Direktur Pengadaan Perum Bulog, Bachtiar Utomo (kiri depan) menerima gula petani secara simbolis yang diserahkan Ketua DPD APTRI PTPN X, H. Mubin disaksikan pejabat PTPN, RNI dan Bulog di PG Gempolkrep, Rabu (25/7). DUTA/endang

MOJOKERTO | duta.co –  Perum Bulog akhirnya menepati janjinya untuk membeli gula petani dengan harga Rp9.700 per kilogram (kg).

Dalam  pembelian perdana ini,  Peruk Bulog membeli 20 ribu ton gula petani dari PTPN X, PTPN XI dan Rajawali Nasional Indonesia (RNI).

Pembelian  perdana ini dilakukan di Pabrik Gula (PG) Gempolkrep Mojokerto, Rabu (25/7).

Dari 20 ribu ton itu dengan perincian PG Gempolkrep Mojokerto (PTPN X) sebanyak 5 ribu ton, PG Semboro Jember (PTPN XI) sebanyak 5 ribu ton.

Dan  di PG Krebet Baru Malang (RNI) sebanyak 7.500 ton, di PG Redjo Agung Madiun (RNI)  sebanyak 2.500 ton.

Untuk menyerap gula petani tahap pertama ini, Perum Bulog menyedialan dana Rp 200 miliar.

Direktur Pengadaan Perum Bulog, Bachtiar Utomo mengatakan Perum Bulog berkomitmen untuk menyerap gula petani.

Karena Bulog memiliki peran untuk menyetabilkan harga, keterjangkauan harga dan melakukan cadangan pangan.

“Bulog akan menyerap sampai 600 ribu ton dengan dana Rp 7 triliun hingga Rp 8 triliun. Kami melakukan penyerapan ini hingga April 2019,” ujar Bachtiar.

Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PTPN X, H. Mubin mengatakan pembelian gula petaninoleh Perum Bulog ini adalah langkah posiitif yang dilakukan pemerintah.

Karena harga gula musim giling kali ini anjlok di angka Rp 9.100 hingga Rp 9.150 per kilogram.

“Kalau Bulog membeli Rp 9.700 per kilogram, ini cukup membahagiakan walau sebenarnya petani masih merugi. Karena  harga ideal dari survei kelayakan, harga itu minimal Rp 10.500 per kilogram,” tutur Mubin.

Ditambahkan Ketua DPD APTRI PTPN X, Sunardi Edi Sukamto sampai saat ini Indonesia masih kekurangan pasokan gula untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Namun kenyataannya gula petani tidak terserap karena harga gula yang sangat rendah.

 “Ini ada apa?  Impor terlalu banyak. Harusnya impor itu lewat Bulog karena yang tahu kebutuhan gula nasional itu Bulog. Neraca gula nasional itu harusnya satu pintu agar impor bisa dikendalikan. Sekarang banyak Kementerian yang bisa impor,” jelas Sunardi.

Dikatakan Sunardi, sampai saat ini stok gula petani di Jawa mencapai 130 ribu ton sementara di Jawa Timur sendiri sebanyak 110 ribu ton.

“Rencananya Bulog akan menyerap gula petani di Jawa saja sebesar 451 ribu ton,” ujar  Sunardi.

Tapi dengan pembelian ini, APTRI berharap petani tebu bisa terbantu dan tidak lagi memikirkan stok gula mereka yang belum terserap.

“Sekarang petani fokus untuk mengolah lahan, menanam tebu dengan baik sehingga rendemen bisa meningkat, minimal di angka 8,5 hingga 8,7,”  tandas Sunardi.

Direktur Utam PTPN X, Dwi Satriyo Annurogo berterima kasih kepada Perum Bulog atas langkah yang sangat cepat untuk merealisasikan keinginan pemerintah dalam menyerap gula petani.

“Semoga dengan ini petani tidak lagi memikirkan hal ini dan fokus untuk menggarap lahan kembali,” tandasnya.

Begitu juga dengan Direktur Holding Tanaman Semusim Perkebunan, Mochammad Cholidi meminta menjaga komitmen kualitas gula.

Karena, Bulog sendiri harus melepas gula ke pasar dengan kondisi yang bagus. “Insha Alloh kualitas produk terjaga karena kita menggunakan surveyor untuk mengawal kualitas produk ini,” tandasnya.

Momen bersejarah bagi petani tebu di Jawa Timur ini dihadiri para petani tebu dari beberapa PTPN.

Selain itu dihadiri pula oleh Deputi Industri Agro dan Farmasi Wahyu Kuncoro, Direktur Komersil PTPN XI Sucipto Prayitno, Direktur Utama PTPN XII Berlino Mahendra Santosa, Direktur PT Rajawali I Warsito dan jajaran, Kepala KSP Sucofindo Ari Heriyanto. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry