JAKARTA | duta.co – Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa (Cadev) pada April 2018 sebesar USD 124,9 miliar, atau lebih rendah USD1,1 miliar dari posisi Maret 2018 sebesar USD 126 miliar. Tergerusnya Cadev diakibatkan penggunaan devisa untuk menyelamatkan nilai tukar rupiah yang tengah melemah dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Mengutip kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah pada Selasa (8/5), berada di angka Rp14.036 per dolar AS, atau melemah dibanding awal pekan ini, Senin (7/5), di level Rp13.936. per dolar AS.

Posisi Cadev merosot sekitar 0,87 persen, itu merupakan penurunan Cadev dalam tiga bulan berturut-turut sejak Februari lalu. “Penurunan cadangan devisa pada April 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan tertulis, Selasa (8/5).

Kendati begitu, BI memastikan bahwa posisi Cadev ini masih cukup baik untuk mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Pasalnya, posisi Cadev masih cukup untuk membiayai 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. “Selain itu, posisi ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” imbuhnya.

Ke depan, Agusman bilang, BI akan terus menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Sebelumnya, BI mengaku, memang telah menggelontorkan Cadev ke pasar sebagai bentuk intervensi untuk menyelamatkan rupiah dari keterpurukan. Adapun intervensi dengan Cadev itu dilakukan sejak Februari lalu, saat rupiah pertama kali menyentuh angka Rp13.700 per dolar Amerika Serikat (AS).

Setelah itu, BI terus menyatakan bahwa bank sentral nasional terus ada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah. Meski, posisi rupiah terus melemah hingga saat ini menyentuh kisaran Rp14.000 per dolar AS.

Disarankan Terbitkan Obligasi Global

Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menilai pemerintah dapat membantu Bank Indonesia untuk memperoleh pasokan dolar Amerika Serikat (AS) dan memperkuat Cadev yang dibutuhkan BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Salah satunya, dengan menerbitkan obligasi global (global bond).

“Pemerintah seharusnya membantu (BI) dengan mempercepat penerbitan global bond. Ini salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk menambah stok dolar AS,” terang dia.

Saat ini, menurut Lana, kebutuhan pasokan dolar AS di dalam negeri memang tengah tinggi seiring adanya kebutuhan pembayaran dividen dan utang luar negeri. Namun, dia memperkirakan, kondisi tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hanya akan berlangsung hingga akhir bulan ini atau bulan depan.

“Itu dari sisi permintaan domestik, tapi tekanan rupiah kan juga sangat bergantung pada faktor global,” jelas dia.

 

Akan Naikkan Suku Bunga

Sementara nilai tukar rupiah yang melemah hingga Rp14.000 per dolar AS akan disikapi oleh Bank Indonesia dengan pertimbangan kebijakan menaikkan suku bunga acuan. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, pihaknya bakal menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 Mei mendatang untuk menentukan kebijakan moneter ke depan, termasuk ada rencana menaikkan suku bunga.

“Kami sudah menyampaikan bahwa nanti di RDG tanggal 16-17 Mei, ada RDG bulanan untuk tentukan stance (sikap) kebijakan moneter,” kata Mirza ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/5).

Dia mengatakan, dalam penentuan kebijakan suku bunga, BI akan melihat data inflasi, ekspor impor barang dan jasa, neraca pembayaran. Selain itu, dilihat bagaimana pergerakan arus modal di dunia. “Kami juga lihat, bagaimana arah kebijakan Amerika Serikat yang akan naik (suku bunga) Juni,” kata dia.

Selain itu, negara tetangga, seperti Malaysia, sudah menaikkan suku bunga acuannya. Korea dan Australia pun telah mengambil kebijakan untuk menaikkan suku bunga. “Jadi, nanti kami assess (pertimbangkan). Intinya, kalau memang diperlukan dari itu perlu kenaikan suku bunga, ya kami harus melakukan adjustment (penyesuaian),” katanya. hud, cnn, viv

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry