SURABAYA | duta.co – Politisi Partai NasDem Charles Meikyansah mendorong pemerintah memberi kesempatan para petani tembakau bisa menanam dengan lebih baik  dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sebab, industri tembakau di Tanah Air punya potensi luar biasa bukan saja menyerap banyak tenaga kerja, tapi juga  menyumbangkan pendapatan besar untuk negara

Menurutnya, diset untuk ini, khususnya di wilayah Jawa Timur yang cocok sebagai daerah penanaman tembakau, harus dikembangkan. Agar nantinya produk tembakau lokal bisa berjaya lagi. Sebab industri ini  menyerap tenaga kerja yang sangat besar, mulai dari petani tembakau, buruh tembakau, pedagang dan tentunya kalangan pengusaha.

“Industri ini melibatkan sangat banyak orang, saya mendengar keluhan para pengusaha tembakau bahwa impor tembakau sangat besar dari sisi jumlah. Ini lah yang saya kira perlu dibicarakan seluruh pemangku kepentingan, bagaimana impor tembakau bukan disetop sama sekali, tetapi secara bertahap diturunkan,” ujarnya, Jumat (29/3/2019).

Ia mencontohkan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Pertanian, dan juga Kementerian Riset dan Teknologi juga terlibat. Karena selama ini petani tembakau kita sangat tergantung cuaca.

Jika dilihat kontur tanah, misalnya di Madura dan wilayah Jawa Timur lainnya, sangat cocok untuk menanam tembakau. Namun jika cuaca hujan terus menerus misalnya, maka tanaman tembakau bisa menurun kualitasnya atau rusak.

“Kalau riset pertanian serius, bisa saja kita punya tembakau yang bagus dan tahan cuaca, daya saing dengan tembakau impor jadi tinggi,” jelasnya.

Namun, Charles tidak menutup mata dari desakan produksi rokok dalam negeri harus diturunkan karena masalah kesehatan. “Iya sebenarnya kan lucu juga, industri tembakau diminta turun terus, tetapi penghasilan dari cukai tembakau adalah salah satu yang terbesar, jadi kalau (produksi) turun, harus ada (pemasukan negara) yang lebih baik lagi, dan petani juga sejahtera,” tuturnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia harus menjaga kualitas tembakau agar sebuan asing atas bisnis tersebut bisa diatasi. Petani dan pengusaha lokal juga harus meningkatkan produksi sehingga terjaga kualitasnya tidak kalah dengan kualitas impor dari asing.

‎”Indonesia ini punya pengalaman, tinggal sekarang pemerintah serius memproteksi itu. Sehingga simbioismutualisme karena ini menjadi salah satu devisa harus juga dilindungi pemerintah,” katanya.

Selain itu, untuk mewujudkan petani tembakau yang sejahtera, perlindungan dari tembakau impor itu penting.

“Dulu orang luar negeri beli tembakau di Indonesia, lalu dibawa ke Jerman dan diperdagangkan, tetapi sekarang malah kita yang impor,” jelasnya.

Di kesempatan lain, juru bicara Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia Hananto Wibowo mengatakan pemerintah perlu mendorong kemitraan antara petani dengan pemasok maupun dengan pabrikan produk tembakau. Hal ini untuk memotong rantai penjualan daun tembakau yang cukup panjang.

“Memotong rantai penjualan dengan menjamin penyerapan produksi dan kepastian harga sesuai kualitas,” kata Hananto.

Selain memotong rantai penjualan, pemerintah juga perlu mendorong peningkatan produktifitas dan kualitas tembakau karena adanya bimbingan dan fasilitas dari pihak mitra.

“Kemitraan juga akan memberi pengaruh positif terhadap nilai tambaha atu insentif yang diterima oleh petani dan atau buruh tembakau,” paparnya.

 

Bagian Kultur

Hananto menjelaskan Undang-Undang Perkebunan Nomor 39 tahun 2014 menyatakan tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis. Sampai hari ini, kata Hananto, tembakau masih memberikan kontribusi dalam perekonomian.

Tembakau secara kultutal juga bermakna bermakna  membangun jaringan sosial.  “Bahkan menjadi bargain dari kultur bangsa Indonesia,” paparnya.

Indonesia, disebutkan Hananto merupakan negara produsen tembakau terbesar kelima. Di atasnya ada China, Brasil, India dan Amerika Serikat. Tetapi Indonesia memiliki pabrik rokok dengan jumlah terbanyak di dunia.

“Artinya Indonesia adalah salah satu pemasok dan potensi pasar tembakau terbesar di dunia” katanya.

Dia mengatakan petani tembakau sampai dengan hari ini merupakan petani mandiri. Para petani ini tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. “Bahkan untuk mencari akses kredit saja susah,” paparnya.

Industri Hasil Tembakau (IHT) merupakan salah satu sektor manufaktur nasional yang memiliki kontribusi besar bagi negara. Dampaknya yang luas tersebut meliputi aspek sosial, ekonomi, maupun pembangunan bangsa Indonesia selama ini.

Menurut data Kementerian Perindustrian, total tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri rokok sebanyak 5,9 juta orang, terdiri dari 4,28 juta pekerja di sektor manufaktur dan distribusi. Sementara sisanya 1,7 juta pekerja di sektor perkebunan. Selain dari aspek tenaga kerja, industri rokok telah meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal dari hasil perkebunan seperti tembakau dan cengkeh.

Industri hasil tembakau turut berkontribusi besar dalam penerimaan cukai. Pada 2018 lalu, penerimaan cukai menembus hingga Rp 153 triliun atau lebih tinggi dibandingkan perolehan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 147 triliun. Penerimaan cukai pada tahun lalu telah berkontribusi 95,8 persen terhadap pendapatan cukai nasional. azi

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry