“Ironis, apalagi keluar dari pernyataan tokoh agama, atau bahkan tokoh NU. Mengapa? Lihatlah, di majalah Berita Nahdlatul Oelama 28 Syawal 1356/ 1 Januari 1938, pada halaman 2-4 menyinggung bahaya Anti Arab.”
Oleh : Dr Moh Mukhrojin,SH, SPd.I, MSi
HARI libur terkait Maulid Nabi Muhammad SAW bergeser. Pemerintah khawatir terjadi Long weekend. Maka, kalender libur mestinya Selasa, 19 Oktober menjadi Rabu 20 Oktober 2021, hari ini.
Kendati begitu, semangat umat Islam menyambut hari kelahiran Baginda Rasulullah SAW itu, tidak bergeser sedikit pun. Bahkan semakin semarak. Di medsos, sejak semalam, beredar video pendek, supoter sepak bola Liga Jerman ikut memperingati hari lahir Kanjeng Nabi dengan membentuk formasi ‘Habibi Ya Muhammad’.
Bersykurlah kita, Maulid tahun ini kondisi pandemi kian reda. Sehingga umat Islam lebih ‘leluasa’ dalam mengadakan perayaan Maulid Nabi. Seperti di beberapa Majelis, Instansi maupun rumah pribadi. Lantunan sholawat tak henti-hentinya kita dengarkan. Pun hiasan di musholla dan masjid, bermacam-macam bentuknya. Apa yang ‘mengantung rentep’ perabotan dapur, ada juga yang menyuguhkan tumpeng raksasa. Macam-macam. Intinya kegembiraan menyambut hari kelahiran Kanjeng Nabi.
Pengajian Maulid pun tidak jarang diisi dengan memupuk rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Ada tiga rukun cinta yang sering kita dengar dari kiai atau ulama. Pertama berani berkorban demi orang yang dicintai. Kedua, sering menyebut orang yang dicintai, dan yang ketiga menirukan perbuatan yang dicintai.
Jika kita perhatikan semangat umat Islam Indonesia, maka, point pertama yaitu berani berkorban demi Kanjeng Nabi, tidak diragukan lagi. Berbagai perayaan maulid terlaksana dengan biaya yang luar biasa besar, pun mereka antusias. Jamaah umrah pun banyak yang mengambil moment maulid.
Kedermawanan muslim Indonesia, pun tercermin dari jumlah jamaah haji kita, yang terbanyak se-dunia. Menurut survey Charites Aid Foundation, 10 Negara paling dermawan (berani berkorban) nomer satu adalah Indonesia.
ini menunjukkan, bahwa, jika bicara perihal ‘keberanian’ berkorban, maka, bangsa kita bisa jadi nomor wahid. Selanjutnya, point kedua yaitu sering menyebut yang dicintai, dalam hal ini sering menyebut nama kanjeng Nabi Muhammad SAW melalui sholawat.
Bangsa kita termasuk paling banyak jamaah sholawatnya dari pada negara lain. Menjamurnya komunitas jamaah sholawat yang dihadiri banyak jamaah, menunjukan Umat Muslim Indonesia Ahli Sholawat.
Apalagi manfaat membaca sholawat diyakini bisa terasa langsung oleh Jamaah seperti dapat mengusir jin, mengobati penyakit , merukyah dll. Ini semakin menambah kemantapan Umat Islam di Indonesia untuk selalu membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Walhasil point kedua ini, Umat Muslim kita sudah tidak diragukan lagi.
Selanjutnya point ketiga, yaitu menirukan yang dicintai, dalam hal ini menirukan Nabi Muhammad SAW. Kita tahu Nabi Muhammad adalah Bangsa Arab, sehingga mau tidak mau kita juga harus mencintai Arab sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Sayyidina Salman: “Salman! Janganlah kamu membenci aku, maka kamu mencerai Agamamu.”
Berkata Sayidina Salman: “Betapakah saya membenci Engkau, padahal Allah ta’ala memberi hidayah saya dengan perantaraan Engkau ?” Maka sabda Nabi SAW: “Yaitu kamu membenci bangsa Arab, maka (akhirnya) kamu membenci aku.” Demikian hadits hasan gharib.
Dewasa ini ada sekelompok orang yang mengkampanyekan Anti Arab dengan kampanye meninggalkan Budaya Arab, karena alasan kita punya budaya sendiri yang lebih bagus. Katanya, memakai Jubah, Sorban itu budaya Arab, bukan Budaya Indonesia. Ini masih dikuatkan lagi, bahwa, Abu Jahal dan Abu Lahab, itu orang Arab juga memakai Jubah bukan Gamis atau batik seperti Bangsa Indonesia. Yang berbau Arab, tinggalkanlah.
Tentu, ini ironis, apalagi keluar dari pernyataan tokoh agama, atau bahkan tokoh NU. Mengapa? Lihatlah, di majalah Berita Nahdlatul Oelama 28 Syawal 1356/ 1 Januari 1938, pada halaman 2-4 menyinggung bahaya Anti Arab.
Majalah yang (saat itu) redaksinya KH M Mahfudz Shiddiq dengan bimbingan KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah dan KH Bisri Sansuri ini, menjelaskan, bahwa meninggalkan Budaya Arab, lama lama umat bisa meninggalkan Islam.
Lalu, mengapa mereka kampanye anti arab dengan melihat sesi jeleknya saja? Bukan sesi baiknya. Bukanya bangsa lain juga ada jeleknya? Karena bagaimana pun juga Islam berasal dari Arab, sehingga kita umat Islam, harus memuliakanya. Terlebih Nabi Muhammad itu bangsa Arab, maka, kita sebagai umatnya harus mengikutinya sebagai bukti cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW. Bukankah begitu? (*)
DR MOH MUKHROJIN, SH, SPD.I, MSI adalah Pengasuh Pondok Pesantren Bismar Al-Mustaqim, Penyuluh Agama Islam Kota Surabaya.