Zahrotul saat diwawancarai media usai pelantikan sebagai mahasiswa baru FK Unusa, minggu lalu. DUTA/ist
MENJADI dokter menjadi impian Zahrotul Aini asal Situbondo. Impian yang mungkin ketinggian di mata warga sekitar rumahnya, karena kemampuan finansial keluarganya yang sangat terbatas. Namun, tekad dan kemauan mewujudkan impian Zahrotul hingga bisa menempuh pendidikan hingga profesi dokter di Univesitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). 
—–
Zahrotul sudah lulus SMA pada 2024 lalu. Setahun istirahat di rumah karena gagal masuk fakultas kedokteran perguruan tinggi negeri (PTN), tidak membuatnya terhenti untuk bermimpi bisa kuliah di kedokteran.
Dia sadar,  bapaknya hanyalah pedagang ikan keliling sementara ibunya hanya ibu rumah tangga. Dia juga berpikir berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menempuh pendidikan dokter. “Tapi impian tidak pernah luntur. Tahun kedua saya ikut lagi SNBT UTBK ke fakultas kedokteran di beberapa kampus negeri, namun tetap tidak diterima,” ujarnya.
Beruntung, dari informasi sana-sini dan juga dari media sosial Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK), Fakultas Kedokteran Unusa membuka kesempatan untuk bisa bergabung tanpa sedikitpun keluar biasa. Bahkan beasiswa itu hingga ke jenjang profesi dokter atau selama enam tahun kuliah.
“Alhamdulillah, akhirya impian itu bisa terwujud. Saya sangat bersyukur ternyata kita tidak boleh mengubur impian kita,” jelasnya.
Keinginan menjadi dokter itu karena Zahrotul ingin merawat ibunya yang beberapa tahun terakhir terkena hiperglikemi (kadar gula tinggi). “Saya semakin ingin jadi dokter bisa merawat ibu. Tapi selain itu saya juga ingin memberikan layanan kesehatan pada masyarakat sekitar saya,” tuturnya.
Baginya dokter bukan hanya profesi yang mengajarkan kita cara menyelamatkan nyawa seseorang, namun juga soal kemanusiaan. Bagaimana cara kita mendengarkan keluhan pasien, cara kita menangani pasien, serta cara kita menghadapi pasien dengan beragam latar belakang.
KIPK di FK Unusa ini sebagai bukti komitmen Unusa untuk menjadi perguruan tinggi yang bermanfaat bagi masyarakat dan terbuka bagi siapapun yang ingin menempuh pendidikan tinggi.
Dalam mendukung hal ini Unusa memiliki beberapa jalur pendaftaran, dan salah satunya merupakan KIPK. Program beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada generasi muda yang memerlukan dukungan biaya pendidikan.
Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie pernah menyebutkan jika kuota KIPK setiap perguruan tinggi tidak sama, dan ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek). “Tahun ini untuk pertama kalinya, Unusa memiliki 5 kuota KIPK untuk Fakultas Kedokteran. Menjadi kebanggaan bagi Unusa bisa memfasilitasi para penerima KIPK untuk belajar Kedokteran, yang mana kita ketahui memerlukan biaya yang tidak sedikit,” ungkapnya. ril/lis
Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry