BAGAI ISTANA: Perabotan di rumah bos First Travel di Sentul City, Bogor, Rabu (23/8). (merdeka)

 

JAKARTA | duta.co – Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Pol Herry Rudolf Nahak mengatakan, informasi yang didapatkan dari dua bos agen perjalanan First Travel, Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, tidak selalu lancar.

MEWAH: Kolam renang di kediaman bos First Travel di Sentul City, Bogor, Jabar, Rabu (23/8). (merdeka)

Ada sebagian informasi yang seperti ditutupi. Sering penyidik berulang-ulang mengonfirmasi soal aset-aset yang mereka miliki. “Dalam beberapa pemeriksaan kalau kami temukan aset atau informasi dari masyarakat, baru dikatakan, ‘Oh iya, Pak, kemarin saya lupa,” ujar Herry di kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (22/8).

ASET DI LONDON: Restoran Nusadua milik bost travel di London, Inggris yang dibeli 7.000 poundsterling atau setara Rp 15 miliar pada 2016. (instagram)

“Kalau tidak ditanya, tidak ngomong,” ujar Heryy. Dengan demikian, penyidik tidak hanya mengandalkan informasi dari para tersangka. Penyidik telah memeriksa saksi lebih dari 30 orang yang terdiri dari berbagai pihak.

Selain itu, ujar Herry, ada juga informasi dari masyarakat yang mengetahui ada aset lain milik Anniesa. “Begitu dapat bahan baru, kami selidiki. Ternyata ada, kami periksa ulang, ‘Oh iya, Pak, ada. Saya lupa kemarin’,” ujar Herry menirukan ucapan tersangka.

Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan dalam pemeriksaan juga mengaku ‘lupa-lupa ingat’ ke mana saja dana rekening perusahaan dialirkan. Rekening itu menampung uang perjalanan umrah yang telah disetorkan puluhan ribu calon jamaah.

Namun, pada dua rekening perusahaan yang telah dibekukan, saldonya hanya berkisar Rp 1,3 juta – 1,5 juta. Jumlah tersebut dirasa tidak masuk akal dengan jumlah calon jamaah umrah yang telah melunasi pembayaran.

Dari 72.682 orang pendaftar umrah, First Travel baru memberangkatkan 14.000 orang. Selebihnya, sebanyak 58.682 calon jamaah masih terkatung-katung menunggu kepastian. Adapun total kerugian para korban ditaksir Rp 848,700 miliar. Uang itu diduga digunakan para tersangka untuk membeli sejumlah aset. Polisi juga tengah menyelidiki dugaan tindak pidana pencucian uang.

Kepala Bareskrim Polri Komien Pol Ari Dono Sukmanto mengatakan, belum diketahui ke mana saja hilangnya dana calon jamaah umrah yang ditampung di rekening perusahaan. “Dia (tersangka) sudah tidak tahu sama sekali. Terlalu banyak menyebar,” ujar Ari Dono.

First Travel disebut-sebut menginvestasikan dana ke koperasi Pandawa. Koperasi tersebut diputus pailit dan pemiliknya menjadi tersangka kasus investasi bodong. Penyidik juga mengonfirmasi soal investasi itu kepada dua tersangka.

Namun, kata Ari, kedua tersangka mengaku lupa apakah pernah menginvestasikan uang ke Koperasi Pandawa. “Dia mengatakan, ‘Waduh saya sudah lupa ke mana saja’. Ini yang masih harus kami petakan,” kata Ari.

Aset Bangunan dan Mobil

Setidaknya ada tujuh bangunan yang disita penyidik. Pertama, rumah mewah Andika dan Anniesa Desvitasari, di Sentul City, Kabupaten Bogor. Ada juga rumah tinggal di kompleks Vasa Cluster, Jalan Kebagusan Dalam IV, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Selain itu, penyidik menyita rumah kontrakan di Jalan Benda Raya, Cilandak, Jakarta Selatan. Tiga kantor First Travel di Cimanggis, Jalan TB Sumatupang, dan Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, tak luput dari penyitaan.

Selain mengelola biro perjalanan umrah, Anniesa memiliki profesi lain, yaitu sebagai desainer. “Butik milik Anniesa di Gedung Promenade Nomor 20 Unit F dan G, Jalan Bangka Raya Kemang, juga kami sita,” kata Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Pol Herry Rudolf Nahak.

Selain bangunan, aset yang disita dari para tersangka yaitu lima unit mobil. Herry mengatakan, dari pengembangan perkara, diketahui ada aset lain berupa sebelas mobil yang diduga terkait dengan kasus ini. Kesebelas mobil tersebut sudah dijual dan berpindah tangan (baca duta edisi kemarin, red).

Penyidik juga menyita 31 buku tabungan yang masih didalami isi rekeningnya. Polisi meminta Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menelusuri aliran dana dari rekening tersebut. “Penelusuran aliran dana kerjasama dengan PPATK. Kita tinggal tunggu hasilnya,” kata Herry.

 

Restoran di London Rp15 M

Sebelumnya, Herry mengungkapkan, pihaknya sedang mendalami kepemilikan aset milik bos First Travel berupa restoran di London, Inggris. Restoran tersebut disebut polisi dibeli pada 2016 dengan harga 7000 poundsterling atau setara Rp 15 miliar.

Dikutip dari detikTravel, Rabu (23/8/2017), restoran tersebut hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari ikon Kota London, Big Ben. Restoran yang bernama Nusa Dua itu terletak di 118-120 Shaftesbury Ave, Chinatown, London.

“Dia beli restoran di Inggris, ini salah satu aset juga, membeli aset di sana. Ini sedang kita lakukan pengecekan, terutama dokumen apa saja terkait kepemilikan di sana,” ujar Brigjen Herry dalam jumpa pers di Bareskrim, gedung KKP, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (22/8) lalu.

Dilihat dari akun Instagram pemilik First Travel yang kini telah berstatus tersangka, Anniesa Hasibuan, Rabu (23/8), restoran itu diberi nama Nusa Dua. Nusa Dua menjual makanan khas Indonesia. Anniesa tampak mempromosikan restorannya tersebut. Restoran itu terletak di pusat Kota London.

 

Rumah Bagai Istana

Sementara itu, rumah  bagai istana milik bos First Travel, Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, bukan hanya mewah di bagian luar. Bagian dalamnya pun makin mirip dengan istana di negeri dongeng.

Berdasarkan foto-foto yang diperoleh wartawan, Rabu (23/8), nuansa emas terlihat dari tembok, meja, sofa, tempat tidur, hingga lemari-lemari. Warna-warna emas itu disandingkan dengan tirai berwarna merah tua hingga merah muda yang menutupi jendela-jendela besar.

Lampu-lampu gantung menghiasi berbagai ruangan, dari ruang tamu, ruang kerja, hingga kamar tidur. Tempat tidur besar ada di beberapa kamar dan bernuansa emas.

Rumah Andika dan Anniesa berada di salah satu cluster di perumahan Sentul City, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Saat dikunjungi pada Senin (14/8) lalu, tampak tak ada aktivitas sama sekali dari rumah tersebut.

Mengintip dari luar gerbang, tak ada aktivitas sama sekali di sekitar rumah. Lampu rumah bagian luar mati, namun lampu di tiap gerbang terlihat menyala. hud, dit, mer, kcm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry