Gus Yahya (kiri-FT/detik.com) dan Kiai SAS (FT/rmoljatom)

JAKARTA | duta.co – Mulai panas! Bursa calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU)  kian memanas. Hari ini, Rabu (6/10/2021), detik.com mengawali dengan pernyataan Ketum PBNU Said Aqil Siroj (Kiai SAS) usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan.

Tak ada awan, tak ada hujan. Tiba-tiba  Kiai SAS kepada wartawan menyatakan, bahwa, sikap Indonesia terhadap Palestina tetap, jelas keberpihakan ke Palestina. Selama Israel tidak mengakui negara Palestina, maka, Indonesia tidak akan mengakui negara Israel secara politik.

“Dulu pendapat saya juga begitu waktu 2 tahun yang lalu, NU ditawari berkunjung ke Israel, saya tolak selama Israel belum mengakui Palestina saya tidak akan pernah… kalau sudah saling mengakui ayo,” begitu Kiai SAS.

Kalimat lain yang tak kalah mengagetkan, adalah KIai SAS mengaku siap memimpin kembali PBNU, ini lantaran sangat banyaknya permintaan para kiai.

“Pokoknya silakan kompetisi kader-kader NU yang mau maju, silakan maju. Beberapa kiai sepuh antara lain Tuan Guru Turmudzi Lombok, Kiai Hasan Cirebon, Kiai Muhtadi Banten meminta kepada saya agar maju lagi, kiai-kiai sepuh dan beberapa teman,” tambahnya.

Sebagai kader, Kiai SAS juga mengatakan harus selalu siap. “Kalau banyak permintaan, ya saya siap dong, yang namanya kader kalau sudah banyak permintaan siap. Walaupun sampai sekarang saya belum declare secara resmi, tapi permintaan sudah sangat banyak,” ujarnya.

Ternyata, wartawan juga masih penasaran. “Tapi bapak siap?” tanya wartawan lagi. “Siap aja, kenapa nggak siap? Kalau untuk NU siap,” jawabnya tegas.

Gus Yahya Langsung Respon

Kesiapan Kiai SAS memimpin kembali PBNU, itu tidak masalah, dan sudah terdengar lama. Cuma, pernyataannya tentang ‘menolak’ berkunjung ke Israel, seakan menjadi ‘tamparan keras’ buat KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang belakangan banyak mendapat kritik karena kunjungannya ke Israel.

Karuan, Gus Yahya langsung, hari ini juga, merespons pernyataan Kiai SAS. Gus Yahya menyebut kunjungannya ke Israel pada 2018 bertujuan meneruskan ikhtiar Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

“Soal kunjungan ke Israel itu, apakah maksudnya menyindir atau tidak, buat saya tidak relevan. Saya lakukan apa yang saya lakukan dan saya bertanggung jawab atas itu,” kata Yahya saat berbincang dengan detikcom, Rabu (6/10/2021).

Ia juga menyoal pernyataan Kiai SAS yang mengatakan bahwa, 2 tahun lalu, PBNU telah mendapat tawaran berkunjung ke Israel.  “Apakah dua tahun yang lalu PBNU memang mendapat tawaran berkunjung ke Israel? Saya tidak tahu,” imbuhnya.

Gus Yahya mengakui pernah menghadiri forum internasional di Israel pada 2018, yakni American Jewish Committee (AJC) Global Forum. Dia mengaku datang atas undangan AJC Global Forum oleh jaringan internasional Gus Dur, karena memang Presiden ke-4 RI itu pernah menghadiri forum yang sama.

“Tapi saya pribadi memang diundang oleh salah satu simpul jaringan internasional Gus Dur, untuk bicara di forum yang sama seperti Gus Dur 16 tahun sebelumnya. Saya penuhi undangan itu karena saya sudah memutuskan untuk berupaya meneruskan ikhtiar-ikhtiar Gus Dur menuju perdamaian,” paparnya.

“Gus Dur hadir tahun 2002, saya hadir tahun 2018,” sambung kakak kandung Menag Yaqut Cholil Qoumas itu. (mky sumber detik.com)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry