SRAGEN | duta.co – NU Care-LAZISNU menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ketiga di Pondok Pesantren Walisongo, Sragen, Jawa Tengah, Senin (29/01/2018). Selasa (30/1/2018) dilakukan peletakan batu pertama pembanguan rumah sakit NU (dari pemanfaatan Koin NU Sragen) oleh Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin.

Dalam Rakornas tersebut, Direktur NU Care-LAZISNU, H Syamsul Huda menyampaikan bahwa gerakan koin NU selama tahun 2017 mencapai Rp16 miliar. “Perlu kami sampaikan, bahwa pada tahun 2017, Pengurus Pusat NU CARE-LAZISNU  berhasil menghimpun dana sebesar Rp16.771.119.650,” demikian disampaikan H Syamsul Huda.

“Dengan perolehan sebesar itu, Pengurus Pusat NU CARE-LAZISNU telah menyalurkan dana sebanyak Rp11,86 miliar, meliputi pendidikan Rp4,3 miliar, kesehatan sebesar Rp680 juta, pemberdayaan ekonomi Rp2,7 miliar, dan siaga bencana Rp1 miliar lebih,” tambah H Syamsul.

Di samping itu, tegasnya, potensi ini akan semakin besar dan akan terus mengalami peningkatan. “Jumlah ini akan terus bertambah. Karenanya, kami masih menunggu laporan kinerja akhir tahun dari sahabat-sahabat PW dan PC NU CARE-LAZISNU di seluruh Indonesia yang jumlah totalnya insyaAllah akan kami sampaikan pada penutupan Rakornas NU CARE-LAZISNU 2018,” tandasnya.

“Semoga majunya NU tidak hanya di Sragen tapi juga di seluruh Indonesia agar NU benar-benar menjadi organisasi yang mandiri, berdaulat secara ekonomi, dan kuat secara ideologi,” demikian disampaikan di depan sekitar 300 pengurus NU Care-LAZISNU tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan yang ada di Indonesia, serta NU Care-LAZISNU Taiwan.

Rakornas ini mengambil tema ‘Arus Baru Kemandirian Ekonomi NU’, sekaligus untuk menyongsong 100 tahun NU. Sejumlah agenda melengkapi Rakornas seperti seminar fundraising; ZIS Trip atau kunjungan ke lokasi usaha ekonomi, peletakan batu pertama pembanguan rumah sakit NU (dari pemanfaatan Koin NU Sragen) oleh Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, Selasa (30/1/2018).

Menurut KH Ma’ruf Amin, tema yang diangkat Rakornas sungguh tepat. Karena, pada saat ini Nahdlatul Ulama berada di akhir 100 tahun. Pertama, kita akan memasuki 100 tahun. Kedua, karena itu, sisa waktu yang ada menjelang 100 tahun kedua itu kita jadikan untuk membuat landasan-landasan yang kuat. Kita kuatkan runaway-nya, supaya bisa tinggal landas.

“Karena menurut hadits, setiap awal 100 tahun itu akan ada pembaharu, ada gerakan baru,” jelas Kiai Ma’ruf, saat ditemui di ruangannya, di Gedung PBNU Lantai 4, Kamis (18/01).

Menurutnya, NU Care-LAZISNU telah melahirkan gerakan ekonomi mandiri nahdliyin yang dahsyat. Di Sukabumi telah terbangun Klinik ZIS, di Sragen dengan pembangunan Rumah Sakit NU, di Lampung Timur dengan BMT (Baitul Maal wa Tamwil), dan juga di tempat-tempat yang lain.

Sebagai suatu organisasi, Nahdlatul Ulama memiliki berbagai bagian. NU itu adalah fikrah (cara berpikir), amaliyah, harakah (gerakan). Di antara gerakan NU, kata Kiai Ma’ruf, adalah gerakan perbaikan yaitu harakah ishlahiyah di dalam bidang ekonomi, supaya NU bisa mandiri. NU juga gerakan khidmatun ummah, atau pelayanan kepada umat.

“LAZISNU punya peran ganda. Pertama, ia (LAZISNU, red.) harus berperan di dalam rangka meningkatkan kemandirian ekonomi umat dengan dana yang bisa dikelola dengan baik. Kedua, dengan memberikan pelayanan seperti melalui klinik, melalui rumah sakit, melalui pendidikan dan lain-lain yang bisa dilakukan,” tutur Kiai yang juga menjabat sebagai Ketua Umum MUI Pusat ini.

Karena itu, menurutnya, tema Rakornas NU Care-LAZISNU 2018 dalam menyambut 100 tahun Nahdlatul Ulama adalah suatu tema yang tepat. Rakornas akan menghasilkan gerakan yang massif, yang lebih baik lagi. Sehingga, pelayanan NU dan perbaikan untuk umat bisa dilaksanakan dengan baik. (rif)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry