
SURABAYA | duta.co – Tidak banyak, Polwan (polisi wanita) yang bisa pecah bintang. Selain terbentur waktu, rata-rata Polwan terhalang pendidikan dalam memburu prestasi. Tetapi, tidak bagi Brigjen Dr Sulastiana SIP, SH, MSi. Ia bisa pecah bintang dalam rombongan mutasi 55 Pati dan Pamen Polri per 11 November 2024 kemarin.
“Dia menjadi kebanggan Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang, serta nahdliyin. Beliau adalah alumni UNDAR. Nanti, saat Reuni Akbar IKA UNDAR, semua angkatan kita undang. Kami sampaikan salam Pergerakan untuk Brigjen Ana. Semoga kiprahnya bermanfaat untuk bangsa dan negara,” demikian disampaikan Dr H Amir Maliki Abitolkha, MAg, Rektor UNDAR kepada duta.co, Minggu (24/11/2024).
Seperti diberitakan, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, melalui pendekatan competence based, resmi mempromosikan Dr Sulastiana menjadi Brigadir Jenderal dengan dedikasi pada Penegakan Hukum yang Inklusif dalam Menghadapi Ancaman Keamanan Era Revolusi Industri 4.0.
Idham Cholid, Ketua umum Jayanusa (Jaringan Majelis Yasinan Nusantara) turut memberikan apresiasi atas prestasi Dr Sulastiana, yang menjadi Brigadir Jenderal Polisi. “Sekarang, saya harus memanggil (dia) Brigjen Ana,” tegas Idham yang juga alumni UNDAR, seangkatan dengan Brigjen Ana tahun 1990.
Menurutnya, promosi ini merupakan implementasi manajemen SDM dengan mengedepankan kompetensi, dan sekaligus dedikasi terhadap Polwan yang memiliki kinerja dan kontribusi di bidangnya, sekaligus memiliki komitmen yang kokoh dalam memperkuat penegakan hukum, memperjuangkan hak perempuan, dan mendorong akses yang setara dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Brigjen Pol Ana, tegasnya, memiliki latar belakang akademik dan profesional yang luar biasa. Ia doktor pertama bidang kriminologi dengan predikat cumlaude dari Universitas Indonesia (UI), juga memiliki pendidikan dalam bidang Hukum, Administrasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, serta Hubungan Internasional dari UNDAR Jombang (angk 1990).
“Kombinasi keunggulan akademik dan pengalaman ini membentuk sistem thinking yang mempermudah pelaksanaan tugas di berbagai bidang. Kemampuan tersebut juga menjadi keebutuhan mutlak dalam menjalankan tugas sebagai pengayoman masyarakat secara humanis dalam melayani penegakan hukum untuk semua lapisan masyarakat,” tegasnya.
Apalagi, tambah Mas Idham panggilan akrabnya, Brigjen Ana dinilai telah aktif berpartisipasi di forum internasional, seperti Internasional Association Women Police, di Alaska dan dialog Asia-Eropa tentang terorisme. Beliau secara konsisten memperjuangkan representasi perempuan di dunia penegakan hukum, meyakini bahwa kehadiran perempuan memperkuat upaya keamanan nasional dan melindungi masyarakat secara lebih komprehensif. “Ini terobosan jitu Kapolri untuk membuka peran strategis baginya guna mengabdi kepada bangsa dan negara,” pungkasnya.
Seperti kita tahu, Brigjen Ana memperoleh promosi Bintang Satu dari Irbidjemen Garku Itwil II Itwasum Polri menjadi Auditor Kepolisian Utama TK II Itwasum Polri. Ia menggantikan Brigjen Pol Djoko Hari Utomo yang diangkat menjadi Irwil II Itwasum Polri. Wanita kelahiran Situbondo, Jawa Timur, 10 Oktober 1972 itu menjadi Polwan dengan karir yang mentereng.
Perannya di dunia akademis juga tak kalah moncer. Dia telah menjadi pengajar sekolah tinggi atau dosen di berbagai kampus. Ia tercatat pernah menjadi Dosen Program Sarjana dan Program Doktoral Ilmu Kepolisian, Dosen FH Universitas Kristen Indonesia, Dosen Pascasarjana Universtias Indonesia Program Ketahanan Nasional, Dosen Tamu FH Universitas Atma Jaya, Dosen Pascasarjana FH Universitas Islam As Safi’iyah, Dosen FH UBK, dan Dosen Tamu di Swiss German University.
Di samping itu, ia juga berpengalaman dinas di Bidang Kehumasan (BNN), Bidang Kerja Sama Luar Negeri (BNN), Bidang Kerja Sama Nasional (BNN), Bidang Pemberdayaan Masyarakat (BNN), Bidang SDM (Polri), dan Bidang Kajian Kejahatan Narkotika, Radikalisme, dan Terorisme (Polri).
Jejak karya ilmiahnya ada di mana-mana, seperti Indonesia: The Emerging Daesh-Centric Threat Landscape (Book Chapter-publish in Berlin on 17 October 2018), Pergeseran Pemilihan Wilayah Produksi dan Distribusi Ilegal Narkotika Sintetis di Indonesia (Disertasi), Pengaruh Kepuasan Kerja, Kompensasi dan Etika terhadap Kinerja Penyidik Reserse Polri di Wilayah DKI Jakarta (Tesis).
Ana juga pernah membedah Peran Media dalam Penyebaran Intoleransi Agama (Jurnal Ilmu Kepolisian), Kerja Sama Internasional Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (Jurnal Hukum “Veritas”), Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia (Jurnal Hukum “Veritas”), dan Hukum Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Jurnal Hukum “Veritas).
Selain itu Sistem Evaluasi Formal sebagai Alternatif Peningkatan Kinerja Polri (Kertas Kerja), Ekologi Kejahatan sebagai Pendekatan Baru dalam Menjawab Maraknya Clandestine Laboratory (Rubrik Kasuistika, Jawa Pos), Pecandu, Korban Narkotika dan Kebijakan Hukum Pidana (Media Indonesia).
Termasuk Ekologi Kejahatan sebagai Pendekatan Baru dalam Menjawab Maraknya Clandestine Laboratory (Suara Pembaruan), Ekologi Kejahatan: Panduan Teoritik Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika (Majalah Sinar BNN), Kolaborasi Penegakan Hukum Dalam Rangka Optimalisasi Kontra Terorisme: Sebuah Inisiatif (Kertas Kerja), Strategi Optimalisasi Peran Masyarakat Guna Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) Dalam Rangka Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kertas Kerja), dan Publikasi khusus: “Sulastiana: Raih Mardjono Reksodiputro Award, Fokus, Disiplin, dan Konsisten”.
Sederet pendidikan kepolisian pernah ditempuh. Antara lain adalah Lemhannas RI PPRA LVII (2018), Sekolah Staf dan Pimpinan (SESPIM POLRI) (2009), Sekolah Lanjutan Perwira (SELAPA POLRI) (2003), Pendidikan Kejuruan Dasar Bimmas Polri (1997), dan Pendidikan Dasar Golongan Lanjutan (DIKSARGOLLAN POLRI) (1996). Ia telah menyelesaikan sejumlah pendidikan tinggi umum, di antaranya Sarjana Ilmu Politik bidang Hubungan Internasional (1995), Magister Ilmu Administrasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (2001), Sarjana Hukum (2007), dan Doktro Kriminologi (2013).

Polwan Langka
Di Republik Indonesia, tidak banyak Polwan berpangkat Jenderal. Jumlah mereka, masih belasan (17 Polwan). Bisa dihitung dengan jari. Pangkat tertinggi pun demikian, Irjen (Inspektur Jenderal) alias Bintang Dua.
Sementara, Brigjen Desy Andriani yang menempati posisi sebagai Direktur Tindak Pidana Perlindungan Perempuan dan Anak dan Pidana Perdagangan Orang (Dirtipid PPA dan PPO) Bareskrim Polri dan memiliki karir cermerlang, kabarnya akan memasuki masa pensiun akhir tahun ini.
Di sisi lain, komitmen Kapolri Jenderal Listyo Sigit terhadap keadilan perempuan dan anak, masih menjadi kebutuhan penting, tidak boleh kendor. “Melihat deretan pengalaman Brigjen Dr Sulastiana, suatu saat ia harus siap menjadi penerus Brigjen Desy Andriani sebagai Dirtipid PPA dan PPO Bareskrim Polri,” tegas sumber duta.co di Jakarta. (mky dan tribunnews.com)