PONOROGO | duta.co  – Devi (15) terus menundukkan kepalanya.  Kaki kirinya yang memakai sepatu kikers lusuh terus digaruk-garukan ke atas tanah. Tatapan puluhan pasang mata seakan menghakiminya.  Lengan kanan dan kirinya penuh tato, terlihat dekil.

“Ini sudah dua minggu tidak mandi,” tutur gadis jebolan SMP itu.

Devi bersama 3 orang kawannya yang sebaya, diciduk oleh petugas Polres Ponorogo dari jl. Diponegoro depan Masjud Agung.  Keempat anak punk ini diambil petugas setelah mendapatkan laporan masyarakat ke Humas Center.

Mereka dianggap meresahkan warga, karena memaksa minta makanan dan minuman ke warung-warung makan sekitar Masjid Agung. “Masyarakat resah atas tindakan mereka,” kata salah satu petugas polisi.

Penampilan anak-anak itu boleh dibilang menyeramkan.  Kuping ditindik dengan lubang lebar,  menyerupai lubang tindik wanita Suku Dayak.  Alis ditindik,  muka ditato coreng moreng,  bau apak dan dekil.

“Gimana masyarakat gak takut. Saya aja takut lihat kamu. Coba, penampilan begini kan serem. Masa depanmu masih panjang, nak. Kalau penampilanmu tidak begini,  pasti ada yang mau terima bekerja,” tutur Kapolres Ponorogo,  AKBP. Radiant kepada anak-anak punk itu.

Setelah diamankan di Mapolres, mereka disuruh menghormat kepada bendera merah putih.  Usai itu mereka disuruh menghafalkan Pancasila. Ternyata mereka hafal Pancasila dengan baik.

Dari 4 anak itu salah satunya paling senior adalah H. Warga jl.Gatotkoco Ponorogo ini mengaku menjadi pengangguran karena sulit mendapatkan kerja.  Dengan penampilan rambut jagung,  kuping ditindik lebar,  alis ditindik beranting dan badan penuh tato,  mengaku sering kena razia.

Namun dia tidak kapok karena tidak punya pekerjaan. “Tadi motor kami dibawa petugas.  Kami ditangkap saat di depan Masjid Agung,” ujar pemuda 25 tahun ini. Setelah diberi nasihat dan diarahkan, keempat anak punk itu dikirim ke Dinas Sosial untuk dilakukan pembinaan.  (sna)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry