
SURABAYA | duta.co – Di tengah semakin populernya investasi kripto, banyak orang mulai bertanya-tanya : bisa nggak sih, cuan tiap hari tanpa harus trading terus-menerus? Ternyata bisa. Dua strategi yang makin dilirik untuk menghasilkan penghasilan pasif adalah crypto mining dan staking.
Meskipun sama-sama menjanjikan cuan harian, keduanya punya cara kerja yang sangat berbeda. Nah, biar nggak salah langkah, yuk pahami bedanya dan tentukan mana yang paling cocok buat kamu.
Mining Kripto : Menambang Cuan Lewat Perangkat Sendiri
Kalau kamu pernah dengar soal “menambang Bitcoin”, itulah yang disebut crypto mining. Pada dasarnya, mining adalah proses memverifikasi transaksi di blockchain menggunakan perangkat komputer berdaya tinggi. Sebagai imbalan nya, miner akan mendapat kripto baru sebagai reward.
Namun jangan bayangkan kamu bisa langsung duduk manis lalu cuan datang. Mining butuh:
- Perangkat keras khusus seperti GPU atau ASIC miner,
- Pasokan listrik stabil dan murah, dan
- Pengetahuan teknis tentang instalasi, software, dan jaringan mining pool.
Kalau semua itu bisa kamu penuhi, mining bisa jadi sumber cuan harian yang konsisten. Apalagi kalau harga kripto lagi naik, hasil mining bisa lebih menguntungkan.
Tapi, mining juga punya tantangan:
- Biaya listrik yang terus membengkak.
- Persaingan jaringan yang makin ketat.
- Perlu perawatan rutin dan upgrade alat.
Mining cocok buat kamu yang siap investasi awal cukup besar, paham teknis, dan ingin “bermain di balik layar” ekosistem kripto.
Staking Kripro : Gampang, Nggak Perlu Ribet Teknologi
Beda dari mining, staking adalah cara menghasilkan cuan dari kripto hanya dengan mengunci aset kamu di dalam jaringan blockchain khususnya yang menggunakan mekanisme Proof of Stake (PoS), seperti Ethereum, Solana, atau Cardano.
Caranya cukup simpel:
- Beli aset kripto yang mendukung staking.
- Pilih platform atau wallet yang bisa digunakan untuk staking.
- Kunci asetmu selama periode tertentu.
- Terima imbal hasil (yield) secara berkala.
Tanpa perlu alat, tanpa instalasi, tanpa ribet teknis.
Beberapa platform crypto di Indonesia bahkan sudah menyediakan fitur staking dalam aplikasi, sehingga pemula pun bisa mencoba tanpa kesulitan.
Namun, staking juga punya risiko. Salah satunya adalah lock period, yaitu masa saat aset kamu tidak bisa dijual karena sedang dikunci. Di sisi lain, imbal hasil staking juga tergantung pada performa jaringan dan proyek yang kamu pilih.
Crypto staking cocok buat kamu yang ingin penghasilan pasif dari kripto, tapi tidak ingin ribet dengan urusan perangkat atau teknis mining.
Mana yang Lebih Cuan?
Jawabannya tergantung dari profil risiko dan kemampuan kamu.
Aspek | Mining | Staking |
Modal awal | Tinggi (perangkat + listrik) | Rendah-sedang (beli token) |
Tingkat teknis | Tinggi | Rendah |
Risiko | Biaya tinggi, teknis rumit | Risiko lock, yield bervariasi |
Kemudahan | Rumit | Simpel |
Imbal hasil | Fluktuatif, tergantung hash rate | Stabil (umumnya % tetap) |
Kalau kamu punya akses listrik murah dan suka tantangan teknis, mining bisa jadi opsi menarik. Tapi kalau kamu lebih suka strategi yang simpel dan bisa langsung dijalankan lewat aplikasi, staking adalah jalan pintas yang ramah pemula.
Kesimpulan : Cuan Harian, Dua Jalan
Crypto mining dan staking adalah dua jalur berbeda menuju tujuan yang sama: cuan pasif dari aset digital. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang terpenting, pastikan kamu:
- Memahami risiko,
- Tidak mengandalkan satu strategi saja,
- Dan memilih platform yang aman serta kredibel.
Karena dalam dunia kripto, keputusan cerdas hari ini bisa jadi cuan besar esok hari.
FAQ
- Apa perbedaan utama antara crypto mining dan staking?
Crypto mining butuh perangkat keras dan daya listrik besar untuk memverifikasi transaksi di blockchain. Sementara staking cukup dengan mengunci aset kripto dalam jaringan dan mendapatkan reward tanpa perlu alat khusus.
- Mana yang lebih cocok untuk pemula: mining atau staking?
Staking lebih cocok untuk pemula karena tidak memerlukan pengetahuan teknis. Prosesnya bisa dilakukan lewat aplikasi atau platform kripto yang mendukung staking.
- Apakah staking aman?
Staking relatif aman jika dilakukan di platform terpercaya. Namun tetap ada risiko seperti periode penguncian aset (lock period), fluktuasi imbal hasil, dan potensi rugi jika harga aset turun.
- Bisakah mining dan staking dilakukan bersamaan?
Bisa. Investor bisa melakukan keduanya secara paralel untuk diversifikasi penghasilan pasif. Misalnya: mining Bitcoin sambil staking Ethereum.
- Apakah penghasilan dari mining dan staking dikenakan pajak?
Di beberapa negara, termasuk Indonesia, penghasilan dari aset kripto termasuk hasil staking dan mining bisa dikenai pajak sesuai aturan pajak penghasilan (PPh) atau pajak pertambahan nilai (PPN) atas transaksi aset digital. Pastikan kamu mengikuti regulasi terbaru. ril