Arda (kanan) bersama para petani usai pelatihan pembuatan pupuk organik beberapa waktu lalu. DUTA/dokumen arda

Arda Wahyu Tri Kusuma Wardana (28) hanya lulusan SMA ketika awal bergabung dengan PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Tapi kemampuannya di bidang pertanian tidak kalah dengan lulusan perguruan tinggi. Di tangan Arda bekerjasama dengan beberapa kelompok tani, program Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat) di Jember bisa berkembang pesat dari 400 hektar kini sudah mencapai 2.000 hektar.

Tugas berat diemban Arda di tengah ketergantungan petani pada pupuk subsidi. Sejak Januari 2023 saat pertama kali bekerja, Arda mendapat tugas dari perusahaannya yakni PT Pupuk Kaltim (PKT) sebagai seorang agronomis.

Tugasnya adalah menyukseskan program Makmur. Salah satunya dengan menjadi pendamping petani mulai mengolah lahan hingga panen dan pasca panen. Juga mengedukasi petani agar tidak tergantung pada pupuk subsidi. Dengan pendampingan dan pengolahan lahan yang benar, petani tetap akan mendapatkan keuntungan walau menggunakan pupuk non subsidi.

Tidak ekstrim, Arda mengajak petani langsung beralih ke pupuk non subsidi. Karena cara ekstrim tidak akan membuat petani mau mengikuti.

Pelan-pelan Arda melakukan pendekatan. Mendatangi petani saat di lahan. Berbincang dan mendengarkan keluh kesah mereka. “Dibilang berat ya ringan, dibilang ringan ya berat. Tapi ini tantangan, harus ditaklukkan,” ujarnya.

Ada lima keecamatan di Jember yang ditangani Arda yakni Kecamatan Balung, Wuluhan, Rambipuji, Tempurejo dan Tanggul.

“Jatah pupuk subsidi di Jember itu kan terbatas. Mau tidak mau petani harus pakai pupuk non subsidi. Nah tinggal bagaimana petani kita bantu agar menggunakan pupuk non subsidi itu tidak merugi karena diimbagi dengan hasil panen yang meningkat,” jelasnya.

Diakui Arda, pada dasarnya petani itu mudah diedukasi. Mudah diberi pengertian. Asalkan diberi contoh dan bukti nyata. Arda pun memberikan contoh-contoh nyata pada petani yang sudah berhasil di daerah lain. Sehingga petani pun dengan mudah bisa menerima.

Sebagai contoh, dengan pendampingan yang dilakukan, petani membutuhkan pupuk urea non subsidi antara 250 kilogram hingga 300 kilogram per hektar. Sedangkan untuk pupuk subsidi membutuhkan 500 kilogram hingga 600 kilogram per hektar.

Dengan pendampingan menggunakan pupuk non subsidi, petani bisa menghasilkan 9 ton hingga 10 ton padi per hektarnya. Sebelumnya ketika masih menggunakan pupuk subsidi dan belum ada pendampingan, hanya menghasilkan 7 ton per hektar.

Peningkatan hasil itu tidak hanya padi, produktivitas tanaman lain juga meningkat. Seperti jagung, kopi, tanaman hortikultura dan sebagainya.

Selain itu Arda juga mulai menyadarkan petani agar tidak terus menerus menggunakan pupuk kimia. Dikatakan Arda, lahan di Jember sudah kebanyakan kimia, sehingga perlu pengolahan yang lebih baik dengan pupuk yang lebih ramah lingkungan.

Caranya, Arda juga mengajak petani untuk membuat pupuk organik sendiri dengan memanfaatkan kotoran sapi dan kambing. Apalagi di lima kecamatan di Jember itu, banyak sekali kotoran sapi dan kambing.

“Saya pun memberikan pelatihan membuat pupuk organik dari kotoran sapi dan kambing yang dicampur dengan bahan organik dari PKT (Pupuk Kaltim). Sehingga petani tidak perlu beli pupuk organik. Dengan pelatihan ini kotoran sapi dan kambing bisa dimanfaatkan dan tidak lagi menjadi limbah, ” ungkapnya.

Lima kecamatan yang menjadi wilayah kerjanya, kini sudah bisa memproduksi pupuk organik sendiri. Pupuk organik itu dipakai saat petani mulai mengolah lahan sebelum mulai ditanami. “Cara ini efektif bisa menyuburkan tanah,” kata Arda yang sudah menyelesaikan kuliahnya di jurusan akuntansi dari sebuah kampus di Jember ini.

Bisa Turunkan Pemakaian Pupuk Kimia hingga 50 Persen

Manfaat program Makmur ini dirasakan petani secara langsung termasuk di lima kecamatan yang ada di Jember itu. Sucipto, Ketua Kelompok Tani Makmur , Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan merasakan manfaat program ini.

Sucipto merasakan ada beberapa manfaat yang didapat. Pertama adanya pendampingan mulai dari olah lahan, budidaya hingga pasca panen. Kedua karena pupuk subsidi dikurangi oleh pemerintah, mau tidak mau petani harus mencari solusi agar lahan tetap tergarap dan menghasilkan. “Program Makmur itu solusinya,” ungkap Sucipto.

Para petani dari Kelompok Tadi Makmur Desa Dukuh Dempok, kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember senang dengan adanya program Makmur. DUTA/dok Sucipto

Ternyata kata Sucipto, menggunakan pupuk non subsidi biayanya tidak seperti yang dibayangkan petani. “Tidak ada pengaruhnya meskipun mahal beli pupuknya tapi diimbagi dengan peningkatan produktivitas. Kalau biasanya hasilnya 7 ton dengan program ini bisa jadi 9 sampai 10 ton per hektar,” jelasnya.

Apalagi kata Sucipto, petani tidak merasakan kerugian karena hasil panen dibeli dengan harga eceran tertinggi (HET) ketika terjadi panen raya. Semua hasil panen terutama padi dan jagung terserap habis pasar karena pemasaran dibantu. “Tidak ada kata harga jatuh. Naik turun harga tetap membuat petani untung,” jelasnya.

Keuntungan lain yang dirasakan petani kata Sucipto adalah tidak pusing mikir masalah modal. Kekurangan modal bisa dikomunikasikan dengan perbankan. Karena dengan program Makmur, petani difasilitasi kredit usaha rakyat (KUR) Tani. Dana bisa cair dengan cepat dan bisa membantu untuk mengolah lahan.

Di Kelompok Tani Makmur itu, Sucipto mengaku memiliki cara tersendiri untuk bisa menekan biaya produksi terutama biaya pembelian pupuk. Selain itu juga untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia.

Caranya dengan membuat pupuk organik dari kotoran sapi dan kambing. Kotoran sapi dan kambing di desa itu sangat banyak. Kemampuan membuat pupuk organik itu didapat dari pelatihan yang diberikan PT Pupuk Kaltim kepada para petani yang mengikuti program Makmur. Sekarang ini, petani di bawah koordinstor Sucipto sudah bisa mengurangi pemakaian pupuk kimia hingga 50 persen. Bahkan Sucipto mengaku sudah bisa menjual pupuk organik buatan Kelompok Tani Makmur ke daerah lain.

“Kami punya tempat khusus pembuatan pupuk organik. Sudah menghasilkan ratusan ton pupuk organik padat. Bahkan kami punya lab (laboratorium) untuk pembuatan pestisida organik. Sehingga kami tidak perlu membeli bahkan yang kami pakai lebih aman tanpa kimia. Dari alam kembali ke alam,” tuturnya.

Pembuatan pupuk organik di Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. DUTA/dok Sucipto

Kesuksesan Kelompok Tani Makmur itu ditularkan ke kelompok tani di kecamatan lainnya di Jember. Sucipto juga membantu untuk memberikan edukasi dan sosialisasi. Bahkan membantu memberi pelatihan pembuatan pupuk organik serta pembuatan pestisida alami.

“Supaya semua petani tertarik dan merasakan manfaatnya. Agar mereka juga tidak hanya bergantung pada pupuk subsidi yang jumlahnya semakin sedikit,” tutur Sucipto.

Menjaga Ketahanan Pangan Nasional

Sebagai produsen pupuk urea terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) menginisiasi program Makmur yang fokus menciptakan ekosistem untuk mendukung pertumbuhan para petani hingga pendampingan secara berkelanjutan.

Dikutip dari laman resmi www. pupukkaltim.com, program itu diinisiasi PKT sejak 2020 lalu. Program Makmur sendiri merupakan salah satu fokus PKT bersama Pupuk Indonesia melalui sinergi BUMN, mendorong pengembangan sektor pertanian dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional.

Dalam program ini, petani binaan PKT berhasil meningkatkan produktivitas hasil panen padi dan jagung mereka rata-rata hingga 35 persen, sehingga kesejahteraan petani juga turut meningkat lewat keuntungan hasil panen padi dan jagung yang meningkat rata-rata 52 persen.

Akhir tahun lalu, program Makmur ini, PKT tercatat telah berhasil merealisasikan 66.136 hektar lahan dengan jumlah petani yang tergabung 30.577 orang. Target tahun lalu berhasil dicapai dengan kenaikan target petani yang telah bergabung sebesar 122,3 persen dari target awal sebesar 25.000, dan juga kenaikan lahan sebesar 110,2 persen dari target 60.000.

Kualitas dan kuantitas pelaku sektor pertanian nasional harus selalu ditingkatkan karena menjadi salah satu faktor dalam menjaga ketahanan pangan nasional, selain jaminan pemenuhan kebutuhan dan stok pupuk bagi para petani.

Hingga saat ini program Makmur telah berkembang di berbagai wilayah Indonesia, dan pada 2023 PKT diamanatkan untuk mengelola program Makmur di seluruh Sulawesi, seluruh Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, NTB, NTT dan Papua Barat.

Dengan harapan bisa terus mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang cakap mengelola pertanian Indonesia, maka tugas dan tanggung jawab serta komitmen yang utama tentu terletak di pelaku industri pupuk Tanah Air, termasuk PKT.

Karena dengan komitmen penuh dalam edukasi pengelolaan lahan pertanian yang efektif adalah salah satu kunci dalam menjaga stabilitas pangan nasional dan sekaligus sebagai penyumbang besar dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Karena itu, bersama dengan holding Pupuk Indonesia, program Makmur pun digagas di banyak wilayah di Indonesia agar pemerataan proses edukasi ini bisa berjalan dengan baik.

Program Makmur akan terus dikembangkan ke komoditas unggulan di tiap daerah. Salah satunya dengan menggali potensi komoditas unggulan alternatif, yang mampu memberikan nilai ekonomi lebih bagi para petani.

PKT terus bekerja sama dan melakukan kolaborasi bersama petani, maka petani yang tergabung dalam program Makmur dapat terus bertambah, sehingga petani yang mendapatkan pendampingan terarah tentang pengelolaan dan pemaksimalan lahan pertanian juga semakin banyak. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry