Edukasi bagaimana mencuci tangan yang benar kepada para ibu PKK di RT 7 RW IV Kelurahan Wonokromo. DUTA/istimewa

MUSIM penghujan mulai datang. Memang masih belum terus menerus. Di awal-awal adalah masa peralihan dari musim panas ke penghujan. Namanya musim pancaroba. Di musim-musim ini penyakit mulai banyak menyerang. Terutama pada bayi dan balita. Yang paling rentan terjadi adalah diare.

——

Diare tidak bisa dianggap remeh. Karena jika terlambat penanganan bisa juga mengancam nyawa. Karenanya pengetahuan tentang diare ini perlu dimiliki masyarakat. Agar bisa mengantisipasi terjadinya penyakit ini terutama pada anak balitanya.

Di sini peran ibu sangat penting. Karenanya, dua dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mencoba memberikan edukasi kepada para ibu. Dua dosen itu adalah Firdaus S.Kep. Ns,M.Kes dan Andikawati Fitriasari, S.Kep.Ns., M.Kep.

Keduanya melakukan edukasi kepada para ibu PKK di RT 7 RW IV Kelurahan Wonokromo Surabaya.

“Edukasinya simpel dengan memasyarakatkan mencuci tangan yang benar. Karena dengan mencuci tangan yang benar bisa mencegah diare,” ujar Firdaus.

Dikatakan Firdaus, penelitian World Health Organization (WHO)  menyebutkan mencuci  tangan  pakai sabun  dengan  benar  pada  lima  waktu  penting  dapat  mengurangi angka kejadian diare sampai 40 persen.

Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung.

Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, seperti yang disampaikan United States Agency for International Development (USAID).

Riset menunjukkan bahwa penyebab  terbesar  meni nggalnya  balita  dan  anak-anak  Indonesia adalah penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

“Kita pilih RT 7 RW IV Kelurahan Wonokromo ini karena dekat dengan lokasi kampus A Unusa. Jadi untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat sekitar lah,” tukasnya.

Dikatakan Firdaus ini, selain itu, lokasi ini cukup padat penduduk. Sehingga msedikit melihat ke masyarakat pada umumnya masyarakat hanya menggunakan air seadanya.

Rendahnya perilaku orang tua untuk membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktivitas misal membuat susu, memberikan makan kepada anaknya  dan sebagainya  belum terpenuhi secara maksimal.

Banyak orang tua yang tidak membiasakan  mencuci tangan menggunakan sabun, bahkan sudah menjadi kebiasaan jika ingin makan tidak pernah mencuci tangan. Apalagi mengajarkan membiasakan anak  cuci tangan .

“Berdasarkan dari empatsurvei awal diketahui bahwa ibu masih belum memahami penyakit dire dan pencegahannya,” ungkap Firdaus.

 Salah satu penyebab diare adalah personal hiegien yaitu  cuci tangan yang kurang benar. Oleh karena itu.

Tujuan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan diare dengan cara mencuci tangan.

Ketiga bisa untuk meningkatkan  pengetahuan  masyarakat  untuk menurunkan resiko terkena atau pencegahan dan memperagakan cuci tangan.

“Mereka kita ajari bagaimana mencuci tangan yang benar. Sebenarnya ini hal sederhana tapi banyak yang tidak melakukan karena memang tidak paham,” tukas Firdaus.

 Dengan edukasi ini, kedua dosen ini tidak begitu saja meninggalkan para ibu PKK yang sudah dibinanya. Keduanya pun melakukan evaluasi. Evaluasi dirancang dengan membandingkan kondisi pengetahuan dan kesadaran awal sebelum intervensi sosialisasi dengan peningkatan pengetahuan dan kesadaran setelah pelaksanaan intervensi.

Pemotretan pengetahuan dan kesadaran para peserta sosialisasi tentang pegelolaan sampah adalah dengan menggunakan kuesioner individu yang berupa pretest dan posttest.

Pretest dan posttest yang diberikan kepada para peserta berupa kuesioner yang berisi limapertanyaan. Bentuk soal dan isi pertanyaan antara pretest dan posttest adalah sama, hanya dibedakan dengan penempatan nomor soal yang diacak.

Para ibu akhirnya mengetahui pentingnya mencuci tangan dengan benar untuk menghindari berbagai macam penyakit. DUTA/istimewa

Setiap soal yang dijawab dengan benar memperoleh nilai 10, dan jika benar semua memperoleh nilai maksimal 50.

Bentuk evaluasi pretest dan posttest inilah yang digunakan untuk mengevaluasi apakah terjadi peningkatan pengetahuan, wawasan dan pemahaman dari para peserta terkait dengan adanya intervensi sosialisasi pengelolaan sampah

Hasil evaluasi yang diperoleh dari pretest dan posttest.

“Dari hasil posttest pengetahuan para ibu tentang penyakit diare dan pencegahnya lebih meningkat dibanding sebelumnya,” tandas Firdaus.

Firdaus berharap nantinya edukasi ini bisa ditularkan para ibu itu di lingkungan sekitarnya, di sekolah di mana sang anak tinggal serta di manapun si ibu itu bersosialisasi dengan sesama. ril/bbs

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry