Rektor UINSA Surabaya, Prof Abdul A’la

SURABAYA – Program bidikmisi atau biaya pendidikan mahasiswa miskin berprestasi untuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia berbeda dengan tahun lalu. Jika tahun lalu, peserta terpilih mendapatkan beasiswa ini setelah diterima di perguruan tinggi yang dipilih, kini tidak lagi. Tahun ini, mereka yang ingin mendapatkan beasiswa ini, bisa langsung mengajukan saat mendaftar untuk masuk perguruan tinggi yang dituju melalui jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN) atau melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN).

Dengan sistem ini, jelas pendaftar membludak. Sampai penutupan pendaftaran jalur SPAN PTKIN, pendaftar bidikmisi sudah mencapai 64 ribu dari 157.039 pendaftar di seluruh Indonesia. Uniknya, kuotanya hanya 7 ribuan mahasiswa.

Koordinator Pokja Kesekretariatan SPAN dan UM PTKIN, Dr. H.M.Syamsul Huda, M.Fil.I mengatakan dengan perubahan ini, tentunya bagi pendaftar yang nantinya diterima tidak perlu lagi membayar biaya SPP pertama. “Kalau dulu, iya membayar, sekarang sudah tidak lagi. Ini yang memudahkan dan meringankan mahasiswa bidikmisi ke depannya,” ujar Huda, panggilan akrab Syamsul Huda saat keterangan pers di Twin Tower Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Kamis (27/4).

Namun, dengan jumlah pendaftar yang sangat banyak itu, seleksi akan dilakukan secara ketat. “Daya tampungnya yang terbatas. Mungkin kalau yang tidak masuk jalur ini, bisa mendapatkan beasiswa dari yang lain,” tambah Ketua Panitia SPAN PTKIN dan UM PTKIN, Prof Abdul A’la yang juga Rektor UINSA Surabaya dalam kesempatan yang sama.

Selain perubahan sistem pendaftaran bidikmisi, perubahan yang cukup signifikan adalah pelaksanaan ujian dengan komputer atau computer based test (CBT) untuk jalur Ujian Masuk (UM) PTKIN. Dikatakan Syamsul Huda, ada 15 PTKIN di Indonesia yang dijatah untuk menggelar CBT dengan kuota 1.400 peserta. Untuk UINSA sendiri, hanya mendapat jatah sebanyak 200 peserta CBT.  “UINSA sendiri juga akan digunakan untuk ujian masuk lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Tahun lalu kita tidak dipakai, baru tahun ini dipakai,” tandasnya.

Akui Prodi Agama Sepi Peminat

Rektor UINSA Surabaya, Prof Abdul A’la mengakui jika program studi (prodi) agama di kampusnya sepi peminat. Justru yang saat ini menjadi prodi favorit adalah ekonomi syariah dengan tingkat keketatan yang sangat tinggi.

Prodi agama yang sepi peminat itu justru adalah salah satu karakteristik UIN yang sebelumnya bernama IAIN itu. Di antaranya prodi Studi Agama-Agama (SAA), Perbandingan Mazhab, Manajemen Zakat & Wakaf. Peminatnya di bawah 10 orang. Sementara prodi agama yang sangat tinggi dipilih adalah Pendidikan Agama Islam (PAI), Ekonomi Syariah dan Pendidikan Bahasa Arab.

Namun, ditegaskan A’la, walaupun prodi agama itu hanya satu yang diterima, tetap tidak akan ditutup prodi yang menjadi karakteristik UIN itu. “Kita tidak akan menutupnya hanya karena alasan mahasiswa. Kita akan berupaya supaya prodi itu bisa tetap hidup,” tandas A’la. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry