KULIAH PAKAR : (ki-ka) Ketua Yarsis, Mohammad Nuh, pengusaha Chairul Tanjung dan Rektor Unusa, Achmad Jazidie saat acara kuliah tamu di Kafe Fastron Unusa Kampus B Jemursari, Kamis (5/10). DUTA/endang

SURABAYA  duta.co – Memenangkan kompetisi, itulah yang ditekankan pengusaha yang juga mantan Koordinator Perekonomian, Chairul Tanjung saat berbicara di depan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Kamis (5/10).

Pemilik Transcorp ini mengungkapkan bagaimana menjawab tantangan masa depan yang penuh persaingan itu dengan inovasi, kreativitas dan entrepreneurship. “Mau jadi apapun dalam era ini diperlukan menang dalam kompetisi. Dalam pepatah Inggris jika kalah akan menjadi looser (teraniaya) sedang di agama kita orang yang beruntung adalah orang yang menang,” ujar pemilik toko retail Transmart ini di hadapan ratusan mahasiswa Unusa.

Ia menyampaikan, berdasarkan data hampir 87,2 persen penduduk Indonesia beragama Islam, tapi sayangnya masih minoritas dalam penguasaan aset ekonomi. Sedangkan menurut riset majalah Forbes, dari 50 orang terkaya di Indonesia hanya 8 orang yang muslim, dan 42 beragama lain. “Beberapa perusahaan swasta besar tercatat di BEI, sayangnya perusahaan besar ini tidak ada satupun yang dipimpin oleh orang muslim, ini adalah fakta,” imbuhnya.

Masih belum bersaingnya para pengusaha muslim ini karena dimotori oleh kualitas sumber daya manusia yang relatif masih rendah. “Jika kita lihat 40 persen lebih penduduk Indonesia adalah tamatan SD atau bahkan tidak lulus SD, dan hanya 10 persen yang masuk perguruan tinggi,” papar Chairul Tanjung.

Sepuluh persen penduduk berada pada strata teratas dari perguruan tinggi. Chairul mengimbau agar mahasiswa mampu manfaatkan kesempatan ini untuk belajar sungguh – sungguh di samping pembekalan diri menjadi seorang entrepreneur. “Kita juga belum mampu menciptakan sumber daya manusia yang berdaya saing, SDM kita berada di peringkat 90 dari 119 negara,” ujarnya.

Sebuah pekerjaan rumah yang besar, bahwa tanpa pendidikan sumber daya bangsa kita tidak akan menang dalam kompetisi dan kalah dalam penguasaan ekonomi. Karena itu perlu peningkatan kualitas pendidikan, kualitas riset, dan penguasaan teknik. Serta adanya program entrepreneurship dan laboratorium guna mengembangkan potensi ini untuk masa depan. “Semoga Unusa bisa menjadi pionir,” harapnya.

Saat ini generasi kita rata – rata ingin kesuksesan yang bersifat instan. Sementara kesuksesan sejati melewati sebuah proses waktu yang lama dan berkesinambungan. Sehingga kita tidak terjebak dalam budaya instan. Chairul berpesan agar menjadikan suatu pekerjaan layaknya sebuah candu dan kenikmatan. Selain itu juga harus terbiasa berdisiplin dan tepat waktu serta berani bersaing. “Bekerja menjadi sebuah kenikmatan dan candu bagi seorang perfeksionis.

Dihadirkannya Chairul Tanjung atau yang biasa dipanggil CT ini tidak lain karena Unusa memiliki ikatan emosional dengannya. Saat peletakan batu pertama pembangunan tower 9 Unusa, Chairul Tanjung ikut menyaksikan. Sekarang setelah bangunan hampir jadi, CT harus kembali melihatnya.

Rektor Unusa, Achmad Jazidie mengatakan, selain itu itu, Unusa mengundang CT karena ingin sang pengusaha ini menularkan ilmu bisnisnya kepada para mahasiswa. “Karena visi Unusa adalah mencetak mahasiswa profesoonal yang memiliki jiwa entrepreneur. Jiwa ini akan ditanamkan para seluruh mahasiswa bukan hanya juruan ekonomi bisnis,” jelasnya.

Untuk menularkannya, selain memberikan kuliah umum seperti ini, kata Jazidie, Unusa juga menyediakan dana bergulir bagi mahasiswa yang berhasil memenangkan kompetisi bisnis di kampus untuk bidang kewirausahaan. “Diharapkan dengan cara ini bisa menarik mahasiswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendorong jiwa wirausahanya,” tukasnya. end

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry