TERIMA SK: Budi Waseso terima SK pengangkatan Dirut Bulog bersama dengan pengangkatan jajaran lainnya. Termasuk Teten Masduki sebagai Ketua Dewan Pengawas. (ist)

JAKARTA | duta.co – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menetapkan susunan direksi baru di Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog). Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen (Pol ) Budi Waseso diangkat sebagai direktur utama dan Triyana sebagai direktur keuangan.

Keputusan ini ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-115/MBU/04/2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaam Umum (Perum) Bulog.

Dalam salinan keputusan tersebut, Budi Waseso diangkat menjadi Dirut Bulog menggantikan Djarot Kusumayakti dan Triyana diangkat menjadi Direktur Keuangan menggantikan Pardiman.

Pada saat yang sama, Kementerian BUMN juga menetapkan Teten Masduki sebagai Ketua Dewan Pengawas Bulog menggantikan Sudar Sastro Atmojo. Keputusan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-116/MBU/04/2018. Teten tampak ‘turun kelas’ dari posisi sebelumnya Kepala Staf Presiden (KSP), digeser menjadi koordinator Staf Khusus Presiden. KSP sendiri kini dipegang Jenderal (Purn) Moeldoko.

Sesuai keputusan Menteri BUMN Nomor: SK- 115/MBU/04/2018 direksi yang tak berubah adalah: 1) Karyawan Gunarso sebagai Direktur Operasional dan Pelayanan Publik, 2) Imam Subowo sebagai Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri. Berikutnya 3) Tri Wahyudi Saleh sebagai Direktur Komersial, 4) Febriyanto sebagai Direktur SDM & Umum, dan 5) Andrianto Wahyu Adi sebagai Direktur Pengadaan

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, perombakan direksi di Perum Bulog merupakan salah satu bentuk penyegaran manajemen perusahaan. Misinya memperkuat perannya sebagai stabilisator harga pangan serta bahan pokok lainnya di luar beras dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional.

“Ini sebuah bentuk penyegaran dalam manajemen perusahaan. Pemerintah terus mendorong agar Perum Bulog Sebagai perusahaan yang mengemban tugas dari pemerintah dapat menjalankan perannya untuk menjaga Harga Dasar Pembelian gabah petani, stabilisasi harga khususnya harga pokok, penyaluran program Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra), pengelolaan stok pangan serta bahan pangan lainnya di luar beras,” katanya.

Wahyu juga menegaskan, pemerintah juga terus mendorong kestabilan harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya menjelang Lebaran 2018. Oleh karena itu, pergantian direksi baru dalam manajemen Perum Bulog diharapkan mampu mendorong upaya pemerintah dalam stabilisasi harga dan penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat terutama dalam hari-hari besar keagamaan.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai Budi Waseso adalah sosok pekerja keras. JK pun menjelaskan Budi Waseso harus belajar lebih giat terkait bidang bisnis. Sebab, menurutnya, Buwas adalah sosok tekun di bidang hukum dan akan bekerja di bidang yang berbeda.

“Tentu Bulog beda lagi dengan hukum, tapi selama dia mau belajar dan bekerja keras di bidang bisnis tentu dapat bekerja dengan baik,” ungkap JK.

 

Ancaman Buwas

Dengan jabatan barunya, Bjuwas mengaku akan bekerja keras dalam memastikan pasokan beras, terlebih menjelang Lebaran yang tinggal dua bulan lagi. “Beras ini kan masalah perut, jadi tidak boleh ada yang mainin perut orang Indonesia. Nah ini kan, kebutuhan pokok, kebutuhan masyarakat Indonesia secara menyeluruh,” ungkap Buwas di Gedung Kementerian BUMN, Jumat (27/4).

Bahkan, dia memberikan peringatan kepada siapa saja yang mencoba mempermainkan pasokan beras ini akan ditindak. “Saya kan berangkat dari latar belakang penegak hukum, jadi kalau ada yang main-main akan ditertibkan, harus,” tegasnya.

Sementara itu, Mantan Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti berharap Dirut Perum Bulog yang baru, Budi Waseso, dapat bertindak tegas dalam urusan logistik. Sama halnya ketika menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Djarot berharap Buwas, -sapaan akrab Budi Waseso- dapat membongkar simpul-simpul permasalahan yang ada di Bulog dan belum terselesaikan olehnya. “Tentu harapan saya beliau bisa bongkar simpul yang menyebabkan saya di Bulog tidak selesai. Artinya tidak mampu selesaikan simpul masalah yang ada,” kata Djarot di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (27/4).

Salah satu simpul yang dicontohkan Djarot adalah mengenai koordinasi lintas lembaga. Djarot menyebutkan Perum Bulog adalah lembaga yang banyak bersinggungan dengan Kementerian serta lembaga lain. Untuk itu, perlu koordinasi lebih intensif untuk melakukan sinkronisasi aturan-aturan yang ada.

“Saya coba, mungkin Pak Buwas feeling saya lebih cepat selesaikan itu. Peraturan dan kementerian teknis yang membawahi Bulog, jadi butuh koordinasi yang sana sini yang cukup berat,” jelas dia.

 

Tukang Ojek hingga Bos Bulog

Buwas merupakan kelahiran Parenggan, Pati, Jawa Tengah, 19 Februari 1960. Dia tercatat lulus dari Akademi Kepolisian pada 1984. Sebelumnya dia dipercaya memimpin Badan Narkotika Nasional (BNN). Dia pernah menyandang posisi Kabareskrim sejak 19 Januari 2015 dari sebelumnya menjabat sebagai Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri.

Tak lama setelahnya, pada Februari 2015, dia naik pangkat menjadi komisaris jenderal polisi alias jenderal bintang 3. Pada 2009, Buwas menjabat sebagai Kepala Bidang Propram Polda Jateng. Setahun kemudian, dirinya ditarik ke Mabes Polri untuk menempati posisi Kepala Pusat Pengamanan Internal Mabes Polri.

Budi juga sempat menjadi Kapolda Gorontalo dengan pangkat Brigjen Polisi, sebelum naik pangkat menjadi Irjen setelah ditarik ke Mabes Polri dan mengisi posisi Widyaiswara Utama Sespim Polri lantas Kasespim Polri pada 2013.

Beberapa waktu lalu, Buwas mengaku mempunyai pengalaman menjadi tukang ojek saat bertugas di Direktorat Dendidikan. Saat itu ia memanfaatkan waktu luangnya untuk mencari tambahan penghasilan dengan menjadi tukang ojek pada pagi hari dan sopir taksi pada malamnya.

“Itu cerita perjalanan bidup saya, memang pada saat itu di Direktorat Pendidikan saya memanfaatkan waktu luang sebelum kembali dinas. Saat itu peluangnya hanya jadi tukang ojek karena saya punya motor vespa, tapi kalau malam hari saya jadi sopir taksi tembak,” tutur Buwas.

“Itu sekitar tahun 1992-1993 saat itu pangkat saya Letnan Satu Kapten atau kalau sekarang Iptu dan AKP,” imbuh dia.

Dia mengaku, menjadi tukang ojek dan sopir taksi dilakukannya karena gaji yang dia terima sebagai polisi tidak mencukupi kebutuhan keluarganya saat itu.

“Karena itu yang harus saya lakukan, karena kalau kita bicara gaji kan tidak cukup, jadi kita berupaya tapi tidak boleh melakukan pelanggaran profesi. Sehingga saat itu yang bisa saya lakukan hanya dengan ketulusan dan keikhlasan menjadi tukang ojek,” pungkas Buwas. hud, lip, mer, meo

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry