Prof Dr Din Syamsuddin (Keterangan foto Kabar24 bisnis.com)

JAKARTA | duta.co – Tamparan keras untuk pemerintah. ‘Lakukan Investigasi Tuntas’. Demikian judul pernyataan sikap Aliansi Masyarakat Peduli Tragedi Kemanusiaan Pemilu 2019 alias AMP-TKP menyusul banyaknya korban dalam Pemilu 2019. Ini sekaligus tamparan keras bagi pemerintah yang tak kunjung bergerak, mengapa kasus itu bisa terjadi?

Bayangkan! Dari petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) saja 440 orang, ditambah dari personel polisi dan Bawaslu, jumlah korban mencapai 554 orang. Bahkan berdasarkan data KPU petugas yang masih sakit sebanyak 3.788 orang.

Belum ada bendera ‘setengah tiang’. Maka, sejumlah tokoh masyarakat madani lintas agama, suku, dan profesi merasa prihatin lalu mendirikan gerakan bernama Aliansi Masyarakat Peduli Tragedi Kemanusiaan Pemilu 2019. Mereka menuntut investigasi serius, tuntas, dan transparan.

Di antara tokoh-tokoh itu,  ada Din Syamsuddin, Anwar Abbas, Chusnul Mariyah, Busro Muqoddas, Jose Rizal, atau Bahtiar Efendy. Pemrakarsa aliansi Prof M Din Syamsuddin mengatakan, AMP-TKP 2019 terdiri dari tokoh agama, pimpinan organisasi, akademisi, advokat, dokter, profesional lain, dan aktivis sosial.

“Dukungan masih dibuka,” demikian Din Syamsuddin sebagaimana dikutip pwmu.co.

Berikut pernyataan Aliansi Masyarakat Peduli Tragedi Kemanusiaan Pemilu 2019
Dengan Nama Tuhan Yang Maha Esa

Kami, unsur-unsur masyarakat madani Indonesia lintas agama, suku, dan profesi, bersepakat membentuk Aliansi Masyarakat Peduli Tragedi Kemanusiaan Pemilu 2019 (AMP-TKP 2019).

Sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap kejadian luar biasa/tragedi kemanusiaan Pemilu 2019, dengan ini kami menyatakan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, kematian 554 orang dan jatuh sakit 3.778 orang pada Pemilu 2019 (per 4 Mei 2019, viva.co.id/05-05-2019), yang terdiri dari petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) dan Polisi, adalah kejadian luar biasa (KLB).

Inilah tragedi kemanusiaan yang menuntut perhatian dan keprihatinan kita semua, baik masyarakat maupun utamanya penyelenggara Pemilu dan pemerintah. Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan ini telah menimbulkan citra buruk Indonesia di mata internasional dan menciderai pelaksanaan Pemilu 2019 yang berdasarkan asas langsung, bebas, rahasia, adil, jujur, transparan, dan akuntabel.

Lemahnya tindakan pencegahan dan penanganan telah menyebabkan korban berjatuhan secara beruntun, masif, dan tragis.

Kedua, adalah tidak arif jika Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Pemerintah menyikapi tragedi tersebut sebagai kejadian biasa—suatu sikap yang bernada mengabaikan dan kurang menunjukkan sikap bertanggung jawab.

Ketiga, adalah penting bagi bangsa mengetahui penyebab Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan tersebut untuk menghindari berkembangnya prasangka yang tidak perlu, dan agar tragedi serupa tidak terulang pada masa mendatang.

Maka atas dasar Sila Kedua Pancasila, “Kemanusiaan yang adil dan beradab,” kami mendesak dilakukannya investigasi yang bersungguh-sungguh, mendalam, tuntas, transparan, dan berkeadilan.

Keempat, kami menuntut Penyelenggara Negara untuk hadir memberikan respons positif yang nyata terhadap Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan tersebut melalui Tim Pencari Fakta yang dibentuk dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat madani.

Kelima, kami meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk turun tangan melakukan penyelidikan atas kemungkinan telah terjadi pelanggaran HAM dalam Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan pada Pemilu 2019.

Keenam, kami mengajak segenap elemen masyarakat madani yang cinta keadilan dan kebenaran, serta peduli kemanusiaan, untuk bersama-sama melalui AMP-TKP 2019 ikut menanggulangi Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan Pemilu 2019 secara tuntas.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Swt meridhai langkah kita.

Pendukung
1. Aay M. Furkon
2. Abdul Aziz Basyaruddin
3. Adiwarsita Adinegoro
4. Adnan Madani
5. Ahmad Sastra
6. Ahmadie Thaha
7. Alaidin Athory
8. Ali Akbar Soleman
9. Alia Baidhowi
10, Amidhan Saberah
11. Andrianto
12. Ani Hasibuan
13. Anwar Abbas
14. Any Setianingrum
15. Asep P. Bahtiar
16. Bahtiar Effendy
17. Bambang Prasetya
18. Bob Hasan
19. Busyro Muqoddas
20. Buya Muhammad Nurman
21. Chairul Tamimi
22. Chusnul Mar’iyah
23. Cut Meutia Adrina
24. Dadang Kahmad
25. Deni Solehudin
26. Dudi Salam
27. Faisal Haq
28. Edhi Mulyono
29. Gus Hafidh
30. Hamdani
31. Herry Sinaramata
32. Imbalo Iman Sakti
33. Iwan Piliang
34. Jeje Zaenudin
35. Joko Intarto
36. Jose Rizal
37. Latief Awwaludin
38. M. Din Syamsuddin
39. M. Lukman Ashari
40. Marah Sakti Siregar
41. Misbahuddin
42. Mohammad Siddik
43. Muhammad Chirzin
44. Mpu Jaya Prema Ananda
45. Nashirul Haq
46. Nurjaman Mochtar
47. Nyoman Udayana Sangging
48. Reza Indragiri Amriel
49. S. Iskandar Sbw
50. Siane Indriani
51. Sri Lestari Linawati
52. Teuku Nasrullah
53. Tifauzia Tyassasmita
54. Umar Husin
55. Usep Syaefulloh
56. Widya Murni
57. Wilson Lalengke. (pwmu.co)