencian, dan perilaku negatif lainnya. Untuk itulah, LDNU sebagai corong PBNU siap menangkal dan membentengi NU melalui program dan kegiatan dakwah, baik melalui kaderisasi dai sampai media website.

“Kita harus memperkuat ahlussunah wal jamaah bukan ahlul fitnah wal jamaah,” tegasnya

Sementara itu, Mantan Ketua LD PBNU, KH Zakki Mubarok secara resmi membuka workshop sehari LD PBNU. Dalam tausiyahnya ia mengajak para dai-daiyah untuk tetap memegang teguh prinsip ajaran ahlussunnah wal jamaah, referensi kitab ulama salaffusolihin dan mengembangkan karakter ramah dan beradab. Jangan sampai kader dai LD PBNU menjadikan mimbar sebagai ajang memfitnah atau menghina antar sesama.

“Ini pantangan yang harus dijauhi dai NU, jadikanlah mimbar sarana berdakwah yang menyejukan dan baik,” pungkasnya.

Workshop dihadiri ratusan dai-daiyah perwakilan pengurus LDNU se Indonesia dan menghadirkan narasumber di antaranya, Rais Aam PBNU (KH Maruf Amin), Dirjen Balitbang Kemenag (Prof Abdurrahman Masud), Wantimpres (Sidarta Danu Subroto), Direktur pengembangan BEI (Hosea Nicky Hogan), dan Kepala Balitbang Kemensos.

Workshop dimaksudkan untuk merumuskan pedoman dakwah Islam nusantara yang berkarakter ramah, toleran dan menghargai kebudayaan. Dan hasilnya menjadi pedoman dakwah dai-dai LD PBNU di seluruh Indonesia.

Workshop juga untuk merumuskan program kerja lima divisi LD PBNU yakni divisi kajian dan pengembangan, kemitraan, pemberdayaan perempuan dan anak, kaderisasi, dan divisi media dan publikasi. Sedangkan rumusannya akan disahkan dalam Rakernas LD PBNU pada 20-21 Februari di Ponpes Al Tsaqofah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. (hud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry